Liputan6.com, Jakarta Perlu kalian tahu bahwa sampiran adalah bagian dari sebuah pantun. Dimana pantun adalah salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa nusantara. Pantun sendiri sering digunakan sebagai bentuk komunikasi seperti saat prosesi upacara-upacara adat lainnya. Pantun terdiri atas empat larik dengan rima akhiran a/b/a/b.
Pantun adalah simbol artistik masyarakat Nusantara dan ia adalah lambang kebijaksanaan berfikir. Pantun sering dijadikan sebagai alat komunikasi. Pantun bersifat ringkas, romantik dan mampu mengetengahkan aspirasi masyarakat dengan lebih jelas. Setiap larik dalam pantun terdiri atas empat kata, dua baris pertama adalah sampiran dan baris selanjutnya dalah isi. Dimana sampiran adalah kata-kata kiasan yang menjadi pengantar rima atau isi pada sebuah pantun. Sedangkan isi adalah tujuan atau maksud yang ingin disampaiakan oleh pantun.
Advertisement
Berikut ini cara agar lebih baik dalam memperhatikan sampiran dalam membuat pantun yang liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (14/8/2023)
Advertisement
Mengenal sampiran dalam pantun
Kalian harus tahu bahwa kaidah atau syarat tiap bait dalam pantun terdiri dari empat baris, tiap baris terdiri dari 8 sampai dengan 12 suku kata, setiap akhir baris bersajak atau memiliki rima dengan pola sajak bunyi a-b-a-b, yang berarti akhir baris pertama sama dengan bunyi akhir baris ketiga dan akhir baris kedua sama dengan bunyi pada akhir baris keempat. Kaidah lainnya seprti sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama dan isi adalah baris selanjutnya berupa tujuan atau maksud yang ingin disampaiakan oleh pantun.
Sampiran adalah dua larik pantun yang memiliki saran bunyi untuk menuju isi, kerap kali berkaitan dengan alam mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya, dan biasanya tidak ada hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima atau sajak.
Kemudian pantun dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu pantun mulia dan pantun tak mulia. Pada pantun mulia, sampiran pada larik satu sampai dua berfungsi sebagai persiapan isi dan sekaligus juga berfungsi sebagai isyarat isi. Sementara, pantun tak mulia adalah pantun yang sampiran larik satu sampai dua berfungsi sebagai persiapan isi, tidak ada hubungan apa-apa dengan isi pantun selanjutnya. Secara keselurah fungsi utama sampiran adalah untuk menyiapkan rima dan irama untuk mempermudah pendengar memahami isi pantun.
Advertisement
Ciri-ciri pantun menurut para ahli
1. Menurut Zulkarnain
Menurut Zulkarnain, jumlah kata berkisa dari tiga sampai lima kata. Bersajak a/b/a/b, artinya baris pertama memiliki kesamaan bunyi dengan baris ketiga, dan baris kedua memiliki kesamaan bunyi dengan baris keempat. Satu bait terdiri dari empat baris atau lebih, yang jelas barisnya harus genap. Isinya bisa mengandung arti sebenarnya atau kiasan dan dapat berupa nasehat adat, agama, maupun anak muda.
2. Menurut Indriawan
Menurut Indriawan, pantun memiliki rima a-b-a-b, terdiri dari empat baris dalam satu bait, baris pertama dan kedua merupakan sampiran,baris ketiga dan keempat merupakan isi. Sabagai alat pemelihara bahasa, pantun melatih seseorang berpikir tentang makna kata sebelum berujar. Pantun juga melatih orang berpikir asosiatif, bahwa suatu kata bisa memiliki perbandingan dengan kata lain.
3. Menurut Mulyadi
Menurut Mulyadi, pantun memiliki satu bait terdiri atas empat baris. Baris pertama dan kedua merupakan sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat merupakan isi. Setiap baris terdiri atas 8-12 suku kata. Rima akhirnya berpola a-b-a-b, bunyi akhir baris pertama sama dengan bunyi akhir baris ketiga, dan bunyi akhir baris kedua sama dengan baris keempat.
Struktur pantun
Struktur pantun meliputi sampiran dan isi. Sampiran adalah baris pertama dan kedua. Sedangkan isi adalah baris ketiga dan keempat. Baris ketiga dan keempat disebut isi karena mengandung makna sampiran.
Bagian sampiran terdiri dari dua baris pertama yang tidak mengandung maksud. Dalam sampiran, yang diperlukan adalah persamaan bunyi dengan isi pantun, yang terdapat dalam baris ketiga dan keempat. Berikut ini adalah struktur pantun yaitu :
- Setiap barisnya dibentuk dengan jumlah kata minimal 4 buah.
- Jumlah baris dalam satu baitnya minimal 2 baris (pantun kilat) dan 4 baris (pantun biasa dan pantun berkait).
- Pola formulaik persajakannya merujuk kepada sajak akhir vertikal dengan pola a/a (pantun kilat), a/a/a/a, a/a/b/b, dan a/b/a/b (pantun biasa dan pantun berkait).
- Khusus untuk pantun kilat, baris 1 berstatus sampiran dan baris 2 berstatus isi.
- Khusus untuk pantun biasa dan pantun berkait, baris 1-2 berstatus sampiran dan baris 3-4 berstatus isi.
- Lebih khusus lagi, pantun berkait ada juga yang semua barisnya berstatus isi, tidak ada yang berstatus sampiran.
Advertisement
Contoh pantun
Contoh pertama
Coba-coba menanam mumbang,
moga-moga tumbuh kelapa.
Coba-coba menanam sayang,
moga-moga menjadi cinta.
Contoh Kedua
Rintik hujan di pagi hari,
basahi bumi dan dedaunan.
Wahai kasih datanglah kemari,
agar rinduku terobatkan.
Contoh ketiga
Belilah selendang kain sutra,
kain sutra berwarna jingga.
Mari berdendang bersuka ria,
hiburkan hati tinggalkan duka.
Dapat kita simpulkan bahwa sampiran adalah setiap bagian baris pertama dan kedua, sedangkan baris ketiga dan keempat disebut isi. Baris ketiga dan kempat disebut isi karena mengandung makna dari sampiran.
--------------------
Reporter Magang
Dinda Hafid Hafifah
Universitas Teknologi Yogyakarta