Disrupsi adalah Tercabut dari Akarnya, Pahami Dampak Positif dan Negatifnya

Disrupsi adalah istilah yang merujuk pada perubahan besar yang signifikan dan mendalam.

oleh Mabruri Pudyas Salim diperbarui 13 Jul 2023, 17:40 WIB
Diterbitkan 13 Jul 2023, 17:40 WIB
Ilustrasi menjaga keamanan data
Seiringnya teknologi berkembang, tingkat kegunaan smartphone pun terus meningkat. Walaupun begitu, masih saja ada pencurian data

Liputan6.com, Jakarta Disrupsi adalah istilah yang merujuk pada perubahan besar yang signifikan dan mendalam dalam suatu industri, pasar, atau model bisnis yang diakibatkan oleh penggunaan teknologi baru, inovasi, atau perubahan paradigma. Karena perubahan yang besar dan signifikan tersebut, disrupsi adalah hal yang seringkali dianggap mengganggu hal-hal yang sudah mapan dan bertahan sejak lama.

Disrupsi adalah hal yang sering dianggap mengganggu karena menghasilkan pergeseran besar dalam cara bisnis dijalankan, produk atau layanan disampaikan, atau interaksi dengan pelanggan.

Disrupsi dapat mencakup pengenalan teknologi baru yang menggantikan cara konvensional, perubahan fundamental dalam proses produksi atau distribusi, pergeseran preferensi atau perilaku konsumen, atau perubahan dalam regulasi atau kebijakan pemerintah yang mempengaruhi suatu industri.

Salah satu contoh disrupsi yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi adalah aktivitas jual beli secara online. Aktivitas tersebut tidak hanya menimbulkan perubahan dari cara kerja industri, melainkan juga perubahan pada perilaku konsumen. Untuk memahami lebih dalam apa yang dimaksud disrupsi, berikut penjelasan selengkapnya seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (13/7/2023).

Apa yang dimaksud era disrupsi?

Disrupsi adalah istilah yang merujuk pada perubahan besar yang signifikan dan mendalam. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah suatu hal yang tercabut dari akarnya. Disrupsi adalah istilah yang mengacu pada perubahan besar yang keluar dari tatanan yang lama dan menghasilkan sistem baru.

Disrupsi adalah kondisi di mana inovasi menyebabkan perubahan mendasar dalam suatu sistem. Dalam bisnis, hal ini menjadi tantangan yang berat, di mana perusahaan harus terus berinovasi agar tetap relevan. Perusahaan besar juga dapat terkena dampak disrupsi karena kehilangan pangsa pasar jika tidak mampu beradaptasi dengan perubahan yang cepat.

Disrupsi adalah era di mana terjadi perubahan besar dan inovasi fundamental yang mengubah semua aspek tatanan, sistem, dan lanskap ke arah yang baru. Disrupsi teknologi menyebabkan perubahan fundamental dalam pemahaman masyarakat dan aktivitas mereka, dengan sistem teknologi digital menggantikan dan mengubah peran serta pekerjaan manusia.

Dari serangkaian penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa disrupsi adalah suatu fenomena di mana terjadi perubahan besar yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi maupun pergeseran paradigma, sehingga menimbulkan pergeseran nilai, cara, bahkan perilaku masyarakat.

Contoh-Contoh Perubahan dan Disrupsi

Ragam Mobil Listrik China Bersaing Ketat di Auto Shanghai 2023
Pasar kendaraan listrik China sendiri berkembang pesat setelah Partai Komunis yang berkuasa menggelontorkan miliaran dolar untuk mempromosikan teknologi. (AP Photo/Ng Han Guan)

Satu hal yang tidak pernah berubah adalah perubahan itu sendiri. Maka tidak mengherankan jika muncul fenomena disrupsi, karena perubahan adalah hal yang akan selalu ada di dunia, dan dunia terus berubah.

Sejarah mencatat bahwa revolusi teknologi yang secara bertahap mengubah dunia. Dari penemuan mesin uap hingga era digital saat ini, kehidupan manusia telah menjadi berbasis digital. Perkembangan teknologi digital membawa dampak baik dalam kemudahan, namun juga dapat menyebabkan perubahan besar jika tidak diantisipasi dengan baik.

Penggunaan internet yang meluas di seluruh dunia menjadi indikator perkembangan teknologi digital. Orang dapat dengan mudah bertukar informasi antarnegara. Media sosial yang berkembang juga memudahkan interaksi dan keterhubungan antarindividu. Batas antara produsen dan konsumen informasi semakin tipis.

Perkembangan teknologi pada awal abad 21 juga menghadirkan fenomena era disrupsi. Disrupsi tidak hanya membawa perubahan kecil, tetapi juga perubahan fundamental dalam tatanan. Era disrupsi mengubah tidak hanya wajah media dan industri, tetapi juga cara kita berkomunikasi, sikap, dan perilaku. Digitalisasi yang dihasilkan dari perkembangan teknologi telah mengubah hampir semua aspek kehidupan, termasuk dunia kerja.

Perubahan ini menggeser aktivitas manusia dari dunia nyata ke dunia maya, dari tenaga manusia ke tenaga mekanik, dan dari komputer ke robot. Dampak negatif yang muncul termasuk penyebaran hoaks, pelanggaran privasi, penurunan produktivitas, dan tingginya angka pengangguran. Misalnya, dalam bisnis makanan, konsumen sekarang dapat memesan melalui aplikasi online, mengubah tatanan yang ada dan menimbulkan konflik antara penjual yang belum terdaftar di aplikasi tersebut.

Faktor-Faktor Penyebab Disrupsi

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, disrupsi adalah perubahan besar yang secara signifikan yang mengakibatkan pergeseran nilai bahkan pola perilaku. Fenomena disrupsi yang terjadi saat ini tentu tidak terjadi sendirinya. Ada sejumlah faktor yang mendorong terjadinya fenomena disrupsi. Adapun faktor-faktor yang mendorong terjadinya disrupsi adalah sebagai berikut:

1. Inovasi Teknologi

Kemajuan teknologi menjadi salah satu faktor utama penyebab disrupsi. Perkembangan teknologi baru, seperti kecerdasan buatan (artificial intelligence), teknologi blockchain, internet, dan teknologi digital lainnya, dapat mengubah cara bisnis dijalankan dan menciptakan model bisnis baru yang mengganggu tatanan yang ada.

2. Perubahan Permintaan Pasar

Perubahan preferensi dan perilaku konsumen juga dapat menjadi pemicu disrupsi. Jika ada pergeseran dalam kebutuhan dan harapan konsumen, bisnis yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut dapat kehilangan pangsa pasar dan tergantikan oleh pesaing yang lebih responsif.

3. Regulasi dan Kebijakan

Perubahan dalam regulasi dan kebijakan pemerintah juga dapat memicu disrupsi. Kebijakan yang mendukung inovasi teknologi atau melonggarkan batasan dalam suatu industri dapat menciptakan peluang baru dan mengubah lanskap bisnis. Di sisi lain, kebijakan yang membatasi atau mengatur ulang suatu sektor juga dapat memicu disrupsi dengan memaksa perusahaan untuk beradaptasi dengan perubahan tersebut.

4. Globalisasi dan Persaingan Global

Meningkatnya keterhubungan global dan persaingan yang semakin intens antara perusahaan-perusahaan dari berbagai negara juga dapat menjadi faktor penyebab disrupsi. Perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif dalam inovasi, teknologi, atau efisiensi operasional dapat mengganggu pasar yang ada dan menggeser perusahaan incumbent yang kurang bersiap menghadapi persaingan global.

5. Perubahan Sosial dan Budaya

Perubahan sosial dan budaya juga dapat mempengaruhi disrupsi. Misalnya, pergeseran nilai-nilai masyarakat, tren gaya hidup baru, atau perubahan pola konsumsi dapat mempengaruhi permintaan pasar dan mendorong perubahan dalam industri dan bisnis.

Penting untuk dicatat bahwa faktor-faktor ini tidak berdiri sendiri-sendiri, melainkan sering saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Disrupsi adalah hasil dari kombinasi berbagai faktor yang saling berinteraksi dalam lingkungan bisnis dan teknologi yang dinamis.

Dampak Fenomena Disrupsi

Canggih, Perusahaan Ini Kembangkan Teknologi Urai Kemacetan di Lampu Lalu Lintas (Ist)
Canggih, Perusahaan Ini Kembangkan Teknologi Urai Kemacetan di Lampu Lalu Lintas (Ist)

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, disrupsi adalah perubahan besar dan signifikan yang dapat menimbulkan pergeseran nilai dan pola perilaku masyarakat. Perubahan besar ini tentu saja menimbulkan dampak besar, baik positif maupun negatif.

Adapun dampak positif dari fenomena disrupsi adalah sebagai berikut:

1. Inovasi dan Kemajuan

Disrupsi mendorong inovasi dan kemajuan dalam berbagai sektor. Perubahan yang diakibatkan oleh disrupsi dapat menciptakan produk, layanan, atau model bisnis baru yang lebih efisien, cepat, dan memenuhi kebutuhan konsumen dengan cara yang lebih baik.

2. Efisiensi dan Produktivitas

Disrupsi sering kali mendorong efisiensi dan peningkatan produktivitas. Teknologi baru dan proses bisnis yang lebih efisien memungkinkan perusahaan untuk melakukan pekerjaan dengan lebih cepat, lebih murah, dan dengan kualitas yang lebih baik.

3. Akses dan Keterhubungan

Disrupsi teknologi dapat meningkatkan aksesibilitas dan keterhubungan. Inovasi dalam teknologi digital dan konektivitas global memungkinkan akses lebih mudah terhadap informasi, layanan, dan peluang bisnis di berbagai wilayah.

Adapun dampak negatif dari fenomena disrupsi adalah sebagai berikut:

1. Perubahan Pekerjaan

Disrupsi sering kali mengakibatkan perubahan dalam kebutuhan tenaga kerja. Teknologi yang menggantikan pekerjaan manusia atau mengubah cara kerja dapat menyebabkan pengangguran atau pergeseran keahlian yang mempengaruhi pekerjaan yang ada.

2. Kerentanan Ekonomi

Disrupsi adalah perubahan yang dapat membuat perusahaan incumbent atau sektor industri tertentu menjadi rentan dan bahkan menghadapi risiko kebangkrutan. Jika perusahaan tidak mampu beradaptasi dengan perubahan yang cepat, mereka dapat kehilangan pangsa pasar dan keuntungan mereka.

3. Keamanan dan Privasi

Dalam era disrupsi, keamanan data dan privasi pengguna menjadi perhatian utama. Kemajuan teknologi juga membuka celah baru untuk ancaman keamanan seperti serangan siber dan pelanggaran privasi.

4. Ketimpangan dan Ketidaksetaraan

Disrupsi adalah perubahan yang dapat meningkatkan ketimpangan dan ketidaksetaraan dalam masyarakat. Beberapa kelompok atau individu mungkin tidak memiliki akses atau sumber daya yang cukup untuk mengikuti perkembangan teknologi, meningkatkan kesenjangan digital dan kesenjangan sosial-ekonomi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya