Fenomena La Nina adalah Ditandai Peningkatan Curah Hujan, Ini Penyebab dan Dampaknya

La Nina adalah fenomena cuaca ektrem.

oleh Laudia Tysara diperbarui 29 Jun 2023, 22:00 WIB
Diterbitkan 29 Jun 2023, 22:00 WIB
FOTO: Waspada Hujan Angin di Jakarta Dampak Siklon Molave
Kondisi lalu lintas saat hujan mengguyur Jakarta, Senin (26/10/2020). BPBD DKI Jakarta mengeluarkan peringatan dini cuaca berupa potensi terjadinya hujan lebat disertai petir dan angin kencang dampak dari siklon tropis Molave hingga 27 Oktober 2020. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Fenomena La Nina adalah ditandai dengan terjadinya peningkatan curah hujan. Fenomena La Nina adalah terjadi ketika ada pendinginan Suhu Muka Laut (SML) di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur hingga melewati batas normalnya.

Kepala Pusat Meteorologi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) A Fachri Radjab pada 15 November 2021, melansir Antara menjelaskan dampak fenomena La Nina lemah pun dapat meningkatkan potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat.

Fenomena La Nina adalah meningkatkan risiko terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor. Maka BMKG mengimbau pemerintah daerah, masyarakat, dan semua pihak terkait pengelolaan sumber daya air dan pengurangan risiko bencana di wilayah potensi.

La Nina adalah fenomena cuaca ektrem karena tingginya curah hujan. Seorang pengamat ekonomi memberi peringatan akan potensi kegagalan panen dan terganggunya jalur distribusi bahan makan karena dampak fenomena La Nina, melansir BBC.

Berikut Liputan6.com ulas tentang fenomena La Nina lebih jauh, Senin (22/11/2021).


Fenomena La Nina di Indonesia

BMKG Minta Publik Waspada Cuaca Ekstrem
Pejalan kaki melintas menggunakan payung saat hujan mengguyur kawasan Jakarta, Senin (3/2/2020). Diperkirakan sejumlah wilayah berpotensi diguyur hujan dengan intensitas lebat hingga disertai dengan angin kencang, kilat/petir hingga Rabu (5/2/2020) mendatang. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Fenomena La Nina adalah terjadi karena penurunan Suhu Muka Laut (SML) di Samudera Pasifik bagian tengah hingga kurang dari kondisi normalnya. Pendinginan SML mengurangi potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah.

Ini menjadikan ada embusan angin pasat (trade winds) yang lebih kuat dari biasanya di sepanjang Samudera Pasifik dari Amerika Selatan ke Indonesia, membuat massa air hangat terbawa ke arah Pasifik Barat.

Ketika massa air hangat berpindah tempat, maka air menjadi lebih dingin di bawah laut Pasifik dan akan naik ke permukaan untuk mengganti massa air hangat yang berpindah tadi. Proses itu disebut upwelling dan menyebabkan SML penyebab fenomena La Nina adalah turun.

Peristiwa itu membuat curah hujan di Indonesia meningkat dan musim hujan terjadi lebih lama atau disebut fenomena La Nina. Kondisi ini memungkinkan terjadinya bencana banjir, banjir bandang, dan tanah longsor di Indonesia.


Prediksi Fenomena La Nina di Indonesia

Hujan Lebat, Banjir Landa Chennai
Orang-orang mengarungi jalan yang banjir setelah hujan lebat di Chennai, India (8/11/2021). Chennai dilanda Curah Hujan Terberat Sejak 2015, Pihak berwenang Keluarkan Peringatan Banjir. (AFP/Arun Sankar)

Fenomena La Nina adalah menyebabkan atmosfer Indonesia menjadi lebih basah, dan ini memudahkan terbentuknya awan yang membuat curah hujan lebih tinggi. Meski begitu, dampak fenomena La Nina adalah baru bisa diketahui setelah hujan yang turun selama sebulan dianalisa dan diukur.

Peringatan kewaspadaan terhadap fenomena La Nina adalah diterbitkan BMKG hampir setiap tahun. Fenomena La Nina adalah memiliki arti anak perempuan dari bahasa Spanyol ini, dampaknya bakal terasa di wilayah Indonesia selatan, tengah, timur, dan di wilayah tengah-utara dengan waktu yang berbeda.

Peningkatan curah hujan akibat fenomena La Nina adalah dapat meningkatkan kemungkinan terjadi bencana hidrometeorologi. Risiko terjadinya bencana hidrometeorologi karena fenomena La Nina adalah banjir, banjir bandang, dan tanah longsor.


Status Siaga Bencana Hidrometeorologi di Indonesia

Akibat Badai Tropis, Manila Digenangi Banjir
Pengendara sepeda motor menerjang genangan air akibat hujan lebat di Manila, Filipina, Kamis (27/7). Pihak Biro Cuaca setempat memberi peringatan agar warga terus berhati-hati beraktivitas di luar rumah selama musim penghujan. (AP/Bullit Marquez)

Pada awal November 2021, BMKG menetapkan sejumlah daerah di Indonesia dalam status siaga bencana hidrometeorologi. Tercatat pada 7 November 2021, sudah terjadi banjir di 32 lokasi.

Banjir bandang yang melanda Kota Batu, Malang, Jawa Timur, 4 November 2021, merupakan salah satu yang paling menyita perhatian masyarakat. Setidaknya tujuh warga tewas, 35 rumah rusak, dan 33 rumah lainnya terendam lumpur. BNPB menyebut penyebab banjir bandang karena adanya bendung alam yang jebol di kawasan hulu.

Daerah Garut, Jawa Barat, juga diterpa bencana banjir bandang pada 6 November 2021, yang menyebabkan sebuah jembatan putus sehingga 1.200 warga kampung terisolasi, karena tidak punya pilihan akses jalan yang lain. Menurut perangkat desa setempat, banjir terjadi karena hutan beralih fungsi menjadi lahan yang ditanami kopi dan sayuran.

Sejumlah wilayah di Jakarta juga terendam banjir setelah hujan deras yang turun pada Minggu 7 November 2021. Ketapang, Kalimantan Barat juga diterjang banjir, sedangkan di Mamasa, Sulawesi Barat, bukan hanya banjir, tapi juga terjadi bencana tanah longsor setelah hujan lebat yang mengguyur.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, dalam kurun waktu lima tahun terakhir pada periode 2016 hingga 2020, ada sebanyak 17.032 kali bencana yang terjadi di Indonesia. Nyaris 99 persen bencana yang dilaporkan tersebut merupakan jenis bencana hidrometeorologi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya