Liputan6.com, Jakarta Penyakit Virus Nipah merupakan jenis penyakit zoonotik, yakni penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia. Penyakit ini disebabkan oleh virus Nipah, yang termasuk dalam genus Henipavirus dan famili Paramyxoviridae.
Dilansir dari laman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, penyakit virus Nipah pertama kali diidentifikasi berdasarkan wabah yang terjadi pada peternak babi di desa Sungai Nipah, Malaysia, pada tahun 1998-1999. Wabah ini juga berdampak hingga ke Singapura.
Penyakit virus Nipah telah dilaporkan di beberapa negara, termasuk Malaysia, Singapura, India, Bangladesh, dan Filipina. Bangladesh melaporkan jumlah kasus terbesar, dengan sebagian besar kasus dan kematian terkonsentrasi di sana. Dikhawatirkan penyakit virus nipah berpotensi menyebar hingga Indonesia.
Advertisement
Penyakit virus nipah merupakan salah satu jenis yang berbahaya, karena infeksi virus ini memiliki akibat antara lain adalah kematian. Untuk memahami lebih dalam mengenai penyakit virus nipah ini, simak penjelasan selengkapnya berikut ini seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Liputan6.com dari berbagai sumber, Senin (18/9/2023).
Memahami Lebih Dalam Virus Nipah
Virus Nipah adalah penyebab penyakit yang disebut Penyakit Virus Nipah (Nipah Virus Disease). Penyakit ini merupakan jenis penyakit zoonotik, yang berarti dapat ditularkan dari hewan ke manusia.
Virus Nipah ini termasuk dalam keluarga Paramyxoviridae dan genus Henipavirus. Virus ini ada pada kelelawar buah sebagai inang alaminya. Artinya, virus ini pertama kali ada pada kelelawar buah, dan bisa menyebar ke manusia, dena cara penularan melalui kontak dengan hewan perantara seperti babi atau melalui kontak langsung dengan cairan tubuh hewan atau manusia yang terinfeksi.
Penyakit virus Nipah pertama kali ditemukan pada tahun 1998-1999 ketika terjadi wabah di Malaysia, yang juga memengaruhi Singapura. Wabah ini melibatkan peternak babi dan menyebabkan banyak kasus penyakit dan kematian.
Sejak saat itu, penyakit ini juga telah dilaporkan di beberapa negara lain, termasuk India, Bangladesh, dan Filipina. Di antara negara-negara ini, Bangladesh melaporkan jumlah kasus terbesar, dan sebagian besar kasus serta kematian terkonsentrasi di sana.
Advertisement
Mengenali Penyakit Virus Nipah Melalui Gejalanya
Penyakit virus Nipah adalah penyakit yang dapat menimbulkan akibat dalam bentuk berbagai gejala yang bervariasi dalam tingkat keparahan. Berikut gejala yang dapat timbul akibat dari infeksi virus Nipah:
1. Awal Gejala
Seseorang yang terinfeksi virus Nipah biasanya akan mengalami gejala awal seperti demam, sakit kepala, mialgia (nyeri otot), muntah, dan nyeri tenggorokan. Gejala ini mirip dengan gejala flu biasa atau infeksi saluran pernapasan atas pada tahap awal.
2. Progresi Gejala
Gejala awal ini kemudian dapat berkembang menjadi gejala yang lebih serius. Beberapa orang dapat mengalami pusing, mudah mengantuk, dan penurunan kesadaran secara bertahap. Gejala neurologis seperti kebingungan, kelemahan otot, dan kesulitan berbicara juga dapat muncul.
3. Ensefalitis Akut
Salah satu ciri khas penyakit virus Nipah adalah perkembangan ensefalitis akut. Ensefalitis adalah peradangan otak yang dapat menyebabkan gangguan neurologis yang serius. Ini dapat mengakibatkan kebingungan mental, kejang, dan penurunan kesadaran yang signifikan. Gejala ini dapat muncul dalam beberapa hari setelah gejala awal.
4. Komplikasi Pernapasan
Beberapa individu yang terinfeksi virus Nipah juga dapat mengalami komplikasi pernapasan, seperti pneumonia atau gangguan pernapasan berat. Hal ini bisa terjadi bersamaan dengan gejala neurologis.
5. Progresi Cepat
Yang perlu diperhatikan adalah progresi yang cepat dari gejala. Dalam beberapa kasus, kondisi penderita dapat memburuk dengan sangat cepat, bahkan dalam waktu 24-48 jam setelah munculnya gejala neurologis. Hal ini dapat berujung pada koma dan, dalam beberapa kasus, kematian.
Gejala penyakit virus Nipah dapat bervariasi. Beberapa individu mungkin hanya mengalami gejala ringan atau bahkan tidak merasakan gejala sama sekali (asimptomatis). Namun, pada kasus yang lebih serius, penyakit ini dapat berakhir dengan kematian. Karena itulah pentingnya deteksi dini, perawatan medis yang tepat waktu, serta tindakan pencegahan yang ketat untuk menghindari penyebaran penyakit ini.
Tidak hanya itu, penyakit virus Nipah juga memiliki akibat kematian. Bahkan, rata-rata angka kematian (case fatality rate) diperkirakan berkisar 40% hingga 75%. Rerata tersebut dapat berbeda tergantung pada kemampuan wilayah setempat dalam melakukan penyelidikan epidemiologi, surveilans, dan manajemen klinis kasus.
Cara Penularan dan Masa Inkubasi Virus Nipah
Penularan virus Nipah dapat terjadi melalui beberapa jalur utama, yaitu melalui kontak langsung dengan hewan terinfeksi, konsumsi daging mentah atau produk makanan yang terkontaminasi, dan kontak dengan manusia yang terinfeksi atau cairannya. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai cara penularan dan masa inkubasi virus Nipah:
1. Kontak Langsung dengan Hewan Terinfeksi
Penularan virus Nipah dapat terjadi melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi, termasuk kontak dengan ekskresi atau sekresi hewan tersebut seperti urin, air liur, darah, atau sekresi pernapasan.
2. Konsumsi Daging Mentah atau Produk Makanan Terkontaminasi
Seseorang juga dapat tertular virus Nipah melalui konsumsi daging mentah dari hewan yang terinfeksi atau produk makanan yang telah terkontaminasi dengan cairan tubuh dari hewan terinfeksi, seperti nira sawit atau buah yang terkontaminasi oleh kelelawar buah yang terinfeksi.
3. Kontak dengan Orang Terinfeksi atau Cairannya
Penularan dari manusia ke manusia umumnya terjadi melalui kontak dengan orang yang terinfeksi atau cairannya, seperti droplet, urin, atau darah. Penularan ini sering terjadi dalam lingkungan keluarga atau pada tenaga kesehatan yang merawat pasien terinfeksi.
Masa inkubasi virus Nipah, yaitu periode antara paparan virus hingga timbulnya gejala klinis, umumnya berkisar antara 4 hingga 14 hari. Namun, terdapat laporan yang mencatat masa inkubasi hingga 45 hari. Hal ini berarti seseorang yang terpapar virus Nipah mungkin tidak segera menunjukkan gejala, tetapi kemudian dapat mengalami gejala dalam rentang waktu tersebut setelah paparan.
Penting untuk memahami cara penularan virus Nipah agar langkah-langkah pencegahan yang tepat dapat diambil untuk mengurangi risiko penyebaran penyakit ini. Pencegahan meliputi menghindari kontak dengan hewan terinfeksi, mengonsumsi daging yang sudah matang sepenuhnya, dan menerapkan protokol kebersihan yang baik terutama bagi para tenaga kesehatan yang berinteraksi dengan pasien terinfeksi.
Advertisement
Faktor Risiko Penyakit Virus Nipah
Faktor risiko penyakit virus Nipah dapat bervariasi, dan setiap individu memiliki potensi terpapar virus ini jika terdapat potensi kontak dengan hewan atau pasien terinfeksi. Meskipun demikian, ada beberapa pekerjaan atau kelompok berisiko yang memiliki peluang lebih besar untuk terinfeksi penyakit virus Nipah. Berikut adalah faktor risiko utama yang dapat meningkatkan peluang seseorang terinfeksi:
1. Peternak Babi atau Petugas Pemotong Babi
Orang yang bekerja sebagai peternak babi atau petugas pemotong babi di daerah peternakan yang dekat dengan populasi kelelawar buah memiliki risiko yang lebih tinggi. Virus Nipah dapat ditularkan dari kelelawar buah ke babi, dan kemudian manusia dapat tertular melalui kontak dengan babi yang terinfeksi.
2. Pengumpul Nira/Aren atau Buah-buahan Lain
Para pengumpul nira/aren atau buah-buahan lain yang biasanya dikonsumsi oleh kelelawar buah juga berisiko. Kelelawar buah dapat meninggalkan cairan tubuh atau saliva pada buah-buahan, dan manusia dapat tertular jika mengonsumsi buah-buahan yang terkontaminasi.
3. Petugas Kesehatan
Tenaga kesehatan yang merawat pasien terinfeksi virus Nipah memiliki risiko tinggi karena mereka berada dalam kontak langsung dengan pasien yang dapat mengeluarkan droplet atau cairan tubuh yang mengandung virus.
4. Tenaga Laboratorium
Orang yang bekerja di laboratorium yang mengelola spesimen pasien terinfeksi virus Nipah juga berisiko terpapar virus jika tidak mengikuti protokol keamanan yang ketat.
5. Keluarga atau Kerabat yang Merawat Pasien
Keluarga atau kerabat yang merawat pasien terinfeksi virus Nipah berada dalam risiko tinggi karena mereka memiliki kontak yang intens dengan pasien yang sakit.
Selain faktor risiko pekerjaan atau pekerjaan yang berhubungan dengan hewan atau pasien terinfeksi, faktor-faktor lain seperti tinggal di daerah yang rentan terhadap penularan virus Nipah juga dapat meningkatkan risiko. Langkah-langkah pencegahan seperti penggunaan peralatan pelindung diri (APD), kebersihan yang baik, dan edukasi mengenai bahaya virus Nipah penting untuk mengurangi risiko penularan penyakit ini.
Cara Mengenali Hewan Pembawa Penyakit Virus Nipah
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penyakit Virus Nipah merupakan jenis penyakit zoonotik, yakni penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengenali hewan yang dapat membawa virus nipah, sebagai salah satu bentuk langkah pencegahan.
Virus Nipah memiliki berbagai host potensial, tetapi kelelawar buah dari genus Pteropus dianggap sebagai host alamiah. Selain kelelawar buah, beberapa hewan lain yang dapat terinfeksi virus Nipah meliputi babi, kuda, kambing, domba, kucing, dan anjing.
Cara mengenali hewan yang dapat menjadi pembawa penyakit virus Nipah melibatkan pemahaman tentang karakteristik dan gejala pada hewan-hewan tersebut:
1. Kelelawar Buah (Genus Pteropus)
Kelelawar buah adalah host alamiah virus Nipah. Untuk mengenali kelelawar buah yang terinfeksi, perlu melakukan penelitian ilmiah yang melibatkan pengambilan sampel dari populasi kelelawar buah. Infeksi virus Nipah pada kelelawar buah dapat dikonfirmasi melalui uji laboratorium.
2. Babi
Babi adalah hewan yang dapat terinfeksi virus Nipah dan berperan penting dalam penularan penyakit ini kepada manusia. Babi yang terinfeksi mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun, atau beberapa di antaranya dapat mengalami demam akut, sesak napas, dan gejala neurologis seperti gemetar, berkedut, dan kejang otot. Kehadiran gejala ini pada babi dapat menjadi petunjuk bahwa hewan tersebut terinfeksi virus Nipah.
3. Hewan Lain
Hewan-hewan seperti kuda, kambing, domba, kucing, dan anjing juga dapat terinfeksi virus Nipah. Penyakit ini biasanya menyebabkan gejala yang mirip dengan flu atau penyakit pernapasan, dan dalam beberapa kasus, gejala neurologis. Adanya gejala yang tidak biasa pada hewan-hewan tersebut, seperti batuk yang tidak biasa pada babi, dapat menjadi petunjuk bahwa penyakit ini mungkin ada di lingkungan tersebut.
Penting untuk mencatat bahwa tidak semua hewan yang terinfeksi virus Nipah akan menunjukkan gejala klinis, dan beberapa mungkin menjadi pembawa tanpa gejala. Oleh karena itu, pendekatan yang lebih efektif adalah melalui surveilans yang ketat dan pengujian laboratorium untuk mendeteksi virus Nipah pada hewan-hewan yang dicurigai. Hal ini dapat membantu dalam pencegahan penularan penyakit virus Nipah kepada manusia.
Advertisement
Langkah Pencegahan Penyakit Virus Nipah
Langkah-langkah pencegahan penyakit virus Nipah adalah kunci untuk mengurangi risiko penularan penyakit ini kepada manusia. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil untuk mencegah penyakit virus Nipah:
1. Tidak Mengonsumsi Nira/Aren Mentah
Hindari mengonsumsi nira atau aren langsung dari pohonnya tanpa dimasak terlebih dahulu. Kelelawar dapat mengontaminasi nira atau aren pada malam hari, sehingga penting untuk memasaknya sebelum dikonsumsi.
2. Cuci dan Kupas Buah Secara Menyeluruh
Saat mengonsumsi buah-buahan, pastikan untuk mencucinya dengan baik dan mengupasnya jika perlu. Ini akan membantu menghilangkan potensi kontaminasi virus Nipah.
3. Buang Buah yang Tanda-tanda Gigitan Kelelawar
Jika Anda menemukan buah yang memiliki tanda-tanda gigitan atau kerusakan yang mencurigakan oleh kelelawar, sebaiknya hindari mengonsumsinya dan buang buah tersebut.
4. Hindari Kontak dengan Hewan Ternak yang Kemungkinan Terinfeksi
Apabila Anda harus berhubungan dengan hewan ternak seperti babi atau kuda yang dapat terinfeksi virus Nipah, pastikan untuk menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti sarung tangan dan pelindung wajah. Hewan yang terinfeksi tidak boleh dikonsumsi.
5. Konsumsi Daging Ternak Secara Matang
Jika Anda mengonsumsi daging ternak, pastikan untuk memasaknya dengan baik hingga matang. Hal ini akan membantu membunuh virus yang mungkin ada dalam daging.
6. Penerapan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
Bagi petugas kesehatan, keluarga yang merawat pasien terinfeksi, dan petugas laboratorium yang mengelola spesimen pasien terinfeksi, penting untuk menerapkan protokol pencegahan dan pengendalian infeksi dengan benar. Ini termasuk penggunaan alat pelindung diri, pengelolaan limbah medis, dan tindakan lainnya untuk menghindari penularan.
7. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Terapkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti mencuci tangan secara teratur dengan sabun dan air mengalir, serta etika bersin dan batuk yang benar untuk menghindari penularan melalui droplet.
Sampai artikel ini ditulis, belum ada vaksin yang tersedia untuk mencegah terpapar penyakit virus Nipah. Oleh karena itu, pencegahan penyakit ini sangat bergantung pada tindakan-tindakan yang dapat diambil untuk menghindari faktor risiko dan menjaga kebersihan serta keamanan dalam mengonsumsi makanan.
Langkah Pengobatan dan Perawatan Penyakit Virus Nipah
Pengobatan untuk penyakit virus Nipah saat ini bersifat suportif dan simptomatik, karena belum ada pengobatan spesifik yang dapat mengatasi virus tersebut. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil dalam pengobatan penyakit virus Nipah:
1. Periksa ke Fasilitas Kesehatan
Jika Anda mengalami gejala yang berkaitan dengan penyakit virus Nipah, seperti demam, sakit kepala, mialgia (nyeri otot), muntah, dan gejala neurologis, segera pergi ke fasilitas kesehatan terdekat. Dokter atau tenaga kesehatan akan melakukan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosis.
2. Isolasi
Pasien yang terinfeksi virus Nipah harus diisolasi untuk mencegah penularan kepada orang lain. Ini adalah langkah penting dalam mengendalikan penyebaran penyakit.
3. Terapi Suportif
Pengobatan utama adalah terapi suportif, yang bertujuan untuk meredakan gejala yang dialami oleh pasien. Ini termasuk pengobatan gejala pernapasan dan komplikasi neurologis seperti ensefalitis. Pemberian cairan intravena juga dapat diperlukan untuk menjaga hidrasi yang baik.
4. Perawatan Intensif
Pasien yang mengalami gejala berat, seperti ensefalitis atau kejang, mungkin memerlukan perawatan intensif di rumah sakit. Ini termasuk pemantauan ketat dan perawatan medis yang intensif.
5. Pengendalian Komplikasi
Pengobatan juga akan difokuskan pada pengendalian komplikasi yang mungkin muncul akibat penyakit virus Nipah. Ini dapat mencakup penanganan infeksi sekunder atau masalah pernapasan.
6. Pencegahan Penularan
Selama perawatan, penting untuk menjaga tindakan pencegahan penularan kepada orang lain. Tenaga medis yang merawat pasien harus menggunakan alat pelindung diri dengan benar untuk menghindari penularan melalui kontak dengan darah, urin, atau cairan tubuh lainnya.
Penting untuk segera mencari perawatan medis jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gejala yang mencurigakan terkait penyakit virus Nipah. Langkah-langkah awal yang cepat dapat membantu dalam pengobatan dan pengendalian penyakit ini. Selalu ikuti petunjuk dari tim medis yang merawat dan patuhi langkah-langkah pencegahan penularan.
Advertisement
Apakah virus Nipah memiliki potensi menyebar di Indonesia?
Potensi penyebaran virus Nipah di Indonesia merupakan isu penting yang memerlukan pemahaman dan kewaspadaan yang tinggi. Meskipun belum ada laporan kasus konfirmasi penyakit virus Nipah pada manusia di Indonesia hingga saat ini, adanya temuan virus Nipah pada kelelawar buah (genus Pteropus) menunjukkan potensi penyebarannya di wilayah ini.
Dilansir dari artikel berjudul "Penyakit Nipah dan Situasinya di Indonesia" (WARTAZOA Vol. 15 No. 2 Th. 2005), berikut faktor-faktor yang menunjukkan bahwa virus nipah memiliki potensi menyebar di Indonesia:
1. Kasus Nipah pada Orang Indonesia yang Bekerja di Malaysia
Pada tahun 2000, terdapat laporan kasus Nipah pada seseorang yang pernah bekerja di peternakan babi di Malaysia dan kemudian kembali ke Indonesia. Ini menunjukkan bahwa orang tersebut terinfeksi virus Nipah di Malaysia, dan hal ini menggarisbawahi potensi penularan virus ini antar-negara.
2. Temuan Antibodi Nipah pada Manusia
Serologi menunjukkan bahwa beberapa individu di Indonesia memiliki antibodi terhadap virus Nipah. Ini menandakan bahwa kontak dengan virus Nipah telah terjadi pada manusia di Indonesia. Meskipun tidak mengindikasikan infeksi akut, keberadaan antibodi tersebut menunjukkan bahwa virus ini ada di lingkungan.
3. Surveilans pada Babi
Meskipun surveilans serologis pada serum babi di beberapa daerah di Indonesia belum menunjukkan adanya antibodi terhadap Nipah, hal ini tidak dapat dijadikan jaminan bahwa babi di seluruh Indonesia bebas dari virus ini. Babi dapat menjadi inang perantara penting dalam penyebaran virus Nipah.
4. Temuan Antibodi Nipah pada Kelelawar
Temuan antibodi Nipah pada kelelawar spesies Pteropus vampyrus di beberapa daerah Indonesia menunjukkan bahwa virus Nipah ada pada populasi kelelawar di wilayah tersebut. Kelelawar dianggap sebagai inang alamiah virus Nipah.
Dari informasi ini, dapat disimpulkan bahwa ada potensi penyebaran virus Nipah di Indonesia, terutama melalui kelelawar buah sebagai inang alamiah. Kehadiran antibodi Nipah pada manusia dan temuan virus pada kelelawar menjadi peringatan bahwa tindakan pencegahan dan pemantauan yang ketat diperlukan untuk menghindari potensi wabah penyakit virus Nipah di masa depan. Langkah-langkah untuk meminimalkan risiko melibatkan pemantauan hewan, praktik pertanian yang aman, dan edukasi masyarakat tentang bahaya potensial virus ini.