Liputan6.com, Jakarta Seorang pria yang dijuluki "Polio Paul" telah menjalani hidupnya dalam sebuah mesin bernama iron lung yang beratnya mencapai 600 pound atau sekitar 300 kilogram selama tujuh dekade. Ia kabarnya menolak untuk beralih ke mesin modern yang lebih canggih.
Baca Juga
Advertisement
Paul Alexander, yang kini berusia 77 tahun, terkena polio pada tahun 1952 ketika masih berusia 6 tahun. Baru-baru ini, Guinness World Records mengakui bahwa dia adalah pasien iron lung terlama dalam sejarah.
Kehidupan Paul penuh dengan tantangan sejak dia lahir pada tahun 1946. Tahun lalu, Kisah paul diekspos oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Cerita hidup Paul dimanfaatkan untuk penggalangan dana hingga mencapai 132.000 dollar Amerika atau sekitar 2 milyar rupiah, namun uang tersebut tidak pernah sampai ke tangannya.
Berikut kisah Paul Alexander yang bertahan hidup selama 70 tahun dengan paru-paru besi, dilansir Liputan6.com dari laman nypost.com, Jumat (1/9/2023).
Korban Wabah Polio
Pada tahun 1952, Paul mengalami salah satu wabah polio terburuk dalam sejarah Amerika Serikat. Dari hampir 58.000 kasus yang dilaporkan, sebagian besar terjadi pada anak-anak. Polio adalah penyakit yang menyerang saraf motorik di sumsum tulang belakang. Penyakit ini mengganggu komunikasi antara sistem saraf pusat dan otot, akhirnya membuat otot-otot di dalam tubuh kesulitan untuk bergerak sendiri, termasuk otot paru-paru.
Vaksin polio kemudian dibuat dan diberikan kepada anak-anak di seluruh Amerika Serikat pada tahun 1955. Sayangnya bagi Paul Alexander yang sudah lumpuh dari leher ke bawah, hal ini sudah terlambat.
Setelah didiagnosis mengidap polio, Paul menjalani operasi trakeotomi darurat dan ditempatkan dalam iron lung untuk membantu tubuhnya melawan penyakit mematikan tersebut. Sejak itu, dia bergantung pada mesin pernapasan ini dari leher hingga kaki untuk bertahan hidup.
Advertisement
Pasien dengan Paru-Paru Besi yang Masih Bertahan
Iron lung yang digunakan oleh Paul adalah mesin yang ditemukan pada tahun 1928. Alat ini tidak lagi diproduksi sejak akhir tahun 1960-an karena kemajuan teknologi. Mesin berbentuk kapsul kedap udara yang menutupi seluruh tubuh kecuali kepala ini bekerja dengan menarik udara melalui tekanan negatif untuk memaksa paru-paru membesar sehingga pasien dapat bernapas.
Mesin ini besar dan agak sulit digunakan, selain itu pasien juga harus terbaring di dalamnya. Meskipun ada mesin pernapasan lebih modern yang telah dikembangkan, Paul Alexander lebih memilih untuk tetap menggunakan iron lung-nya. Dia mengatakan bahwa ia sudah terbiasa dengan mesin ini dan menolak untuk menjalani operasi tambahan untuk menggunakan perangkat-perangkat yang lebih baru.
Paul bahkan belajar teknik bernafas singkat di luar iron lung, yang disebut "frog breathing". Teknik ini menggunakan otot tenggorokan untuk memaksa udara melewati pita suara, memungkinkannya untuk menelan udara satu gigitan demi satu dan mendorongnya ke dalam paru-paru.
Perjuangan Paul
Meskipun menghadapi banyak kesulitan, Paul Alexander terus mengejar impian karirnya dan menginspirasi orang lain. Dia berhasil menyelesaikan sekolah tinggi, lulus kuliah, mendapatkan gelar hukum, dan praktik sebagai pengacara selama beberapa dekade. Paul bahkan menulis sebuah memoar dengan tetap berada dalam iron lung-nya.
Dia tetap bersemangat dan tidak pernah menyerah. Namun, seiring bertambahnya usia,tidak banyak yang dapat dilakukan Paul di dalam Iron Lung-nya. Ia juga memerlukan perawatan sepanjang waktu di sebuah fasilitas di Dallas. Kini Paul menghadapi tantangan dalam merawat mesinnya, membayar biaya perawatan kesehatan, dan mencari tempat tinggal yang sesuai dengan kebutuhannya. Saat ini, dia tinggal di sebuah apartemen satu kamar yang sangat sederhana.
Advertisement