Liputan6.com, Jakarta Ar Rad memiliki arti "guruh" atau "petir". Itu adalah nama surat ke-13 dalam mushaf Alquran, yang terdiri dari 43 ayat.
Surat Ar rad 28 termasuk dalam golongan ayat-ayat Makkiyah karena diturunkan pada periode sebelum Nabi Muhammad SAW berhijrah. Dalam surat Ar Rad, Allah SWT menjelaskan tentang hukum sebab dan akibat, di mana Allah tidak memilih dalam memberikan rahmat maupun hukuman bagi makhluk-Nya.
Balasan atau hukuman yang diterima merupakan hasil dari ketaatan dan keingkaran terhadap hukum Allah. Surat Ar Rad 28 juga membahas tentang tauhid, peran seorang nabi, bantahan terhadap pandangan yang sesat dari orang-orang musyrik.
Advertisement
Selain itu, surat Ar Rad 28 juga mengandung pesan bahwa orang-orang yang beriman akan mendapatkan balasan yang luar biasa dari Allah SWT, salah satunya adalah dalam bentuk ketenangan hati.
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ
Al-ladziina aamanuu watathma-innu quluubuhum bidzikrillahi alaa bidzikrillahi tathma-innul quluub(u)
Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar Rad 28)
Untuk memahami lebih dalam mengenai surat Ar rad 28, penting juga bagi kita untuk mengetahui kandungan dari surat tersebut. Berikut penjelasan selengkapnya seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa (4/7/2023).
Isi Kandungan Surat Ar Rad 28
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dalam Surat Ar Rad 28, Allah menjelaskan tentang hukum sebab akibat, termasuk akibat dari pilihan seseorang untuk menjadi beriman atau tidak. Jika seseorang menjadi beriman, maka dia akan mendapatkan balasan berupa ketentraman hati. Sedangkan bagi orang yang tidak beriman, mereka akan mendapatkan hukuman dari Allah SWT.
Sementara itu menurut situs resmi Kementerian Agama RI, surat Ar Rad 28 menyatakan bahwa orang-orang yang mendapatkan petunjuk Allah SWT adalah mereka yang beriman kepada-Nya dan Nabi Muhammad SAW. Mereka yang memiliki iman dan mengingat Allah akan merasakan ketenangan dalam hati. Kehidupan orang-orang yang beriman akan menjadi tenang dan bebas dari kegelisahan, rasa takut, atau kekhawatiran.
Ketentraman tersebut akan mendorong mereka untuk melakukan amal perbuatan yang baik dan merasa bahagia dengan kebajikan yang telah mereka amalkan. Pada intinya, surat Ar Rad 28 berbicara tentang iman yang dapat membawa kebahagiaan dan memberikan tempat yang baik di sisi Allah di hari kiamat.
Iman memiliki kemampuan untuk membuat seseorang menjadi lebih baik. Hal ini berbeda dengan orang-orang musyrik yang selalu mencela Allah dan Rasulullah SAW. Bagi mereka, hidup tidak akan bahagia dan akan penuh dengan kegelisahan. Kegelisahan tersebut akan menghalangi mereka untuk menerima ajaran dari Allah dan sulit bagi mereka untuk melakukan kebaikan, sehingga mereka terjerumus dalam kesesatan.
Advertisement
Yang Dimaksud Dzikir dalam Surat Ar Rad 28 Menurut Para Ulama
Ada perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai makna dzikir dalam Surah Ar Rad 28. Beberapa memahaminya sebagai Al-Qur'an, karena salah satu nama Al-Qur'an adalah "ad-Dzikr". Ada pula yang memahaminya secara umum, baik berupa ayat-ayat Al-Qur'an maupun yang lainnya.
Menurut Al-Sa'di, Surah Ar Rad 28 menyatakan bahwa dzikir dapat menenangkan hati. Artinya, dzikir dapat menghilangkan kegelisahan, kekhawatiran, guncangan, dan keraguan hati. Dengan zikir, hati akan menjadi tenang dan merasakan kenikmatan.
Syekh Nawawi al-Bantani menjelaskan bahwa Surah Ar Rad 28 berarti orang-orang yang beriman dengan apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad akan memiliki hati yang tenang dengan mengingat Allah, yaitu dengan mengucapkan kalimat-kalimat-Nya. Pengetahuan seorang muslim tentang keajaiban Al-Qur'an akan menghasilkan ketenangan hati terhadap kebenaran Nabi dan ajarannya.
Menurut Thabathaba'i, ketenangan hati yang dimaksud dalam Surah Ar Rad 28 dihasilkan melalui dzikir yang didasarkan pada iman, bukan hanya pengetahuan. Keimanan sejati bukan hanya pengetahuan tentang objek iman, tetapi juga kesadaran dan keyakinan yang mendalam. Artinya, pengetahuan saja tidak cukup, bahkan terkadang dapat menyebabkan kecemasan.
Kata "thatma'inna" dalam ayat ini digunakan dalam bentuk kata kerja masa kini, bukan untuk menggambarkan ketenangan hati pada masa tertentu, tetapi untuk menunjukkan kelanjutan dan kestabilannya. Artinya, orang-orang yang beriman yang berdzikir akan selalu memiliki hati yang tenang, baik saat sendirian maupun di tengah keramaian.
Imam al-Ghazali menyebutkan bahwa sebagai hamba Allah, manusia harus mengambil kesadaran tentang kebesaran Allah dari kata "Allah", yaitu kekuasaan-Nya yang mutlak, pengetahuan-Nya yang luas, dan pengaturan-Nya yang menyeluruh bagi semua makhluk. Selain itu, manusia juga harus mengaitkan seluruh jiwanya dengan Allah, tidak bergantung pada selain-Nya, tidak berharap pada selain-Nya, dan tidak takut pada selain-Nya.
Dengan demikian, ketika seseorang berdzikir, ia seharusnya memahami bahwa Allah adalah wujud yang hakiki dan benar, sedangkan selain-Nya hanya wujud yang bersifat relatif dan akan lenyap pada waktunya. Dalam konteks ini, zikir dapat menenangkan hati dan membawa pelakunya kepada kesadaran dan persatuan dengan Dzat Allah yang Maha Agung dan Maha Kuasa.
Manfaat Dzikir dalam Kandungan Surat Ar Rad 28
Setiap muslim, bahkan setiap orang, pasti menginginkan kondisi hati yang tentram di tengah-tengah tantangan hidup yang dihadapi. Untuk mencapai ketenangan hati, dapat dilakukan dengan cara berdzikir, seperti yang dijelaskan dalam surat Ar Rad 28. Hanya dengan mengingat Allah, hati dapat mencapai ketenangan.
Surat Ar Rad 28 menjadi jawaban bagi mereka yang mengalami kecemasan, kegelisahan, kekhawatiran, dan ketidaktenangan hati. Dengan mengingat Allah, selain membuat hati menjadi tenang, juga dapat mencegah kita dari perbuatan buruk yang dilarang, karena Allah Maha Mengetahui.
Meskipun dzikir sering dikaitkan dengan perbuatan mengingat Allah melalui ucapan, namun esensi sebenarnya dari zikir terletak pada kesadaran penuh akan pengawasan Allah dalam semua aspek kehidupan manusia. Kesadaran ini dapat membuat hidup menjadi tenang, penuh semangat, dan menenangkan hati serta pikiran. Hal ini karena seseorang merasa dekat dengan Allah dalam konteks tersebut.
Advertisement