40 Kata-Kata Syekh Abdul Qodir Jaelani, Penuh Hikmah Dan Pembelajaran

Biografi singkat dan kata-kata Syekh Abdul Qadir Jaelani.

oleh Woro Anjar Verianty diperbarui 12 Okt 2023, 16:30 WIB
Diterbitkan 12 Okt 2023, 16:30 WIB
Syekh Abdul Qodir Jaelani
Sumber: kemenag.go.id

Liputan6.com, Jakarta Kata-kata bijak dan petuah dari tokoh-tokoh sufi dan ulama agung sering kali menjadi sumber inspirasi dalam perjalanan spiritual dan pencarian makna hidup. Salah satu figur sufi terkemuka dalam sejarah Islam adalah Syekh Abdul Qadir Jaelani. 

Syekh Abdul Qadir Jaelani, yang hidup pada abad ke-12, merupakan salah satu tokoh sufi yang paling berpengaruh dalam Islam. Beliau dikenal tidak hanya karena kebijaksanaan dan kedalaman ilmunya, tetapi juga karena kata-kata Syekh Abdul Qadir Jaelani mengandung makna spiritual dan nasihat yang mendalam. 

Kata-kata Syekh Abdul Qadir Jaelani, dapat mengajarkan kita tentang rendah hati, ketulusan niat, dan makna sejati dari pencarian ilmu dan kedekatan dengan Allah SWT. Oleh karena itu penting untuk memahami dan mendalami kata-kata Syekh Abdul Qadir Jaelani.

Untuk itu, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber pada Kamis (12/10/2023). Biografi singkat dan kata-kata Syekh Abdul Qadir Jaelani.

Biografi singkat Syekh Abdul Qodir Jaelani

ilustrasi sholat. islam-today.ru
ilustrasi sholat. islam-today.ru

Syekh Abdul Qodir Jaelani, yang juga dikenal sebagai Syekh Abdul Qadir al-Jilani, adalah seorang ulama dan sufi terkenal yang lahir pada tahun 1077 di Iran. Dia dikenal sebagai pendiri tariqah Qadiriyya, salah satu tariqah sufi yang paling berpengaruh di dunia Islam. 

Syekh Abdul Qodir Jaelani memiliki pemahaman mendalam tentang ajaran Islam dan spiritualitas, dan dia mendedikasikan hidupnya untuk menyebarkan ajaran-ajaran Islam dan mengajarkan praktik-praktik sufi kepada pengikutnya.

Dia mengembara ke berbagai tempat dalam perjalanannya mencari ilmu dan makrifat (pengetahuan tentang Tuhan). Syekh Abdul Qodir Jaelani juga dikenal karena karya-karyanya yang mendalam tentang ajaran Islam dan sufi, yang termasuk dalam kitab-kitabnya yang terkenal seperti "Futuh al-Ghaib" (Pembukaan Rahasia) dan "Al-Ghunya li-Talibi Tariq al-Haqq" (Cukuplah Bagi Pengikut Jalan Kebenaran). 

Syekh Abdul Qodir Jaelani wafat pada tahun 1166 di Baghdad, Irak, namun warisan spiritualnya terus hidup melalui pengikut-pengikutnya dan tariqah Qadiriyya yang tetap aktif hingga hari ini. Beliau dihormati sebagai salah satu sufi paling terkemuka dalam sejarah Islam dan dianggap sebagai figur sufi yang sangat penting dalam tradisi sufi.

 

Kata-kata Syekh Abdul Qodir Jaelani 1-10

Syekh Abdul Qodir Jaelani dikenal tidak hanya karena kebijaksanaan dan kedalaman ilmunya, tetapi juga karena kata-kata yang mengandung makna spiritual dan nasihat yang mendalam. Berikut adalah beberapa kutipan kata-kata Syekh Abdul Qadir Jaelani yang mencakup berbagai aspek kehidupan spiritual, dari ketulusan niat dalam pencarian ilmu hingga pentingnya rendah hati dalam menjalani perjalanan kehidupan yang penuh makna.

1. “Ubahlah kerana-Nya sesuatu yang Dia benci dari nafsumu sehingga Dia memberimu apa yang kamu sukai. Jalan itu luas. Berdirilah dan teguhlah. Beramallah dan jangan lalai selama tali dengan dua hujungnya di tanganmu. Mohonlah pertolongan kepada-Nya atas sesuatu yang menjadikan kebaikanmu. Kendarailah nafsumu, jika tidak, ia akan mengendarai kamu. Nafsu itu tukang memerintahkan keburukan di dunia dan tukang mencela di akhirat.”

2. “Bersopanlah yang baik terhadap-Nya dan terhadap makhluk-Nya. Sedikitlah berbicara yang tidak berguna bagimu.”

3. ”Orang-orang yang meninggalkan amal dalam keadaan berilmu, ilmu itu akan melupakanmu dan berkahnya hilang dari hatimu. Wahai orang-orang yang bodoh! seandainya kamu mengetahui-Nya nescaya kamu mengetahui siksaan-siksaan-Nya.”

4. “Syirik itu ada pada lahir dan batin. Syirik lahir ialah menyembah berhala sedangkan syirik batin ialah berpegang kepada makhluk dan memandang mereka dapat memberi kemudharatan dan manfaat.”

5. “Wahai anak! Janganlah kamu menuntut sesuatu kepada seseorang. Dan jika kamu mampu untuk memberi dan tidak mengambil maka lakukanlah. Kamu melayani dan kamu tidak minta dilayani oleh orang lain maka lakukanlah.”

6. “Jadikanlah akhirat itu sebagai modalmu, dan jadikan dunia itu sebagai keuntunganmu. Gunakanlah seluruh waktumu untuk menghasilkan akhiratmu. Lalu apabila dari waktumu itu ada sedikit yang tersisa, maka gunakanlah untuk berusaha dalam urusan duniamu dan mencari penghidupan.

7. “Nasihatilah dirimu terlebih dahulu barulah kemudian menasihati orang lain. Kamu harus lebih memperhatikan nasib dirimu. Janganlah kamu menoleh pada orang lain sedangkan dalam dirimu masih ada sesuatu yang harus diperbaiki.”

8. “Janganlah kamu takut kepada makhluk dan janganlah kamu berharap kepada mereka, kerana hal itu menunjukkan betapa lemahnya imanmu. Hendaklah engkau istiqamah dalam cita-citamu, sehingga engkau memperoleh ketinggian, kerana Allah SWT akan memberimu sesuatu yang layak dengan cita-citamu, dengan kebenaran dan keikhlasanmu. Bersungguh-sungguhlah engkau, songsong dan kejarlah, kerana sesuatu itu tidak akan datang kepadamu begitu sahaja, tanpa berusaha memperoleh nya, sedangkan engkau mempunyai kewajiban untuk melakukan amal kebaikan sebagaimana engkau diwajibkan untuk mencari rezeki.”

9. “Selama hidup di dunia ini, yang terbaik adalah menyelamatkan hati dari buruk sangka. ”

10. “Orang itu dikatakan dekat dengan Allah selama dia meluangkan waktunya untuk berdzikir setiap hari.”

 

Kata-kata Syekh Abdul Qodir Jaelani 11-20

11. “Bantulah orang fakir dengan sebahagian harta kalian. Jangan pernah menolak pengemis, padahal kalian mampu memberikan sesuatu untuknya baik sedikit mahupun banyak. Raihlah kasih sayang Allah dengan pemberian kalian. Bersyukurlah kepada Allah yang telah membuat kalian mampu memberi. Jika pengemis adalah hadiah dari Allah, sementara kalian mampu memberinya, mengapa kalian menolak hadiah itu?! Bohong kalau kalian mendengar nasihat dan menangis di hadapanku, tapi saat orang datang meminta uluran tangan, kalian malah membiarkannya. Itu menunjukkan bahawa tangisan kalian belum kerana Allah.”

12. “Apabila kebenaran keimananmu telah terbukti dan kamu dapat menyesuaikan diri dengan kehendak dan perbuatan Allah, dan dengan izin Allah juga, maka hendaklah kamu tetap bersabar dan redha serta patuh kepadaNya. Janganlah kamu melakukan apa saja yang dilarang oleh Allah. Apabila perintah-Nya telah datang, maka dengarkanlah, perhatikanlah, bersegeralah melakukannya, senantiasalah kamu bergerak dan jangan bersikap pasif terhadap takdir dan perbuatan-Nya, tetapi pergunakanlah seluruh daya dan upayamu untuk melaksanakan perintah-Nya itu.

13. “Janganlah bersusah payah untuk mendapatkan keuntungan dan jangan pula mencuba menghindarkan diri dari malapetaka. Keuntungan itu akan datang kepadamu jika memang sudah ditentukan oleh Allah untukmu, baik sengaja mencarinya maupun tidak. Malapetaka itu pun akan datang menimpamu, jika memang telah ditetapkan oleh Allah untukmu, baik kamu membencinya, maupun mencuba menghindarkannya dengan doa dan solat atau menghadapinya dengan penuh kesabaran, kerana hendak mencari keredhaan Allah.”

14. “Taubatlah engkau dari riak dan nifaq. Janganlah malu mengakui hal itu atas dirimu. Yang kuat di antara manusia mulia adalah mereka yang semula munafik. Oleh yang demikian, berkatalah sebahagian ulama, “Tidak ada yang mengetahui hakikat ikhlas kecuali murai (orang riak)”. Yang paling beruntung ialah mereka yang ikhlas mulai dari awal hingga akhirnya.”

15. “Fikirlah bahawa di dunia ini, suatu yang kamu cintai tidak akan kekal selamanya. Tidak abadi, pasti fana. Jika hal ini telah benar-benar kamu sedari, tentu kamu tidak akan melupakanNya walau sekejap pun. Namun, kebanyakan tidak ada manusia yang mengingatkan hal itu. Barang siapa telah merasakan, bererti telah mengetahuinya. Manusia yang demikian adalah termasuk salah satu dari mereka yang tidak tahan tinggal bersama makhluk..”

16. “Malulah kamu kepada Allah s.w.t. Lihatlah dengan mata hatimu. Rendahkan dirimu di hadapanNya. Letakkan dirimu di bawah lintasan kekuasaanNya. Bimbinglah jiwamu untuk sentiasa mensyukuri nikmat-nikmatNya. Raihlah sinar keterangan dengan mengharungi segala cubaan dan rintangan. Jika semuanya telah benar-benar ada pada dirimu, maka karamah, keluhuran dan syurga Allah akan kamu dapati, baik di dunia maupun di akhirat..”

17. “Kenalilah Allah s.w.t., janganlah rasa bodoh terhadapNya. Taatlah kepadaNya, jangan mendurhakaiNya. Ridholah atas ketentuan takdirNya, jangan kau ingkari. Kenalilah Al-Haq Azza Wajalla melalui ciptaanNya. Dialah (Allah) Maha Pencipta, Pemberi Rezeki, Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Lahir dan Yang Batin, Yang Qadim, Yang Abadi dan Yang Bebas Berbuat Sesuai Dengan KehendakNya..”

18. “Orang mukmin mengawal dirinya dengan membangun batinnya. Kemudian bari membangun lahirnya. Sebagaimana orang yang membangun rumah, membelanjakan sejumlah uangnya untuk mengisi rumahnya itu sebelum pintunya terbuat rapi.”

19. Wahai mereka2 yang jahil! Pada mulanya engkau haruslah bergaul dengan para syeikh. Membinasakan nafsu, kesenangan dan segala sesuatu selain Allah Azza Wajalla. Engkau harus selalu menghadap pintu rumahnya, yakni para syeikh. Baru setelah itu, pisahkan dirimu dengan mereka. Bersilalah di persadamu sendirian, hanya bersama Allah Azza Wajalla. Jika semuanya itu telah engkau capai, nescaya engkau akan jadi ‘ubat’ bagi makhluk. Menjadi ‘petunjuk’ yang menuntut mereka, atas lain Allah Azza Wajalla.”

20. “Aku mengajak kamu menghadap ke hadirat Allah Azza Wajalla. AKu mengajak kamu ke ambang pintuNya dan untuk taat kepadaNya, bukan kepada dirimu. Orang munafik tidak mungkin mengajak makhluk ke hadapan Tuhan, melainkan mengajak menghadap kepada diri mereka. Mereka mencari penghormatan dan pengakuan serta tamak kepada hal-hal duniawi..”

 

Kata-kata Syekh Abdul Qodir Jaelani 21-30

21. “Tukarkanlah pakaian ‘syahwat’, sombong, ujub, nifak, suka dipuji makhluk, senang disanjung dan senang kepada pemberian segala daya dan kekuatan serta semangat untuk menukarkannya. Letakkanlah dirimu di hadapan Allah Azza Wajalla dengan tiada daya, kekuatan dan tidak bersama apa-apa, juga dengan tanpa syirik dengan makhluk. Jika semuanya itu sudah kamu penuhi, tentu kamu akan temui ‘kasih sayang’ Allah s.w.t. selalu melimpah kepadamu..”

22. “Orang yang beriman selalu menyembunyikan apa yang ada padanya. Jika lisannya terlanjur mengucapkan sesuatu, maka ia segera memperbaiki ungkapan yang diucapkan itu. Berusahalah menutupi apa yang telah lahir, dan mohon kemaafan.”

23. “Janganlah kamu menghendaki kelebihan dan kekurangan. Janganlah mencari kemajuan dan kemunduran. Sebab ketentuan telah menetapkan bahagian masing2. Setiap orang di antara kamu, tidak diwujudkan melainkan telah ditentukan catatan mengenai pengalaman hidupnya secara khusus.”

24. Jika dunia dan akhirat datang melayanmu, dengan tanpa susah payah, ketuklah pintu tuhanmu dan menetaplah di dalamnya. Bila kamu telah menetap di dalamnya, akan jelaslah bagimu seperti “buah fikiran”..”

25. Terimalah nasib dengan zuhud, tidak dengan kebencian. Orang yang makan sambil menangis tidak sama dengan orang yang makan sambil ketawa, dalam menerima segala ketentuanNya. Sentiasalah hatimu dengan Allah Azza Wajalla. Berserah dirilah atas keburukan nasib. Kamu makan sesuatu yang diberikan oleh tabib dan sesuai dengan ubatnya adalah lebih baik daripada makan sesuatu yang kamu sendiri tidak mengetahui asal usulnya. Selama hatimu keras terhadap amanat, maka hilanglah rahmat darimu, dan hilanglah pula segala yang ada padamu. Hukum2 syariat itu amanat yang dibebankan kepadamu, sedangkan kamu meninggalkan dan mengkhianatinya. Tidak guna lagi jika amanat telah lenyap dari hatimu.”

26. “Saudara! Jika bicara, bicaralah dengan niat yang baik. Jika diam, diamlah dengan niat yang baik. Setiap orang yang tidak berniat dalam beramal, maka tiada berguna baginya amal yang ia kerjakannya itu, amalnya sia-sia. Baik engkau bicara atau diam, kau tetap berdosa sebab engkau tidak membenarkan niatmu, diam dan bicara yang tidak mengikut sunnah.”

27. “Nasihatilah dirimu terlebih dahulu, kemudian baru orang lain. Anda harus memelihara nafsumu. Jangan kamu mengira kesalahan orang lain sebab, dirimu masih memerlukan pembaikan. Adakah anda tahu bagaimana membersihkan orang lain? Bagaimana menonton orang lain? Padahal yang dapat memimpin manusia adalah orang2 yang awas. Hanya peranan ulung yang dapat menyelamatkan orang lain yang tenggelam dalam lautan. Hanya orang yang mengetahui Allah yang dapat mengarahkan umat manusia ke arah jalan-Nya. Tidaklah cakapan yang diperlukan untuk berbakti kepada Allah s.w.t. melainkan perbuatan nyata.”

28. “Nafsu seseorang selalu menentang dan membangkang. Maka barangsiapa ingin menjadikannya baik, hendaklah ia bermujahadah, berjuang melawannya, sehingga terselamat dari kejahatannya. Hawa nafsu semuanya adalah keburukan dalam keburukan, namun apabila telah terlatih dan menjadi tenang, berubahlah ia menjadi kebaikan di dalam kebaikan.”

29. “Di antara ciri orang yang arif billah Azza Wajalla adalah ia selalu sabar menerima berbagai malapetaka dan rela terhadap semua qadha dan ketentuan-ketentuan takdir-Nya dalam segala ihwalnya, baik berkenaan dengan peribadinya, ahlinya dan semua makhluk sesamanya.”

30. “Kuasailah nafsumu! Kalau tidak, maka ia yang akan menguasaimu. Nafsu selalu mengajak kejahatan dalam soal dunia dan akhirat. Jauhilah orang-orang yang menjauhkan kamu dari Allah Azza Wajalla, seperti kamu menjauhi binatang buas. Berbuatlah sesuatu untuk Allah Azza Wajalla! Sesungguhnya orang yang berbuat sesuatu untuk Allah Azza Wajalla itu akan beruntung. Barangsiapa yang mencintai Allah Azza Wajalla, maka Dia akan mencintainya. Dan barangsiapa yang menghendaki Allah Azza Wajalla, maka Dia akan menghendakinya. Dan barangsiapa yang mengenali Allah Azza Wajalla bererti ia telah mengenal dirinya sendiri.”

Kata-kata Syekh Abdul Qodir Jaelani 31-40

31. Hendaklah engkau selalu ingat kepada Allah Azza Wajalla dan mengadakan hubungan batin dengan-Nya, sebab Allah Azza Wajalla adalah Zat yang memenuhi keperluanmu di dunia dan di akhirat, memeliharamu di waktu hidup dan matimu. Dia juga yang menghindarimu dari segala macam bencana. Hendaklah engkau sentiasa berpegang kepada kalam yang jelas kebenarannya, sejelas coretan tinta hitam ke atas lembaran putih, mengabdilah kepadanya sehingga ia mengabdimu, dan ia memimpin tangan qalbumu dan membawanya ke hadrat Tuhanmu Allah Azza Wajalla. Mengamalkan isinya menyebabkan hatimu memiliki dua sayap yang dapat kau buat terbang untuk menghadap kepada Tuhanmu Allah Azza Wajalla.”

32. “Jadilah engkau orang yang berakal, dan janganlah jadi pendusta. Kau mengatakan, “Saya ini takut kepada Allah SWT, tetapi engkau justeru takut kepada selain-Nya. Janganlah engkau takut kepada jin, manusia dan malaikat. Janganlah takut kepada haiwan, baik yang dapat berbicara mahupun yang bisu. Juga jangan takut kepada siksaan dunia mahupun akhirat, tetapi takutlah kepada Zat yang menyiksa.”

34. “Kembalilah kau kepada Allah Azza Wajalla dengan memperbaharui Islam, memperbaiki taubat dan ikhlasmu, sebelum datangnya maut sebab bila maut telah datang, pintu taubat akan tertutup sehingga kau tidak dapat masuk ke dalamnya. Kembalilah kepada-Nya dengan melangkah kaki qalbumu agar pintu anugerah-Nya tidak dikunci untukmu, kerana bila sudah terkunci jiwamu, kekuatan, kekayaan dan hartamu tidak akan diberkati-Nya.”

35. “Jadikanlah seluruh amal perbuatanmu li wajhillah, bukan mencari nikmat-nikmat-Nya. Rela dengan pengaturan-Nya, qadha dan perbuatan-perbuatan-Nya. Bila semua ini kau lakukan, bererti kau mati meninggalkan dirimu dan kau hidup dengan-Nya. Hati sanubarimu menjadi selalu ingat kepada-Nya. Engkau sentiasa dekat dengan-Nya dan lupa dengan selain-Nya.”

36. “Jika kamu orang yang berakal, tentu kamu akan meraih keimanan untuk bekal ketika bertemu dengan Allah Azza Wajalla, dan tentu akan bersahabat dengan orang-orang yang soleh, serta mengambil mereka sebagai suri tauladan yang baik dalam perkataan dan perbuatan. Sehingga hari demi hari keimanan dan keyakinan mu akan bertambah. Lalu kemudian Allah Azza Wajalla akan memurnikan keimanan mu dan membina perangaimu, serta menumbuhkan kesadaran hatimu dalam menerima perintah dan larangan.”

37. “Barang siapa telah menunaikan perintah Allah Azza Wajalla berupa dua macam jihad ini, nescaya ia akan memperolehi dua balasan, balasan di dunia dan di akhirat. Luka-luka pada tubuh seorang syahid bagaikan membekam (fasd) pada tangan salah seorang di antaramu yang tidak ada rasa sakit sedikitpun. Mati bagi mujahid linafsihi (orang yang memerangi nafsunya) dan bagi orang yang bertaubat dari semua dosanya bagaikan orang haus dahaga yang minum air ais.”

38. “Kuncilah pintu kalbumu. Hentikan segala sesuatu untuk masuk ke dalamnya. Isilah dengan zikrullah saja. Bertaubatlah setiap kali kau mengerjakan maksiat. Sesalilah perbuatanmu yang kurang sopan. Tangisilah kesalahan-kesalahanmu. Bantulah kaum fakir miskin dengan sedikit hartamu. Janganlah bersikap tamak. Sebentar lagi hartamu akan kau tinggalkan. Orang mukmin yang kuat keyakinannya tidaklah bersikap kedekut. Sikap demikian inilah yang menyebabkan bahagia, baik di dunia mahupun di akhirat kelak.”

39. “Allah Azza Wajalla menciptakan ubat dan penyakit. Maksiat adalah penyakit, sedangkan taat adalah ubat. Zalim itu penyakit, sedangkan adil itu ubat. Salah itu penyakit, sedangkan benar itu ubat. Menentang Allah itu penyakit, sedangkan taubat dari segala dosa itu ubat.”

40. “Syirik itu ada kalanya dalam lahir dan ada kalanya dalam bathin. Syirik lahir ialah menyembah kepada selain Allah. Adapun syirik bathin ialah menggantungkan nasib kepada sesama makhluk dan menganggap mereka yang mendatangkan bahaya dan manfaat.”

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya