Liputan6.com, Jakarta - Hematoma adalah kondisi medis yang terjadi akibat penumpukan darah di luar pembuluh darah di dalam jaringan tubuh. Kondisi ini terjadi ketika pembuluh darah rusak, menyebabkan darah bocor dan mengumpul pada area yang terkena cedera. Hematoma dapat muncul pada berbagai bagian tubuh, baik yang berukuran kecil maupun besar, tergantung pada tingkat keparahan cedera.
Baca Juga
Advertisement
Memahami hematoma adalah berupa pembengkakan pada area tubuh yang terkena, perubahan warna kulit menjadi biru keunguan, serta rasa hangat dan nyeri pada lokasi memar.
Hematoma adalah masalah pembuluh darah yang umumnya disebabkan oleh trauma atau cedera fisik, baik yang bersifat ringan seperti terkilir atau memar, maupun yang lebih serius seperti kecelakaan atau patah tulang. Kondisi kesehatan tertentu seperti aneurisma, penggunaan obat antikoagulan, dan masalah pembekuan darah juga dapat menjadi penyebab hematoma.
Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang penyebab, klasifikasi, dan cara mengobati hematoma, Selasa (18/7/2023).
Penumpukan Darah di Luar Pembuluh
Hematoma adalah kondisi medis yang terjadi ketika ada penumpukan darah abnormal di luar pembuluh darah di dalam jaringan tubuh. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) menyatakan bahwa hematoma terjadi akibat rusaknya pembuluh darah yang menyebabkan darah bocor ke jaringan di sekitarnya.
Kumpulan darah ini dapat terjadi pada berbagai bagian tubuh, mulai dari yang berukuran kecil hingga besar. Namun, jika hematoma semakin meluas, kondisi ini bisa menyebabkan kehilangan darah dalam jumlah banyak dan bahkan menyebabkan syok pada penderitanya.
Ciri khas dari hematoma adalah pembengkakan pada area tubuh yang terkena, perubahan warna kulit menjadi biru keunguan, serta sensasi kulit yang terasa hangat dan nyeri.
Penyebab dan Faktor Risiko Hematoma
Hematoma umumnya disebabkan oleh cedera ringan seperti terkilir atau terbentur, dan cedera berat seperti kecelakaan atau patah tulang. Akan tetapi, ada juga beberapa faktor lain yang dapat menjadi penyebab hematoma, seperti aneurisma, yaitu tonjolan atau pelebaran abnormal pada pembuluh darah, serta penggunaan obat-obatan tertentu, seperti obat antikoagulan.
Selain itu, masalah kesehatan tertentu juga dapat menjadi penyebab hematoma, seperti infeksi virus dan anemia aplastik. Meskipun hematoma pada umumnya adalah memar yang sebenarnya tidak berbahaya dan bisa sembuh tanpa pengobatan dalam waktu 2-4 minggu, namun ada beberapa kasus di mana hematoma, terutama yang terjadi di dalam rongga tubuh, dapat menyebabkan komplikasi yang berbahaya dan membutuhkan penanganan serius.
Hematoma Bisa Sembuh Sendiri
Kemenkes RI menekankan bahwa bagi sebagian besar orang, hematoma adalah memar yang dapat sembuh dengan sendirinya tanpa perlu pengobatan khusus. Akan tetapi, dalam kasus yang lebih serius atau ketika hematoma terjadi di dalam rongga tubuh, perlu dilakukan penanganan medis yang lebih cermat.
Oleh karena itu, penting untuk segera berkonsultasi dengan tenaga medis jika mengalami gejala hematoma yang mencurigakan, terutama jika terdapat perubahan kondisi yang mengkhawatirkan atau jika kondisi kesehatan seseorang memang rentan terhadap komplikasi hematoma.
Mencegah cedera juga merupakan langkah penting untuk mengurangi risiko terjadinya hematoma. Menghindari kecelakaan atau benturan yang keras serta mengenakan peralatan pelindung saat beraktivitas yang berisiko tinggi dapat membantu mencegah cedera yang dapat menyebabkan hematoma.
Selain itu, bagi mereka yang memiliki kondisi kesehatan tertentu, seperti masalah pembekuan darah atau gangguan pembuluh darah, berkonsultasilah secara rutin dengan tenaga medis untuk mengontrol kondisi tersebut dan mencegah terjadinya hematoma yang lebih serius.
Hematoma adalah memar yang tidak hanya terjadi di satu bagian tubuh. Ada sepuluh klasifikasi hematoma yang Liputan6.com lansir dari berbagai literatur kesehatan. Mulai dari hematoma subdural, epidural, dan masih banyak lagi lainnya.
Advertisement
1. Hematoma Epidural
Hematoma epidural adalah salah satu jenis hematoma yang muncul akibat cedera pada bagian kepala yang melibatkan pembuluh arteri meningeal tengah. Ketika terjadi cedera, darah akan mengumpul di ruang epidural, yang merupakan ruang di antara bagian luar selaput otak dengan tulang tengkorak. Akumulasi darah di ruang ini menyebabkan terbentuknya hematoma, yang dapat menimbulkan tekanan pada jaringan otak.
2. Hematoma Subdural
Hematoma subdural merupakan jenis hematoma lainnya yang terjadi akibat cedera pada bagian kepala yang melibatkan pembuluh darah vena di otak. Pada kondisi ini, darah bocor secara perlahan-lahan dan berkumpul di ruang subdural, yaitu ruang di bawah selaput otak yang lebih luas.
Hematoma subdural memerlukan waktu lebih lama untuk terbentuk dibandingkan hematoma epidural. Akumulasi gumpalan darah ini, pada akhirnya, dapat menekan jaringan otak dan menyebabkan masalah serius.
3. Hematoma Intrakranial
Hematoma intrakranial adalah jenis hematoma yang biasanya muncul di dalam rongga kepala. Kondisi ini terjadi ketika pembuluh darah mengalami kerusakan di beberapa lapisan pelindung otak atau bahkan di dalam jaringan otak. Seperti pada hematoma epidural dan hematoma subdural, hematoma intrakranial juga memerlukan penanganan medis segera guna mencegah terjadinya kerusakan otak permanen yang dapat mengancam jiwa.
4. Hematoma Intramuskular
Hematoma intramuskular terjadi di dalam jaringan otot dan dapat menyebabkan hambatan pada suplai darah ke otot tersebut. Kondisi ini berarti bahwa otot dan pembuluh darah di sekitarnya dapat mengalami kerusakan permanen. Hematoma intramuskular sering kali terjadi akibat cedera atau trauma pada daerah otot tertentu.
5. Hematoma Scalp
Hematoma scalp terjadi di area kepala, tepatnya pada lapisan di bawah kulit kepala dan di atas tengkorak. Ketika terjadi cedera, darah dapat berkumpul di bagian ini dan menyebabkan terbentuknya benjolan yang terasa seperti benjolan pada kulit kepala. Meskipun hematoma scalp umumnya tidak mengancam jiwa, tetapi bisa menyebabkan ketidaknyamanan dan memerlukan perhatian medis jika ukuran atau gejalanya menjadi lebih serius.
6. Hematoma Telinga
Hematoma telinga terjadi ketika ada penggumpalan darah pada struktur tulang rawan telinga yang berada di bawah kulit telinga. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh cedera pada daerah telinga, dan jika tidak ditangani dengan baik, dapat menyebabkan penumpukan darah yang dapat merusak struktur telinga dan menyebabkan ketidaknyamanan.
7. Hematoma pada Sekat Hidung
Hematoma pada sekat hidung terjadi ketika seseorang mengalami cedera pada hidung. Jika tidak segera mendapatkan pengobatan, tulang rawan pada hidung dapat mengalami kerusakan dan sekat yang memisahkan lubang hidung atau septum akan mengalami robekan. Kondisi ini dapat menyebabkan masalah pernapasan dan memerlukan penanganan medis yang tepat untuk menghindari komplikasi lebih lanjut.
8. Hematoma Subkutan
Hematoma subkutan adalah jenis hematoma yang terjadi pada kulit dan seringkali menyebabkan timbulnya lebam dan memar. Penyebab hematoma ini adalah cedera pada pembuluh darah yang berada di bawah kulit. Meskipun umumnya tidak berbahaya, hematoma subkutan dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan perubahan warna kulit yang dapat mempengaruhi penampilan fisik.
9. Hematoma Subungual
Hematoma subungual biasanya terjadi akibat cedera pada jari tangan atau kaki, yang mengakibatkan darah berkumpul di bawah kuku. Kondisi ini menyebabkan rasa nyeri pada jari-jari yang terkena. Hematoma subungual umumnya tidak berbahaya dan dapat hilang dengan sendirinya, tetapi jika menyebabkan rasa sakit yang berat atau ada tanda-tanda infeksi, segera berkonsultasilah dengan tenaga medis.
10. Hematoma Intra-Abdominal
Hematoma intra-abdominal menyerang bagian dalam perut dan dapat disebabkan oleh berbagai cedera atau kondisi medis tertentu. Ketika terjadi cedera pada organ-organ internal di perut, darah dapat mengalami penumpukan di dalam rongga perut, menyebabkan terbentuknya hematoma. Kondisi ini memerlukan penanganan medis yang tepat dan seringkali memerlukan intervensi bedah, tergantung pada tingkat keparahan dan lokasi hematoma.
Â
Cara Mengobatinya
Siloam Hospital memberikan penjelasan tentang cara mengobati hematoma atau memar akibat cedera ringan dengan beberapa metode yang bisa dilakukan untuk membantu memudarkan luka memar lebih cepat. Meskipun memar biasanya akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu 2–4 minggu, penggunaan beberapa cara ini dapat membantu mempercepat proses penyembuhan:
1. Beristirahat
Apabila mengalami bengkak dan nyeri akibat memar, disarankan untuk memberikan waktu istirahat yang cukup pada bagian yang terkena memar. Menghindari aktivitas yang berlebihan atau berpotensi memperparah kondisi memar dapat membantu mengurangi bengkak dan nyeri yang dirasakan.
2. Kompres Dingin
Penggunaan kompres dingin dapat efektif untuk mengatasi memar yang baru saja terjadi. Caranya yaitu dengan membungkus es batu dalam kain atau handuk, kemudian ditempelkan pada area memar selama 15–20 menit. Kompres dingin bertujuan untuk mengurangi bengkak dan nyeri serta membantu menyempitkan pembuluh darah yang cedera, sehingga memar tidak semakin meluas.
3. Membebat Luka
Metode lain untuk mengobati memar adalah dengan membebat bagian yang terkena menggunakan perban elastis, namun perlu diingat untuk tidak membungkusnya terlalu kencang. Tujuan dari pembalutan pada memar adalah mencegah pembengkakan yang lebih parah dan juga meredakan rasa nyeri yang mungkin dirasakan.
4. Mengompres Air Hangat
Saat memar telah berlangsung beberapa hari, pilihan lain yang bisa digunakan adalah mengompres dengan air hangat. Berbeda dengan kompres dingin, kompres air hangat lebih disarankan setelah dua hari sejak terjadinya memar. Metode ini bertujuan untuk meningkatkan aliran darah ke area memar, sehingga proses pembekuan darah dapat diserap lebih cepat dan warna memar akan memudar lebih cepat.
5. Mengonsumsi Obat Anti Nyeri
Jika cara-cara di atas belum memberikan hasil yang memuaskan, segera berkonsultasilah dengan dokter. Dokter biasanya akan meresepkan obat anti nyeri untuk membantu mengurangi rasa sakit yang disebabkan oleh memar. Pemakaian obat anti nyeri yang sesuai dengan dosis dan anjuran dokter dapat membantu mengatasi rasa nyeri yang mungkin masih dirasakan.
Namun, penting untuk selalu berhati-hati dan segera mencari pertolongan medis jika memar terjadi di area yang sensitif, terlalu luas, atau disertai gejala-gejala yang mengkhawatirkan. Selain itu, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat, terutama jika terdapat kondisi kesehatan lain yang perlu diperhatikan.
Advertisement