Bacaan Manaqib Syeikh Abdul Qodir Al Jailani, Lengkap Teks Arab, Latin, dan Arti

Bacan Manaqib dikenal sebagai sebuah kitab yang memuat riwayat hidup seseorang.

oleh Laudia Tysara diperbarui 12 Okt 2023, 14:00 WIB
Diterbitkan 12 Okt 2023, 14:00 WIB
Tadarus Al-Qur’an Raksasa di Masjid Yaman
Pria Muslim membaca Al-qur'an pada hari pertama Ramadhan di Masjid Al-Kabir di ibu kota Yaman, Sanaa, 2 April 2022. Pemberontak Huthi yang didukung Iran dan koalisi pimpinan Saudi sepakat untuk mematuhi gencatan senjata dua bulan, yang mulai berlaku pada hari pertama puasa. (MOHAMMED HUWAIS/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Manaqib, sebuah kata yang mungkin terdengar asing bagi sebagian orang. Kata ini berasal dari "manqabah," yang dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan sebagai perilaku baik seseorang. Manaqib artinya mengacu pada sifat terpuji atau akhlak yang baik yang dimiliki oleh seorang individu.

Manaqib juga sering kali dikenal sebagai sebuah kitab yang memuat riwayat hidup seseorang. Kitab ini menjadi jendela yang mengungkapkan sisi-sisi terbaik dari karakter dan perjalanan hidup seseorang. Dalam Islam, manaqib adalah juga tentang memahami dan merenungkan akhlak yang mulia dari para tokoh agama dan individu yang saleh.

Bacaan manaqib yang akan dibahas kali ini merupakan syair yang dikenal dimuat dalam kitab berjudul “Ibadallah Rijalallah.” Ini bacaan Manaqib lengkap Syeikh Abdul Qodir Al Jailani. Syairnya mengandung wasilah permohonan kepada Allah SWT. Simak bacaan manaqib yang dimaksudkan.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam bacaan Manaqib, pengertian, dan tujuan membacanya, Kamis (12/10/2023).

Bacaan Lengkapnya

Itikaf 10 Malam Terakhir Ramadhan di Masjid Pakistan
Seorang Umat Muslim membaca al-Quran saat melakukan ibadah itikaf di sebuah masjid, di Peshawar , Pakistan, 22 April 2022. Itikaf adalah adalah tinggal atau menetap di dalam masjid dengan niat beribadah untuk mendekatkan diri kepada Allah pada sepuluh hari terakhir Ramadhan. (AP Photo/Muhammad Sajjad)

عِبــَادَ اللهِ رِجَــالَ اللهِ – أَغِيْثُـنَـا لِأَجْـلِ اللهِ

"Ibadallah Rijalallah Aghitsuna li ajlillah .…Li Ajlillah"

(Wahai Hamba hamba Allah, Wahai wali-wali Allah. Tolonglah kami karena Allah)

 

وَكُـونُـواأَوْلَـنــــَا لِلّهِ – عَـسـَى نَخْـــطَى بِـفَضْـــــلِ للهِ

"Wakuunu Aulaana Lillaah Asaa Nakhtoo Bifadhlillah"

(Bantulah kami karena Allah, Semoga tercapai hajat kami karena anugerah Allah)

 

وَيَـاأَقْـــطَابُ وَيـَاأ نْجَـــاب – وَيَـاسَادَ اتُ ويَـاأَحْبَــابُ

"Wa Yaa Aqthoob Wa Yaa Anjab Wa yaa Saadat Wayaa Ahbab … Waya Ahbaab"

(Wahai para wali qutub, wahai para wali yang dermawan, wahai para sayyid dan habaib [keturunan Rasulullah SAW])

 

وَأَنْــتُمْ يـــَاأُلِى اْلأَ لْبَـــــاب – تَـعَـالَـوْوَانـْصُـــرُوْا لِلّهِ

"Wa Antum Yaa ulil Albab Ta’aa Lau Wan surru Lillah"

(Wahai para wali yang memiliki akal sempurna, engkau adalah penolong, penyantun, datanglah kemari, tolonglah karena Allah)

 

سَـــأَ لْنَــــاكُــمْ سَـأَلْنَـــاُكْــم – وَلِلـزُّلــْفَ رَجَوْنَكُـمْ

"Sa-alnakum sa-alnakum Wali Zulfaa Rojaunakum…..Rojaunakum"

(Dengan perantaraan engkau kami memohon, dengan perantaraan engkau kami memohon dengan mengharapkan do’amu kami dekat dengan Allah)

 

وَفِيْ أَمْـرٍقَـصَــدْ نَـاكُــمْ – فَـشـُــدُّوْا عَـزْمـَــكُــمْ لِلّهِ

"Wa Fii Amrin Qoshadnaakum Faa Syudduuu “azmakum Lillah"

(Dengan maksud perantaraan engkau, untuk tercapai urusan kami, karenanya kokohkanlah tujuan kami karena Allah).

 

فَـيَـــارَبِّيْ بِسَــادَاتِ – تَحَـقَّـــقْــلِيْ إِشَــــارَتِي

"Faa Yaa Robbii Bi Saadaati Tahaqqoqliii Isyaarotii ……Isyarotii"

(Wahai tuhan kami, dengan perantaraan tuan-tuan yang menjadi wali, kokohkanlah petunjuk-Mu kepada kami)

 

عَـسىَ تَـأْ تِيْ بِشَـــــــارَةِ – وَيَــصْـــفُ وَقْـــتُـــــنَا لِلّهِ

"Asaa Ta’tii Bi Syaarooti Wa Yashfu Waqtuna Lillah"

(Semoga lekas datang kebahagiaan kami, semoga waktu kami bersih untuk beribadah karena Allah)

 

بِكَشْفِ الْحَجْبِ عَنْ عَـيْـنِ – وَرَفْــــعِ اْلبَــْيــنِ مِنْ بَـــيْنٍ

"Bi Kasyfil Hajbi “an ‘aini Wa Rof’il Baini Mim Bainin ..….Mimbainin"

(Dengan terbukanya tirai penutup dari mata kami dan hilangkan penghalang antara kami dan Allah)

 

وَطَـمْـسِى اْلكَيْــفِ وَاْلعَيـْنِ – بِـنُـوْرِالْـوَجْــهِ يـَا اَللهُ

"Wa Thomsil Kaifa Wal Aini Binuuril Wajhi Yaa Allah"

(Dan terhapusnya keraguan, bagaimana Allah dan dimana Allah dengan cahaya Dzat Engkau Ya Allah)

 

صَــلَاةُ اللهِ مَـوْلَـنَـــــا – عَلىَ مَنْ بـِالهُـدَى جَنَــا

"Sholatullah Maulana – Ala Man bilhuda jana"

(Wahai tuhan kami, semoga kesejahteraan Allah dilimpahkan kepada orang yang datang dengan membawa petunjuk kepada kami)

 

وَمَنْ بِاْلحَـــقِّ أَوْلَـنــَـــا – شَـفِـيْـــــعِ اْلخـَـلْــقِ عِنْـــدَ الله

"Wa Man Bil Haqqi Aulaana Syafii-‘il Kholqi ‘Indaullah"

(Yaitu nabi Muhammad SAW, yang memberikan Islam sebagai agama kami, dan memberi syafaat kepada para makhluk di sisi Allah).

 

Isinya Budi Pekerti dan Kebaikan Seseorang

Tadarus Al-Qur’an Raksasa di Masjid Yaman
Pria Muslim membaca Al-qur'an pada hari pertama Ramadhan di Masjid Al-Kabir di ibu kota Yaman, Sanaa, 2 April 2022. Pemberontak Huthi yang didukung Iran dan koalisi pimpinan Saudi sepakat untuk mematuhi gencatan senjata dua bulan, yang mulai berlaku pada hari pertama puasa. (MOHAMMED HUWAIS/AFP)

Menurut penjelasan dalam buku "Hujjah Amaliyah Ahlusunnah Waljama'ah" (2022) oleh Muhammad Ropi'i, manaqib secara harfiah berarti meneliti dan menggali. Ini mengisyaratkan bahwa membaca bacaan manaqib adalah sebuah upaya untuk lebih mendalami dan memahami kebaikan seseorang, terutama dalam hal budi pekerti dan akhlak yang luhur.

Membaca manaqib, pada dasarnya, adalah membaca sejarah hidup seseorang dalam konteks budi pekerti dan kebaikannya. Ini bukan sekadar kegiatan membaca, melainkan merupakan upaya untuk mengeksplorasi karakter dan perilaku yang patut dijadikan teladan. Manaqib adalah cerminan nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh individu-individu yang berjasa dalam agama dan masyarakat.

Salah satu tujuan utama penulisan kitab manaqib adalah untuk menciptakan tabaruk, tawasul, dan mengenal orang-orang shalih. Tabaruk adalah pencarian berkah melalui jejak-jejak kebaikan yang ditinggalkan oleh orang-orang saleh. Sementara tawasul adalah usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui perantara orang yang dianggap memiliki akhlak yang mulia.

Dalam buku "Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah: Studi Etnografi Tarekat Sufi Di Indonesia" oleh Emawati, Syukran Makmun, dan Gunawan Anjar Sukmana, manaqib juga dikaitkan dengan upaya untuk mendapatkan limpahan kebaikan dari Allah SWT dengan memahami kebaikan para wali yang dicintai-Nya. Membaca manaqib, umat Islam berharap untuk mendapatkan berkah dan hidayah dari Tuhan.

Dalam suasana manaqib, pembaca kitab biasanya adalah seorang kiai atau tokoh agama yang dihormati. Para jemaah, dengan khidmat, mendengarkan dengan seksama dan secara aktif memuji Allah dengan kalimat-kalimat yang terdapat dalam Asmaul Husna. Ini adalah sebuah momen spiritual yang sarat makna, keberkahan dan kebijaksanaan Allah SWT dirasakan oleh semua yang hadir.

Jadi, membaca manaqib adalah lebih dari sekadar membaca teks. Ini adalah perjalanan untuk memahami, merenung, dan mencari berkah dalam akhlak yang luhur dan keteladanan para tokoh agama. Dalam proses ini, umat Islam dapat memperoleh kebijaksanaan dan berkat dalam perjalanan hidup mereka.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya