Liputan6.com, Jakarta Tafsir Al Misbah merupakan tafsir Al-Qur'an yang ditulis oleh Muhammad Quraish Shihab (ulama dari Indonesia) dan diterbitkan oleh Lentera Hati. Kata Al Misbah sendiri diambil dari bahasa Arab yang berarti lampu.
Advertisement
Baca Juga
Tujuan utama dari penulisan tafsir Al Misbah yakni sesuai dengan namanya agar menjadi lampu atau penerang, yang bertujuan untuk menerangi kehidupan umat Muslim. Tafsir Al Misbah merupakan tefsir Al-Qur’an lengkap 30 juz pertama dalam 30 tahun terakhir.
Advertisement
Tafsir Al Misbah ini banyak mengemukakan uraian penjelasan terhadao sejumlah musafir ternama sehingga menjadi referensi yang mumpuni, informatif, dan argumentatif. Gaya penulisannya sendiri mudah dicerna oleh segenap kalangan dari mulai akademik hingga masyarakat luas.
Berikut Liputan6.com ulas mengenai tafsir Al Misbah yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Senin (10/7/2023).
Latar Belakang Penulisan Tafsir Al Misbah
Kata Al Misbah sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti lampu, pelita, lentera, penerang, atau benda yang berfungsi serupa, yakni dapat memberi penerangan bagi mereka yang berada dalam kegelapan.
Kata Al Misbah sendiri terdapat pada potongan surat An Nur ayat 35. Pemilihan nama tersebut sangat relevan dengan harapan sang penulis yakni Muhammad Quraish Shihab agar tafsirnya itu dapat menerangi masyarakat Muslim Indonesia yang hendak mencari makna dan pesan yang tersurat maupun tersirat dari Al-Qur’an.
Sementara, lanjutan dari judul tersebut ‘Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an’ menyiratkan isi tafsir tersebut. Kata Pesan memiliki makna Al-Qur’an merupakan wahyu Allah yang mengandung petunjuk bagi hambanya, sementara kata Kesan pula bermakna bahwa tafsir Al Misbah isinya adalah nukilan-nukilan dari berbagai tafsir-tafsir para ulama di zaman dahulu dan sekarang. Sedangkan makna Keserasian adalah munasabah yang jelas antara satu ayat dengan ayat yang lainnya, antara satu surat dengan surat lainnya. Tiga tema inilah yang tampak dari tafsir Al Misbah.
Motivasi Prof Quraish menulis tafsir Al Misbah adalah keinginan beliau menolong orang banyak untuk memahami dan mentadabburi Al-Qur’an, sehingga umat Islam dapat konsisten menjadikan Al-Qur’an sebagai panduan hidup.
Menurut Prof Quraish Shihab, tujuan dari membuat tafsir Al Misbah adalah:
- Adanya pandangan baru yang dikemukakan oleh ulama-ulama yang belum tersebar di Indonesia.
- Salah satu kritikan yang banyak terdengar berkaitan dengan Al-Qur’an adalah kekeliruan sistematiknya. Padahal justru dalam sistematika Al-Qur’an itu ditemukan keistimewaannya. Itu dikenal dengan istilah Al Munasabah atau hubungan antar ayat dan surat.
- Prof Quraish melihat di Indonesia sudah lama tidak ada yang meluangkan waktunya untuk menulis tafsir Al-Qur’an. Ada yang menghitung sudah 30 tahun sejak ditulisnya tafsir Al Azhar oleh Buya Hamka.
Advertisement
Metode Penulisan dan Sistematika Tafsir Al Misbah
Mengutip dari jurnal Tafsir Al-Mishbah: Tekstualitas, Rasionalitas, dan Lokalitas Tafsir Nusantara (2019) oleh Lufaeti, menjelaskan bahwa Prof Quraish menggunakan metode tahlili dalam menulis tafsir. Tahlili adalah metode analisis dengan cara menafsirkan Alquran ayat demi ayat, surat demi surat, sesuai dengan urutan mushaf Usmani.
Adapun corak dari Tafsir Al Misbah adalah adabi ijtima’i, yaitu corak penafsiran yang menjelaskan ayat-ayat Alquran secara teliti. Kemudian menyusun makna-makna yang dimaksud Alquran dengan bahasa yang lugas dan menarik.
Ciri-ciri yang ada pada metode tahlili dapat ditemukan juga pada tafsir Al Misbah dengan ciri khas yang dimiliki oleh mufassir Quraish Shihab, yakni:
- Mufassir memulai pembahasan setiap surat dengan penjelasan mengenai tempat turunnya surat, jumlah ayat, nama surat, tema-tema pokok, pelajaran yang terkandung dalam ayat atau surat, dan kesimpulan. Tentang nama- nama surat ada nama yang berbeda dengan penamaan yang umum diketahui pembaca, misalnya surat al-Lahab oleh Quraish Shihab disebut surat tabbat.
- Dengan tetap mengikuti urutan ayat dan surat sesuai mushhaf Uthmani, Quraish Shihab membuat kelompok ayat-ayat pada setiap suratnya, dari surat al-Fatihah hingga al-Nas. Surat-surat pendek yang berisi satu tema seperti surat al-Kautsar, al-Ikhlash, surat al-Nas dan beberapa surat lain ia jadikan satu kelompok. Tetapi surat-surat yang panjang ia bagi ke dalam beberapa kelompok, misalnya surat al-Fatihah ia bagi menjadi dua kelompok ayat, surat al-Baqarah menjadi 23 kelompok ayat, dan surat Ali Imran menjadi sepuluh kelompok ayat.
- Mufassir Quraish Shihab menuliskan ayat-ayatnya sesuai mushhaf dan pengelompokan yang ia buat, serta menyajikan terjemahannya terlebih dahulu berdasarkan pengelompokkan ayat-ayat yang dibuatnya. Terjemah yang ia buat juga menjadi ciri tersendiri yang dapat dibedakan dari terjemahan-terjemahan berbahasa Indonesia lainnya yang beredar di Indonesia. Dalam menerjemah, Quraish Shihab melakukan penyisipan-penyisipan kata atau kalimat yang ia simpan di dalam tanda kurung (...), karena menurutnya, gaya bahasa Al-Qur'an lebih cenderung kepada ijaz (penyingkatan) ketimbang ithnab (memperpanjang kata). Bahkan banyak redaksi Al-Qur'an yang menggunakan ihtibaq, yakni menghapus satu kata atau kalimat, seperti yang ia contohkan dalam surat Yunus ayat 67.
- Mufassir Quraish Shihab membahas setiap ayat pada suatu kelompok ayat tang mencakup uraian mengenai arti dan makna dari sebuah kosa kata atau satu frasa atau penggalan ayat dari sebuah ayat, misalnya huruf ba dalam Al Fatihah ayat pertama bismillah, fa azallahum asysyaithanu pada ayat 36 surat Al Baqarag. Setelah itu dikemukakan pula tema pokok yang terkandung dalam kelompok ayat dalam pembahasan suatu surat.
Kelebihan Tafsir Al-Misbah
Tafsir Al-Misbah merupakan tafsir yang berbahasa Indonesia, serta dipadukan dengan penguasaannya yang mendalam terhadap berbagai ilmu lainnya baik ilmu pengetahuan umum serta konteks masyarakat Indonesia.
Tafsir Al-Misbah banyak mengemukakan “uraian penjelas” terhadap sejumlah mufassir ternama. Mufassir tersebut diantaranya adalah ‘Abdullah Darraz, Fakhruddin ar-Razi, Abu Ishaq asy-Syathibi, Ibrahim Ibn Umar al-Biqai, Badruddin Muhammad Ibn ‘Abdullah az-Zarkasyi,Jalaluddin as-Suyuthi, Syekh Muhammad ‘Abduh, Sayyid Muhammad Rasyid Ridha, AbdullahDarraz, Sayyid Muhammad Husain at-Thabathaba’I, sehingga menjadi referensi yang mumpuni, inovatif, dan argumentatif.
Tafsir ini tersaji dengan gaya bahasa penulisan yang mudah dicerna segenap kalangan, dari mulai akademisi hingga masyarakat luas. Sebagaimana telah dijelaskan oleh Quraish Shihab bahwa: “Pembaca akan menemukan uraian uraian-uraian para ulama itu, yang penulis sadur dan persembahkan”
Selain itu, kelebihan yang lain dari tafsir Al Misbah adalah adanya korelasi antar surat, antar ayat, dan antar akhir ayat dan awal surat. Hal ini membantah anggapan orientalis seperti Mongontwery Watt yang beropini bahwa susunan ayat Alquran kacau balau dan tidak berkesinambungan.
Advertisement