Terapkan Frugal Living, Kakek Nenek Ini Kumpulkan Rp 21,5 Miliar untuk Dana Desa

Kakek Nenek rela memakai baju bekas, hingga memakai sepatu murah demi sumbang uang ke Desa.

oleh Ibrahim Hasan diperbarui 25 Sep 2023, 09:45 WIB
Diterbitkan 25 Sep 2023, 09:45 WIB
Kisah Hemat Kakek Nenek
Ma Xu dan suaminya, Yan Xueyong, dalam seragam yang mereka kenakan saat bertugas di angkatan bersenjata China (Sumber:Weibo)

Liputan6.com, Jakarta Belakangan, konsep frugal living menjadi sorotan bagi inspirasi kehidupan masa kini. Frugal living sendiri  berkaitan erat dengan pengelolaan keuangan yang bijaksana dan mengurangi pengeluaran yang tidak perlu. Konsep ini ternyata juga diterapkan sepasang kakek dan nenek di China yang kisahnya mencuri perhatian. 

Ma Xu, berusia 90 tahun, dan suaminya Yan Xueyong, tinggal di provinsi Hubei berhasil mengumpulkan uang Rp 21,5 Miliar untuk dana pendidikan di desanya. Menariknya, jerih payah tersebut merupakan hasil dari berhemat. Mulai dari rela memakai baju bekas, hingga memakai sepatu murah.

Kisah cinta pasangan ini dimulai dari ketika mereka bertemu selama dinas mereka sebagai penerjun payung. Ma Xu adalah salah satu pasukan terjun payung wanita pertama di China. 

Pada tahun 2018, mereka mengambil keputusan luar biasa untuk memberikan kembali kepada kampung halaman mereka. Mereka menyumbangkan seluruh tabungan hidup mereka ke daerah Mulan, di provinsi Heilongjiang, tempat kakek nenek itu lahir.

Berikut Liputan6.com merangkum kisah inspirasi kakek nenek kumpulkan dana puluhan miliar dari hidup hemat melansir dari Xinhua News dan Guangming News, Senin (25/9/2023).

 

 

Kakek Nenek Sempat Diduga Terjerat Penipuan

Kisah Hemat Kakek Nenek
Ma Xu dalam seragam yang mereka kenakan saat bertugas di angkatan bersenjata China (Sumber:Weibo)

Dalam laporan Xinhua News, pasangan ini terlihat duduk di konter cabang bank dengan seragam militer lama mereka dan sebuah map kecil yang berisi catatan keuangan. Keduanya dengan niat teguh membahas cara untuk memberikan sumbangan yang besar ini.

Sumbangan awal mereka, sebesar tiga juta yuan, membuat staf bank merasa khawatir, bahkan sampai-sampai mereka menelepon polisi untuk mencegah dugaan penipuan. Namun, ketika petugas tiba, mereka segera memverifikasi niat tulus pasangan ini untuk menyumbangkan tabungan mereka demi pendidikan.

Ma Xu lahir dalam keluarga miskin, dan sebelum menjadi penerjun payung, dia bergabung dalam Tentara Pembebasan Rakyat. Namun, setelah mencapai mimpinya pada tahun 1962, dia dan suaminya Yan Xueyong mendedikasikan diri pada penelitian ilmiah untuk militer, bahkan menemukan pelindung pergelangan kaki untuk pasukan dan rompi pasokan oksigen.

Dalam laporan Xinhua News, pasangan ini terlihat duduk di konter cabang bank dengan seragam militer lama mereka dan sebuah map kecil yang berisi catatan keuangan. Keduanya dengan niat teguh membahas cara untuk memberikan sumbangan yang besar ini. Sumbangan awal mereka, sebesar tiga juta yuan, membuat staf bank merasa khawatir, bahkan sampai-sampai mereka menelepon polisi untuk mencegah dugaan penipuan. Namun, ketika petugas tiba, mereka segera memverifikasi niat tulus pasangan ini untuk menyumbangkan tabungan mereka demi pendidikan. Ma Xu lahir dalam keluarga miskin, dan sebelum menjadi penerjun payung, dia bergabung dalam Tentara Pembebasan Rakyat. Namun, setelah mencapai mimpinya pada tahun 1962, dia dan suaminya Yan Xueyong mendedikasikan diri pada penelitian ilmiah untuk militer, bahkan menemukan pelindung pergelangan kaki untuk pasukan dan rompi pasokan oksigen. Pegang Konsep Hidup Sederhana dan Hemat

Kisah Hemat Kakek Nenek
Ma Xu dan suaminya, Yan Xueyong, dalam seragam yang mereka kenakan saat bertugas di angkatan bersenjata China (Sumber:Weibo)

Ma Xu, dan suaminya Yan Xueyong tidak hanya berkontribusi dalam bidang militer, tetapi juga dalam bidang keuangan. Mereka hidup hemat, tinggal di sebuah bungalo sederhana. Bahkan rela memakai sepatu yang hanya berharga 15 yuan (Rp 31 ribu), dan menggunakan ponsel flip lama yang telah mereka miliki selama lebih dari satu dekade.

"Hanya ketika anak-anak mendapatkan pendidikan yang baik, kampung halaman kami akan berkembang,” kata Ma Xu.

Kisah filantropi seperti ini sering menjadi berita inspiratif di China. Bulan Juli lalu, seorang ibu berusia 32 tahun dari China timur laut mendonorkan sumsum tulangnya untuk menyelamatkan nyawa seorang anak laki-laki berusia lima tahun, meskipun dia memiliki risiko karena menderita anemia parah. Tindakan belas kasihnya menginspirasi banyak orang di dunia maya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya