Liputan6.com, Jakarta Arti Gen Z dalam Bahasa Gaul adalah istilah yang digunakan untuk menyebut generasi muda yang lahir antara tahun 1997-2012. Mereka tumbuh dewasa di tengah perkembangan teknologi yang pesat, sehingga memiliki cara berinteraksi dan berkomunikasi yang berbeda dengan generasi sebelumnya.
Perkembangan teknologi yang begitu cepat memengaruhi cara Gen Z berkomunikasi, baik dalam bentuk tulisan maupun lisan. Hal ini juga memengaruhi perkembangan bahasa gaul di kalangan Gen Z, yang seringkali terlihat dalam bentuk kosa kata baru yang terus muncul.
Advertisement
Dalam era digital ini, pola interaksi antarindividu telah berubah secara signifikan. Gen Z sangat terbiasa menggunakan media sosial dan aplikasi pesan instan untuk berkomunikasi, yang juga berdampak pada penggunaan bahasa gaul yang khas. Mereka cenderung menggunakan singkatan, kata-kata baru, atau frase yang unik dalam berkomunikasi sehari-hari.
Advertisement
Hal ini menunjukkan bagaimana perkembangan teknologi turut memengaruhi perkembangan bahasa gaul, termasuk dalam munculnya istilah-istilah baru yang spesifik untuk generasi ini. Oleh karena itu, penting untuk memahami arti Gen Z dalam bahasa gaul serta kumpulan kosakata khas generasi ini agar dapat lebih memahami cara berkomunikasi dan berinteraksi dengan mereka.
Untuk memahami arti Gen Z dalam bahasa gaul secara lebih mendalam, simak penjelasan selengkapnya berikut ini seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Sabtu (27/1/2024).
Apa Itu Gen Z?
Gen Z, atau Generasi Z, merujuk kepada generasi yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012. Mereka merupakan generasi yang tumbuh di era teknologi yang maju, dengan akses yang lebih mudah terhadap informasi melalui internet dan media sosial. Karakteristik Gen Z termasuk kreatif, inovatif, dan cepat beradaptasi dengan perkembangan teknologi.
Alasan mengapa mereka disebut Gen Z adalah karena mereka datang setelah Generasi Y, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Milenial. Arti Gen Z dalam bahasa gaul mencerminkan sifat-sifat mereka yang dinamis, antisipatif, dan tidak takut untuk menyuarakan pendapat mereka.
Generasi Z memiliki pengaruh besar dalam hal sosial, terutama dalam mengubah tren dan gaya hidup. Mereka juga lebih peka terhadap isu-isu sosial, seperti keberlanjutan lingkungan dan kesehatan mental. Dengan kepintaran dan keterampilan teknologi yang dimiliki, Generasi Z memainkan peran penting dalam dunia digital saat ini.
Dengan semakin pentingnya kesadaran akan kesehatan mental di kalangan Generasi Z, mereka juga dikenal sebagai generasi yang lebih terbuka dalam berbicara tentang masalah kesehatan mental dan memperjuangkan kesetaraan dan keadilan sosial.
Advertisement
Kata-Kata dalam Bahasa Gaul Gen Z
Generasi Z, atau yang dikenal sebagai Gen Z, merupakan generasi muda yang lahir antara tahun 1995 hingga 2010. Mereka dikenal karena kecakapan teknologi yang luar biasa dan juga cara berkomunikasi yang berbeda dari generasi sebelumnya. Salah satu hal yang menarik dari Gen Z adalah penggunaan bahasa gaul yang unik dan kreatif dalam berkomunikasi. Mereka sering menggunakan kata-kata yang mungkin tidak familiar bagi generasi sebelumnya, sehingga penting untuk memahami arti dari kata-kata dalam bahasa gaul Gen Z agar dapat berkomunikasi dengan mereka secara efektif. Pada bagian ini, kita akan membahas beberapa contoh kata-kata dalam bahasa gaul Gen Z beserta arti dan penggunaannya dalam percakapan sehari-hari.
1. Cegil
Cegil merupakan istilah dalam bahasa gaul yang digunakan untuk menyebut perempuan yang memiliki sifat atau perilaku yang kurang dewasa dan cenderung manja. Beberapa tipe-tipe perempuan yang dapat dikategorikan sebagai cegil antara lain adalah yang suka memanjakan diri, sulit untuk mandiri, dan rentan untuk menerima perlakuan yang tidak dewasa. Mereka cenderung melibatkan diri dalam drama dan gosip, serta terkadang sulit untuk dihadapi dalam situasi sulit.
Asal mula penamaan cegil berasal dari kata "cewek gila" yang kemudian disingkat menjadi cegil. Kata ini biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari antar remaja atau di media sosial untuk merujuk pada perempuan dengan perilaku tersebut. Meskipun tergolong sebagai kata yang sedikit kasar, namun kata cegil cukup populer dan sering digunakan dalam lingkungan informal untuk menggambarkan sikap yang tidak dewasa.
2. Clingy
Gen Z merupakan istilah yang mengacu pada generasi muda yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012. Mereka dikenal sebagai generasi yang selalu terkoneksi dengan teknologi dan memiliki karakteristik yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Dalam bahasa gaul, Gen Z sering disebut sebagai "Zilennial" yang merupakan gabungan dari Generasi Z dan Millennial.
Arti dari Gen Z dalam bahasa gaul mengacu pada pemahaman tentang sifat dan perilaku generasi ini yang cenderung lebih identik dengan budaya digital dan memiliki kecenderungan untuk berpikir kritis. Mereka juga cenderung lebih kreatif, mandiri, dan berani dalam mencoba hal-hal baru.
Dalam konteks hubungan, istilah clingy dalam bahasa gaul dapat diartikan sebagai "susah lepas" atau perilaku menempel yang berlebihan. Contoh penggunaan kata "clingy" dalam kalimat adalah "Pacarku terlalu clingy, dia selalu ingin tahu setiap langkah yang aku lakukan."
Ciri-ciri perilaku clingy dalam suatu hubungan antara lain adalah selalu ingin bersama pasangan setiap saat, merasa cemburu dan khawatir saat pasangan tidak bersama mereka, serta sulit memberikan kebebasan pada pasangan. Mereka juga cenderung membutuhkan konfirmasi terus-menerus tentang perasaan dan kebutuhan mereka dalam hubungan.
Dengan demikian, pemahaman tentang arti Gen Z dalam bahasa gaul dapat membantu kita untuk lebih memahami karakteristik dan perilaku generasi muda ini, termasuk dalam konteks hubungan dan interaksi sosial.
3. Flexing
Flexing adalah istilah dari bahasa gaul yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang gemar memamerkan atau menyombongkan diri dengan kekayaan, prestasi, atau hal-hal lain yang membuatnya terlihat keren di mata orang lain. Contoh penggunaan dalam kalimat adalah "Dia suka flexing dengan mobil barunya di media sosial."
Cara menggunakan kata ini secara positif adalah dengan menggunakan kekayaan atau prestasi untuk memberi inspirasi kepada orang lain atau untuk meningkatkan kepercayaan diri. Sebagai contoh, seseorang dapat berbagi kesuksesannya dalam bisnis sebagai motivasi bagi orang lain. Di sisi lain, cara menggunakan kata ini secara negatif adalah dengan bersikap sombong atau merendahkan orang lain untuk menunjukkan superioritas diri. Misalnya, seseorang bisa flexing tentang uangnya sambil merendahkan orang lain yang kurang mampu.
Â
4. Ghosting
Ghosting merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan ketika seseorang tiba-tiba menghentikan semua bentuk komunikasi tanpa alasan atau penjelasan yang jelas. Dalam hubungan asmara, ghosting terjadi ketika salah satu pasangan tiba-tiba menghilang tanpa jejak dan tak lagi merespon pesan atau telepon tanpa alasan yang jelas. Di sisi lain, dalam hubungan non-asmara seperti pertemanan atau kerja sama, ghosting terjadi ketika seseorang tiba-tiba menghilang dari komunikasi tanpa alasan yang jelas.
Penggunaan kata "ghosting" juga seringkali muncul dalam diskusi seputar aplikasi kencan. Ketika seseorang tidak tertarik dalam melanjutkan hubungan dengan seseorang yang dikenal melalui aplikasi kencan, mereka bisa melakukan ghosting dengan tidak lagi merespon pesan atau menghilang tanpa jejak. Contoh penggunaan dalam percakapan sehari-hari, misalnya "Aku sudah mencoba menghubunginya berkali-kali, tapi dia tiba-tiba melakukan ghosting padaku tanpa alasan yang jelas." Atau, "Dia ghosting-ku setelah kita bertemu untuk kencan pertama kalinya."
Dalam era digital dan koneksi online yang semakin menguat, ghosting menjadi fenomena yang semakin umum terjadi, baik dalam hubungan asmara maupun dalam interaksi non-asmara.
5. Healing
"Healing" merupakan istilah dalam bahasa gaul yang sering digunakan oleh Gen Z untuk menggambarkan proses pemulihan atau penyembuhan. Kata ini biasanya digunakan untuk merujuk pada aktivitas atau praktik yang membantu seseorang melepas stres dan mendapatkan ketenangan pikiran. Contoh penggunaan kata "healing" dalam kalimat adalah, "Aku perlu melakukan beberapa aktivitas healing untuk melepas stres setelah menghadapi tekanan pekerjaan yang berat."
Misalnya, di Bali, banyak orang melakukan aktivitas healing seperti yoga, meditasi, atau terapi spa untuk meredakan stres dan mencari keseimbangan dalam hidup. Arti penting dari kata "healing" adalah untuk menekankan perlunya merawat diri dan mengutamakan kesehatan mental.
6. Picky
Arti "Picky" dalam bahasa gaul adalah seseorang yang pemilih atau memilih-milih. Contoh penggunaannya adalah ketika seseorang disebut "picky" karena sulit untuk puas dengan pilihan makanan di restoran.
Seseorang bisa dianggap "picky" dalam suatu situasi ketika mereka terlalu kritis atau selektif terhadap sesuatu, seperti makanan, pakaian, atau bahkan pasangan hidup. Sikap ini dapat membuat orang di sekitarnya merasa kesulitan untuk memuaskan mereka.
Untuk mengatasi sikap yang "picky", seseorang dapat mencoba untuk lebih terbuka terhadap pengalaman dan mencoba hal-hal baru. Selain itu, penting juga untuk belajar menerima kekurangan dan keterbatasan dari suatu hal. Dengan demikian, seseorang dapat lebih mudah untuk merasa puas dengan pilihan yang ada dan tidak terlalu kritis terhadap segala hal.
7. Red Flag
Frasa "red flag" sering digunakan dalam bahasa gaul oleh Generasi Z untuk menggambarkan sesuatu yang mencurigakan atau menunjukkan sifat buruk. Frasa ini merujuk pada tanda-tanda peringatan akan hal-hal negatif atau tidak baik.
Contoh penggunaan frasa "red flag" dalam percakapan sehari-hari adalah ketika seseorang mengatakan, "Saya merasa seperti ada red flag ketika dia terlalu cepat mengatakan 'saya mencintaimu'." Hal ini menunjukkan bahwa orang tersebut merasa curiga terhadap kejujuran atau kesungguhan dari kata-kata tersebut.
Dalam konteks Gen Z dan bahasa gaul, frasa "red flag" sering kali digunakan untuk memperingatkan teman-teman mereka tentang sesuatu yang mencurigakan atau tidak baik. Arti dari frasa ini menggarisbawahi pentingnya untuk waspada terhadap tanda-tanda yang dapat mengarah pada pengalaman negatif atau merugikan. Dengan demikian, frasa "red flag" menjadi bagian penting dalam bahasa gaul Generasi Z untuk saling menjaga dan memberikan peringatan kepada teman-teman mereka.
8. Green Flag
Generasi Z sangat akrab dengan istilah "Green Flag" dalam bahasa gaul mereka. Green flag mengacu pada segala hal yang baik dan positif dalam sebuah hubungan atau interaksi sosial. Istilah ini menandakan bahwa seseorang memiliki kualitas perilaku yang baik, seperti kesetiaan, kejujuran, dan dukungan yang tinggi terhadap pasangan atau teman. Bendera hijau ini menjadi simbol untuk menggambarkan bahwa seseorang layak untuk dipercaya dan diandalkan dalam suatu hubungan.
Generasi Z sering menggunakan istilah ini dalam konteks berkaitan dengan hubungan asmara, persahabatan, atau bahkan dalam situasi sosial lainnya. Mereka menggunakan "green flag" untuk mengidentifikasi orang-orang atau situasi yang positif dan dapat diandalkan. Dalam budaya gaul Gen Z, istilah ini menjadi penting dalam menggambarkan kualitas perilaku seseorang. Oleh karena itu, memahami arti green flag sangatlah penting untuk berinteraksi dan membina hubungan yang sehat dalam lingkungan yang dihuni oleh Generasi Z.
9. Beige Flag
Gen Z sering menggunakan istilah "beige flag" dalam bahasa gaul untuk menyebutkan seseorang yang cenderung membosankan atau kurang menarik. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan seseorang yang tidak memiliki karakteristik yang mencolok atau menonjol, membuatnya terlihat biasa dan tanpa daya tarik yang khusus.
Beige flag sering digunakan dalam konteks kencan atau pertemanan untuk merujuk pada seseorang yang tidak menarik atau menonjol dalam hal kepribadian atau penampilan. Contoh penggunaannya adalah ketika seseorang berkata, "Dia tuh beige flag banget, nggak ada yang istimewa dari dia."
Karakteristik yang terdapat dalam beige flag termasuk kekurangan kepribadian yang menonjol, penampilan yang biasa-biasa saja, dan kurangnya daya tarik yang khusus. Istilah ini mencerminkan pandangan Gen Z terhadap seseorang yang kurang menarik atau kurang bersemangat dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, beige flag menjadi istilah yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari untuk mendeskripsikan orang-orang yang dianggap kurang menarik atau berbeda.
Â
10. Gamon
"Gamon" adalah istilah yang sering digunakan oleh Generasi Z untuk menggambarkan seseorang yang baru putus cinta namun belum bisa melupakan mantannya. Kata ini berasal dari singkatan "gagal move on" yang merujuk pada kondisi emosional seseorang yang sulit untuk melupakan kenangan dengan mantan pacar atau kekasih. Istilah ini sering digunakan dalam percakapan sehari-hari atau di media sosial untuk menggambarkan kondisi emosional seseorang yang sedang mengalami kesedihan akibat putus cinta.
Generasi Z sering menggunakan istilah "gamon" untuk memperjelas kondisi emosional seseorang yang sedang mengalami kesulitan untuk melupakan mantannya. Istilah ini menunjukkan bahwa proses pemulihan dari putus cinta tidak selalu mudah bagi sebagian orang, dan hal ini dapat menjadi topik yang banyak dibicarakan di kalangan Generasi Z. Dengan demikian, "gamon" menjadi salah satu istilah dalam bahasa gaul yang umum digunakan dalam lingkungan Generasi Z untuk menggambarkan situasi emosional yang terkait dengan putus cinta dan kesulitan melupakan mantan.
11. Salty
Salty adalah istilah yang sering digunakan oleh Generasi Z untuk menggambarkan perasaan kesal atau geram. Istilah ini banyak digunakan dalam konteks permainan daring atau percakapan di media sosial. Contoh penggunaannya adalah saat seseorang mengeluh tentang kekalahan dalam permainan video dan mengatakan "Aku benar-benar salty karena kalah terus!"
Saat ini, Generasi Z sering menggunakan istilah ini untuk mengekspresikan rasa frustrasi atau ketidakpuasan terhadap suatu hal. Terlebih lagi, penggunaan kata "salty" sering kali disertai dengan nada humor atau sarkasme. Hal ini menunjukkan bagaimana Generasi Z menggunakan bahasa gaul untuk menyampaikan perasaan mereka dengan cara yang kreatif dan unik.
12. E-boy or E-girl
E-boy dan E-girl adalah bagian dari subkultur Gen Z yang dikenal karena gaya pakaian mereka yang unik, rias wajah yang dramatis, dan gaya rambut yang mencolok. Para E-boy biasanya memakai pakaian yang terinspirasi dari estetika TikTok dan anime, seperti celana cargo, kaos oblong yang besar, dan aksesori seperti kalung chunky atau gelang snap. Sedangkan E-girl biasanya memakai pakaian yang lebih feminin, seperti rok mini tartan, kaos oversized, dan aksesori seperti choker atau stoking tebal. Rias wajah mereka biasanya melibatkan eyeliner yang tebal, warna-warna cerah, dan blush di atas hidung.
Mereka menggunakan internet secara aktif untuk mengekspresikan diri mereka melalui platform seperti TikTok, Instagram, dan Twitter. Mereka sering kali mengunggah foto atau video yang menampilkan gaya pakaian, rias wajah, dan gaya rambut mereka sebagai bentuk ekspresi diri. Hal ini membedakan mereka dari subkultur lain seperti emo atau goth yang lebih fokus pada musik dan suasana hati yang lebih gelap. E-boy dan E-girl menggunakan media sosial untuk menciptakan identitas mereka sendiri dan saling mempengaruhi satu sama lain dalam hal gaya dan ekspresi kreatif.
13. Cancel Culture
Cancel culture merupakan fenomena di mana seseorang atau sebuah kelompok secara massal membatalkan atau menolak mengakui karya atau sosok publik yang dianggap melakukan kesalahan atau tindakannya dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dijunjung. Fenomena ini semakin viral dengan adanya media sosial, di mana informasi cepat menyebar dan opini publik dapat dengan mudah bergabung dalam gerakan pembatalan ini.
Contoh kasus yang mencuat adalah kasus yang menimpa aktor Kim Seon-ho dan Johnny Depp, di mana keduanya menghadapi pembatalan secara massal dalam kariernya akibat dugaan tindakan tidak etis dan kontroversial.
Akar sejarah cancel culture sebenarnya telah ada sejak lama, namun media sosial memberikan percepatan dan intensitas yang lebih besar dalam fenomena ini. Kritik terhadap pembatalan dalam sejarah masyarakat telah dilakukan sejak lama, namun keberadaan media sosial membuat hal tersebut semakin terbuka dan dapat menjangkau audiens yang lebih luas.
Dengan adanya cancel culture, seseorang atau sebuah institusi dapat dengan cepat terkena dampak dari kesalahan atau tindakan kontroversial yang mereka lakukan, dan seringkali akibatnya dapat sangat merugikan bagi pihak yang bersangkutan. Oleh karena itu, penting untuk memahami secara bijak bagaimana menghadapi fenomena ini di tengah keberadaan media sosial yang begitu berpengaruh.
Â
14. Spill The Tea dan Sip Tea
"Spill The Tea" adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan saat seseorang memberikan informasi atau gosip terbaru kepada orang lain. Istilah ini sering digunakan untuk mengungkapkan rahasia atau berbagi cerita menarik. Di sisi lain, "Sip Tea" digunakan untuk menunjukkan ketenangan dan menahan diri dalam situasi yang penuh dengan gosip atau keadaan yang memanas.
Contoh penggunaan "Spill The Tea" adalah saat seseorang memberikan gosip terbaru kepada teman-temannya, seperti "Dia benar-benar Spill The Tea tentang apa yang terjadi di pesta tadi malam." Sedangkan contoh penggunaan "Sip Tea" adalah ketika seseorang ingin mengekspresikan ketenangan dan tidak ingin terlibat dalam gosip, seperti "Aku hanya duduk sini dan Sip Tea sambil melihat drama yang terjadi di sekelilingku."
Dalam percakapan sehari-hari, perbedaan antara "Spill The Tea" dan "Sip Tea" adalah bahwa yang pertama digunakan untuk berbagi gosip atau cerita menarik, sementara yang kedua digunakan untuk menunjukkan sikap tenang dan merenung dalam situasi yang penuh dengan gosip atau drama.
15. Simp
"Simp" dalam bahasa gaul merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut seseorang yang terlalu mengagumi atau terlalu mengejar-ngejar pria atau wanita yang tidak tertarik padanya, dengan cara yang tampak kurang percaya diri atau terlalu memanjakan mereka. Asal usul kata "simp" sendiri pertama kali muncul di New York Times pada tahun 1923 dan juga muncul dalam lirik lagu rapper Too Short pada tahun 1985.
Sejak awal munculnya, istilah "simp" telah berkembang menjadi istilah yang sering digunakan dalam budaya pop dan media sosial, terutama oleh Generasi Z. Perkembangan tersebut membuat istilah "simp" semakin populer dan sering digunakan dalam percakapan sehari-hari maupun di media sosial. Meskipun awalnya memiliki konotasi negatif, kini istilah "simp" seringkali digunakan dengan cara yang lebih santai dan tidak terlalu serius, meski tetap memiliki arti yang sama.
Dengan perkembangan teknologi dan budaya pop, istilah "simp" telah menjadi bagian penting dari bahasa gaul Generasi Z dan terus digunakan dalam berbagai konteks. Keberadaan istilah ini secara konstan membuktikan bahwa budaya gaul selalu berubah dan berkembang seiring dengan waktu.
16. Hypebeast
Dalam konteks fesyen dan streetwear, istilah Hypebeast mengacu pada seseorang yang sangat antusias terhadap merek-merek terkenal dan kekinian, hingga pada tingkat fanatisme. Istilah ini pertama kali digunakan dalam budaya streetwear di Amerika Serikat pada awal tahun 2000-an, dan mulai populer di kalangan pemuda pada tahun-tahun berikutnya. Kevin Ma, pendiri situs web fesyen Hypebeast, dikenal karena mempopulerkan istilah ini dengan lebih luas.
Hypebeast biasanya gemar memakai barang-barang mahal dan eksklusif, seperti sepatu sneakers dari merek-merek ternama seperti Nike, Adidas, atau Supreme, tas dari merek high-end seperti Louis Vuitton, dan pakaian dengan logo merek yang sangat kentara. Mereka juga diketahui keras dalam mencari barang-barang terbatas dan kolaborasi-kolaborasi antara merek ternama, dan siap membayar harga yang sangat tinggi hanya untuk memperoleh barang-barang tersebut.
Dengan demikian, Hypebeast memainkan peran penting dalam perkembangan streetwear dan fesyen saat ini, di mana penggunaan istilah slang dan kegemaran terhadap barang-barang mahal telah menjadi bagian yang melekat dalam budaya pop.
17. High-key dan Low-key
Gen Z, juga dikenal sebagai generasi yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, dikenal karena menggunakan bahasa gaul dalam berkomunikasi. Salah satu istilah yang sering digunakan dalam bahasa gaul adalah "high-key" dan "low-key". Perbedaan antara keduanya adalah bahwa "high-key" digunakan untuk menyatakan sesuatu dengan sangat jelas atau terang-terangan, sementara "low-key" digunakan untuk menyatakan sesuatu secara tidak terlalu jelas atau rahasia.
Contoh penggunaan "high-key" dalam kalimat adalah "Dia high-key suka kamu", yang berarti bahwa seseorang secara terang-terangan menyukai orang lain. Contoh penggunaan "low-key" adalah "Aku low-key capek hari ini", yang berarti seseorang merahasiakan bahwa mereka lelah.
Asal usul penggunaan istilah ini dalam budaya pop dapat ditelusuri kembali ke dunia hip-hop dan urban culture di Amerika Serikat. Istilah ini sering digunakan dalam lagu-lagu dan di media sosial untuk mengekspresikan perasaan atau pendapat seseorang secara ringkas dan catchy. Dari sini, istilah "high-key" dan "low-key" mulai populer di kalangan Gen Z dan terus digunakan dalam berbagai konteks komunikasi mereka.
18. Periodt
Kata 'Periodt' adalah salah satu istilah populer yang sering digunakan oleh Gen Z di media sosial. Kata ini berasal dari slang bahasa Inggris yang digunakan untuk menegaskan atau menguatkan sebuah poin pernyataan. Biasanya, kata 'periodt' digunakan sebagai pengganti kata 'point' di akhir kalimat untuk menunjukkan kebulatan dan intensitas dari pernyataan yang disampaikan.
Selain 'periodt', ada juga istilah-istilah lain yang sering digunakan oleh para Gen Z di media sosial, seperti 'sksksk', 'stan', 'lmao', 'yeet', dan banyak lagi. Istilah-istilah ini sering digunakan untuk mengekspresikan perasaan, menyindir, atau menunjukkan kekaguman terhadap sesuatu.
Kata 'Gen Z' sendiri merujuk kepada generasi yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012 dan dikenal sebagai generasi yang sangat mahir dalam menggunakan media sosial. Mereka sering menciptakan dan mengadopsi istilah-istilah baru yang kemudian menjadi populer di kalangan sesama Gen Z. Dengan intensitas penggunaan media sosial yang tinggi, istilah-istilah tersebut pun cepat menyebar dan menjadi bagian dari bahasa gaul mereka.
Dengan demikian, istilah-istilah populer yang digunakan oleh Gen Z di media sosial sangatlah beragam dan terus berkembang seiring dengan perubahan tren dan kebutuhan komunikasi mereka di dunia maya.
Â
Karakteristik Gen Z
Generasi Z, atau yang sering disebut sebagai Gen Z, merupakan generasi yang lahir antara tahun 1995 hingga 2010. Mereka dikenal sebagai generasi yang sangat terampil dalam menggunakan teknologi, karena telah terbiasa dengan perkembangan digital sejak lahir. Selain itu, Gen Z juga dikenal sebagai generasi yang sangat kreatif dan inovatif dalam mengekspresikan diri, baik melalui media sosial maupun dalam kegiatan kreatif lainnya.
Tidak hanya itu, Generasi Z juga dikenal sebagai generasi yang sangat toleran terhadap perbedaan dan keragaman. Mereka menerima dan menghormati segala bentuk perbedaan, mulai dari suku, agama, ras, dan orientasi seksual. Namun di sisi lain, Gen Z juga sering mengalami kecemasan yang tinggi, terutama mengenai ketakutan ketinggalan tren (FOMO). Mereka selalu ingin terhubung dengan informasi terbaru dan takut untuk merasa tertinggal.
Dengan karakteristik tersebut, Generasi Z memiliki pengaruh yang besar dalam budaya pop dan juga tren saat ini. Mereka membentuk pola pikir dan perilaku masyarakat secara keseluruhan, sehingga perlu memperhatikan kebutuhan dan keinginan dari generasi ini.
Advertisement