8 Manfaat Mainan dalam Proses Tumbuh Kembang Anak, Pilih Sesuai Usianya

Selain itu, mainan yang melibatkan keterampilan konstruktif, seperti merakit atau membangun, dapat memperkuat kemampuan koordinasi mata dan tangan anak-anak.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 23 Jan 2024, 12:50 WIB
Diterbitkan 23 Jan 2024, 11:20 WIB
8 Game Edukatif yang Menyenangkan Untuk Pertumbuhan Balita Tiga Tahun
Ilustrasi balita bermain bersama. (Sumber foto: Pexels.com)

Liputan6.com, Jakarta Bermain merupakan kegiatan menyenangkan yang menjadi momen emas dalam proses tumbuh kembang anak. Berbagai macam bentuk mainan yang umum dianggap sebagai sarana rekreasi ternyata dapat memberikan kontribusi besar pada perkembangan fisik, kognitif, sosial, dan emosional anak-anak.

Salah satu manfaat utama bermain adalah sebagai stimulasi bagi perkembangan motorik anak-anak. Melalui berbagai aktivitas bermain, seperti merangkak, melompat, atau merayap, anak-anak dapat mengembangkan kemampuan motorik halus dan kasar mereka. Selain itu, mainan yang melibatkan keterampilan konstruktif, seperti merakit atau membangun, dapat memperkuat kemampuan koordinasi mata dan tangan anak-anak.

Pentingnya peran bermain dalam tumbuh kembang anak tidak hanya terbatas pada aspek positif yang terlihat, tetapi juga dapat menjadi cara untuk mengekspresikan emosi dan mengatasi stres. Bermain dapat menjadi saluran kreativitas bagi anak-anak, memungkinkan mereka untuk mengeksplorasi ide dan perasaan mereka dengan cara yang aman. Berikut ulasan lebih lanjut tentang manfaat mainan dalam proses tumbuh kembang anak yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (23/1/2024).

1. Merangsang Perkembangan Kognitif

Bermain teka-teki matematika
Asah kecerdasan logis-matematis anak dengan efektif (foto: Pexels/Yan Krukau)

Bermain bukan hanya sekadar kegiatan fisik, tetapi juga merupakan latihan otak yang intens. Selama bermain, anak-anak dihadapkan pada stimulus baru, yang merangsang pertumbuhan dan perkembangan otak mereka. Koneksi antar sel saraf terbentuk dengan lebih kuat dan banyak, membantu perkembangan otak anak menjadi lebih matang.

2. Meningkatkan Kecerdasan

Bermain memiliki korelasi positif dengan peningkatan kecerdasan anak. Studi yang dilakukan oleh University of Arkansas menunjukkan bahwa memberikan mainan secara rutin kepada bayi dapat meningkatkan IQ mereka di usia tiga tahun. Ini menggambarkan bahwa bermain bukan hanya kegiatan sepele, tetapi investasi dalam kecerdasan anak.

3. Mengasah Pemikiran Kreatif

Bermain menjadi panggung di mana anak-anak dapat mengekspresikan diri dan mengembangkan pemikiran kreatif. Aktivitas seperti bermain dengan lilin atau plastisin memberikan keleluasaan pada imajinasi anak, memicu ide-ide baru dan mengasah keterampilan berpikir kreatif mereka.

4. Melatih Pengendalian Diri

Pengendalian diri adalah keterampilan esensial yang dapat diasah melalui bermain. Anak-anak belajar menunggu giliran, menahan diri dari godaan untuk mengambil benda dari temannya, dan mengelola emosi negatif. Keterampilan ini tidak hanya penting untuk keberhasilan akademik, tetapi juga memainkan peran kunci dalam aspek psikososial perkembangan anak.

5. Meningkatkan Kemampuan Sosial dan Emosional

inner child
Ilustrasi anak-anak bermain. (Foto: Unsplash/Robert Collins)

Bermain bersama teman atau keluarga memberikan anak pengalaman berinteraksi dan bergaul. Mereka belajar berbagi, berkomunikasi, dan menyelesaikan konflik. Dengan kata lain, bermain membentuk dasar kemampuan sosial dan emosional yang krusial dalam interaksi manusia.

6. Mempererat Hubungan dengan Orang Sekitar

Momen bermain bersama keluarga menciptakan ikatan emosional yang kuat. Ini bukan hanya waktu berharga bersama, tetapi juga meningkatkan intensitas hubungan interpersonal anak dengan keluarga dan teman-temannya. Interaksi ini memberikan pengalaman positif yang merangsang perkembangan otak anak.

7. Mengasah Problem Solving Skill

Bermain role play atau bermain peran tidak hanya mengembangkan keterampilan pemecahan masalah tetapi juga meningkatkan kemampuan empati dan sosialisasi. Anak-anak belajar berpikir kreatif untuk menyelesaikan masalah di dalam permainan, keterampilan yang akan bermanfaat di kehidupan sehari-hari.

8. Melatih Keterampilan Fisik

Mainan yang melibatkan aktivitas fisik membantu melatih keterampilan motorik halus dan kasar anak. Aktivitas ini tidak hanya mendukung perkembangan fisik, tetapi juga membantu mengurangi risiko stres, depresi, obesitas, serta meningkatkan kepercayaan diri anak.

Pemilihan Mainan Sesuai Usia Anak

Memiliki Inisiatif Untuk Bermain dan Belajar
Ilustrasi Anak Bermain dan Belajar Credit: pexels.com/pixabay

Memilih mainan yang sesuai dengan usia anak merupakan langkah bijak dalam upaya pemaksimalan tumbuh kembang anak. Mainan yang tidak disesuaikan dengan usia anak dapat membawa risiko bahaya, seperti kasus bayi yang tersedak karena mencoba memasukkan mainan ke dalam mulut. Oleh karena itu, pemilihan mainan yang tepat sesuai usia anak menjadi suatu keharusan. Berikut pemilihan mainan sesuai dengan usia anak.

Usia 0-12 Bulan

Pada usia ini, bayi mulai fokus dan bereaksi terhadap rangsangan di sekitarnya. Mainan edukasi yang sesuai melibatkan benda-benda yang dapat dipegang, diraih, atau digigit. Teether, kerincing berbahan silikon, buku berbahan kain, mainan ring donat yang disusun, dan boneka tangan berbentuk binatang adalah pilihan yang cocok. Mainan bertekstur lembut, berbunyi, dan berwarna terang sangat sesuai untuk pengenalan awal pada bayi.

Usia 1-2 Tahun

Pada usia balita, kemampuan motorik anak mulai mantap. Mainan seperti bola warna-warni berdiameter besar, buku cerita dengan bahan tebal, buku mewarnai, mainan yang dapat mengeluarkan lagu, dan alat musik plastik (drum atau keyboard) dapat merangsang aktivitas otak, indera pendengaran, kosakata, serta motorik kasar dan halus anak. Pemilihan bola yang lembut dari plastik atau karet membantu mencegah cedera saat bermain.

Usia 2-3 Tahun

Pada usia ini, anak semakin penasaran dan kemampuannya berkembang. Mainan yang mendukung kemampuan berbicara, seperti balok susun sederhana, puzzle ukuran besar, mainan rumah-rumahan, mainan malam atau play dough, mainan huruf, permainan musik (xilofon), dan mainan karet bentuk binatang dapat memberikan rangsangan yang sesuai dengan perkembangan anak. Mainan rumah-rumahan sangat cocok untuk bermain peran, sedangkan permainan musik dapat membantu anak mengenal nada tinggi dan rendah.

Usia 4 Tahun ke Atas (Usia Prasekolah)

Anak usia prasekolah membutuhkan mainan yang dapat mengembangkan empati, kerja sama, dan kemampuan bersosialisasi. Mainan seperti bola sepak mini, bola basket, permainan masak-masakan, puzzle, balok bongkar pasang yang rumit, mainan tradisional (kelereng, bola bekel, dan congklak), dan boneka dapat melatih kemampuan sosial dan emosional anak. Bermain peran dengan boneka, misalnya, dapat merangsang imajinasi, kreativitas, dan empati anak.

Jenis Mainan yang Sebaiknya tidak Diberikan Pada Anak

HP Anak
Ilustrasi anak yang bermain HP. Credits: pexels.com by Andrea Piacquadio

Tidak semua mainan memberikan manfaat positif bagi anak-anak. Beberapa jenis mainan sebaiknya dihindari karena berpotensi merugikan perkembangan anak. Berikut beberapa jenis mainan yang sebaiknya tidak diberikan kepada anak.

Mainan Senjata

Meskipun umum bagi orangtua untuk memberikan mainan berbantuk senjata kepada anak laki-laki dengan alasan membangun ketangguhan dan maskulinitas, penelitian dari Early Education and Development menunjukkan bahwa mainan senjata atau alat lain yang terkait dengan kekerasan dapat merugikan perkembangan sosial anak. Permainan semacam ini dapat merangsang perilaku agresif dan membuat anak memahami bahwa kekerasan adalah perilaku yang diterima.

Gawai Elektronik

Memberikan anak gadget atau gawai elektronik terlalu dini dapat mengganggu proses tumbuh kembangnya. Risiko utama melibatkan keterlambatan berbicara karena interaksi anak hanya berlangsung satu arah, yakni melalui layar gadget. Bermain dengan gawai pada usia dini juga dikaitkan dengan masalah fokus, gangguan belajar, dan kesulitan tidur. 

Jika memberikan gadget pada anak terasa tak terhindarkan, pastikan kontennya khusus untuk anak-anak dan batasi waktunya. Selain itu, penting bagi orangtua untuk ikut serta dalam menonton dan berbicara tentang tontonan anak, memastikan terjalin komunikasi dua arah yang bermanfaat.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya