Liputan6.com, Jakarta - Hadits Marfu' adalah kategori hadits yang memiliki hubungan langsung dengan Nabi Muhammad SAW. Merupakan sumber penting dalam tradisi hadits, hadits Marfu' merekam ajaran, perbuatan, atau kata-kata langsung dari Rasulullah kepada umat Islam.
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo mendefinisikan hadits adalah segala ucapan Nabi SAW, segala perbuatan dan segala keadaanya. Sanad hadits Marfu' langsung kepada Rasulullah.
Advertisement
Baca Juga
Inilah keistimewaan hadits Marfu' karena ada kehadiran Nabi Muhammad SAW sebagai sumber langsungnya. Keterkaitan hadits ini dengan Rasulullah memberikan legitimasi yang tinggi, membuatnya memiliki bobot penting dalam memahami ajaran agama Islam.
Lalu, apakah Hadits Marfu' pasti sahih? Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam penjelasan tentang Hadits Marfu' yang dimaksudkan, Kamis (30/11/2023).
Langsung kepada Rasulullah SAW
Hadits Marfu' adalah jenis hadits yang dikaitkan langsung kepada Rasulullah SAW. Baik itu berupa perkataan, perbuatan, atau persetujuan beliau terhadap suatu perbuatan (taqrir). Klasifikasi hadits ini menegaskan kebenaran dan asal-usul ajaran yang berasal dari Nabi Muhammad SAW.
Melansir dari website resmi Persyarikatan Muhammadiyah, adanya istilah Hadits Marfu', yakni terkait dengan penisbatan matannya, tanpa memperhatikan apakah sanadnya bersambung atau tidak.
Lalu, dijelaskan dalam jurnal penelitian berjudul Aplikasi Kumpulan Hadits Nabi Muhammad SAW Berbasis Android Menggunakan Algoritma Merge Sort (2016) oleh Dwita Deslianti dan Imam Muttaqin, bahwa Hadits Marfu’ adalah hadits yang sanadnya berujung langsung pada Nabi Muhammad SAW.
Penting untuk dicatat bahwa istilah Hadits Marfu' hanya berkaitan dengan sumbernya, yakni sambungan dari Rasulullah SAW, tanpa memperhatikan apakah rangkaian sanad (rantai perawi) hadits itu bersambung secara langsung (muttashil) atau tidak.
Ini berarti Hadits Marfu' dapat memiliki kualitas yang bervariasi. Seperti sahih (tepercaya), hasan (baik), atau dhaif (lemah), dan juga bisa berupa Mauquf (berhenti pada perawi), serta Mursal (perawi yang melewatkan generasi).
Advertisement
Belum Tentu Sahih
Masih melansir dari website resmi Persyarikatan Muhammadiyah, posisi Hadits Marfu' dalam hierarki keabsahan hadits sangat bervariasi yang artinya belum tentu sahih. Sebagian hadits Marfu' memiliki sanad yang bersambung secara langsung dari Rasulullah SAW ke perawi terakhir, sehingga memiliki potensi untuk memiliki kualitas sahih atau hasan.
Namun, ada pula hadits Marfu' yang sanadnya tidak bersambung secara langsung, dapat terbagi menjadi Mauquf atau Mursal, yang secara langsung mempengaruhi keabsahannya. Dalam penelitian hadits, validitas Hadits Marfu' akan ditentukan oleh kualitas sanadnya dan kelayakan perawi.
Hadis Mauquf merujuk pada hadis yang disandarkan kepada sahabat. Sementara itu, hadis Mursal merujuk pada hadis yang disandarkan kepada Tabi'in.
Cara Tentukan Kualitasnya
Maka kualitasnya bisa dipahami sebagai berikut:
Kualitas Hadits Marfu' dipertimbangkan berdasarkan derajat kepercayaan terhadap rantai perawi dan isi hadits. Hadits Marfu' sahih adalah hadits yang memiliki sanad yang tepercaya dan diakui keasliannya, baik secara etis maupun intelektual, serta tidak memiliki cacat atau kelemahan.
Hadits Marfu' hasan adalah hadits yang sanadnya berkualitas baik, meskipun tidak setinggi hadits sahih. Sementara hadits Marfu' dhaif adalah hadits yang memiliki cacat atau kelemahan dalam sanad atau isi, sehingga keabsahannya dipertanyakan.
Penentuan Rantai Sanad
Berdasarkan keutuhan rantai sanad, suatu hadis dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan. Keutuhan rantai sanad artinya kemungkinan setiap penutur pada setiap tingkatan untuk mendengar langsung dari penutur di atasnya.
1. Hadis Musnad
Hadis Musnad merupakan kategori hadis yang dikarakterisasi oleh urutan sanad yang tidak terpotong pada bagian tertentu. Dalam hal ini, urutan penutur hadis memungkinkan terjadinya penyampaian hadis berdasarkan waktu dan kondisi, di mana rawi-rawi yang terlibat diyakini telah saling bertemu dan menyampaikan hadis. Hadis Musnad juga dikenal sebagai muttashilus sanad atau maushul.
2. Hadis Mursal
Selanjutnya, terdapat Hadis Mursal, yaitu hadis yang penuturnya tidak dijumpai, atau dengan kata lain, seorang tabi'in menisbatkan langsung kepada Rasulullah S.A.W. Sebagai contoh, seorang tabi'in (penutur 2) dapat mengatakan, "Rasulullah berkata..." tanpa menjelaskan adanya sahabat yang menuturkan kepadanya.
Advertisement
3. Hadis Munqathi’
Selain itu, terdapat Hadis Munqathi’ yang terjadi ketika sanad putus pada salah satu penutur atau pada dua penutur yang tidak berturutan, selain sahabat. Hadis Mu’dlal terjadi ketika sanad terputus pada dua generasi penutur berturut-turut.
Hadis Mu’allaq, di sisi lain, terjadi ketika sanad terputus pada penutur 5 hingga penutur 1, di mana tidak ada sanad yang dijelaskan. Sebagai contoh, seorang pencatat hadis dapat mengatakan bahwa Rasulullah mengatakan tanpa menjelaskan sanad antara dirinya hingga Rasulullah.
4. Hadis Mudallas
Terakhir, Hadis Mudallas terjadi ketika salah satu rawi mengatakan "..si A berkata.." atau "Hadis ini dari si A.." tanpa kejelasan mengenai "..kepada saya..", yang artinya tidak tegas menunjukkan bahwa hadis itu disampaikan kepadanya secara langsung. Hal ini dapat terjadi karena adanya rawi lain yang tidak terkenal di antara rawi tersebut dengan si A, yang tidak disebutkan dalam sanad.
Hadis Mudallas juga dapat disebut sebagai hadis yang menyembunyikan cacatnya.
Ini karena diriwayatkan melalui sanad yang memberikan kesan seolah-olah tidak ada cacatnya, padahal sebenarnya ada, atau hadis yang ditutup-tutupi kelemahan sanadnya. Inilah beragam ciri-ciri yang melibatkan keutuhan rantai sanad dalam mengklasifikasikan hadis dalam tradisi keilmuan Islam.