Mengenal Teori Maslow, Pahami Konsep Hierarki Kebutuhan dan Pembagiannya

Teori Maslow adalah konsep psikologi yang dikemukakan oleh Abraham Maslow pada tahun 1943.

oleh Mabruri Pudyas Salim diperbarui 13 Feb 2024, 17:20 WIB
Diterbitkan 13 Feb 2024, 17:20 WIB
Trik Penjualan agar Konsumen Belanja Diluar Kebutuhan
Ilustrasi Berbelanja Credit: pexels.com/Hello

Liputan6.com, Jakarta Teori Maslow adalah konsep psikologi yang dikemukakan oleh Abraham Maslow pada tahun 1943. Teori ini menyatakan bahwa setiap individu memiliki hierarki kebutuhan yang harus dipenuhi, dimulai dari kebutuhan fisik hingga kebutuhan psikologis dan spiritual. Konsep hierarki kebutuhan ini terdiri dari lima tingkat: kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan cinta dan afeksi, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri.

Mempelajari teori ini penting karena dapat membantu kita memahami motivasi dan perilaku manusia. Dengan memahami hierarki kebutuhan, kita dapat lebih memahami apa yang mendasari tindakan dan keputusan seseorang. Selain itu, memahami teori ini juga dapat membantu kita dalam berbagai bidang seperti manajemen sumber daya manusia, pendidikan, dan psikologi.

Dalam dunia bisnis, pemahaman akan teori Maslow dapat membantu dalam merancang strategi pemasaran yang lebih efektif, sementara dalam dunia pendidikan, pemahaman akan teori ini dapat membantu dalam menciptakan lingkungan belajar yang lebih kondusif. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami konsep hierarki kebutuhan ini agar dapat memahami diri sendiri maupun orang lain dengan lebih baik.

Untuk memahami lebih dalam teori maslow lebih dalam, simak penjelasan selengkapnya berikut ini, seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa (13/2/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Abraham Maslow Sang Pencetus Teori Maslow

Abraham Maslow adalah seorang psikolog kelahiran Brooklyn, New York pada tahun 1908. Ia dikenal sebagai pencetus Teori Hierarki Kebutuhan Maslow, yang menjelaskan bahwa manusia memiliki kebutuhan hierarkis yang perlu dipenuhi untuk mencapai tingkat kepuasan dan pemenuhan diri. Teori ini menyatakan bahwa kebutuhan dasar harus terpenuhi terlebih dahulu sebelum individu bisa mencapai kebutuhan yang lebih tinggi.

Konsep teori ini terbagi menjadi lima level, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri. Mulai dari kebutuhan fisiologis seperti makan, minum, dan istirahat, kemudian kebutuhan akan rasa aman dan stabilitas, kebutuhan sosial untuk memiliki hubungan yang baik dengan orang lain, kebutuhan akan penghargaan dan keberhasilan, hingga akhirnya kebutuhan aktualisasi diri untuk mencapai potensi penuh individu.

Dengan Teori Hierarki Kebutuhan Maslow, Maslow berusaha menjelaskan motivasi individu dan faktor apa yang mendorong individu untuk mencapai potensi penuh mereka. Konsep ini masih relevan dan sering digunakan dalam berbagai bidang, terutama dalam psikologi, manajemen, dan pendidikan.


Pengertian Teori Hierarki Kebutuhan Maslow

20160503-Pasar- Inflasi Masih Terkendali Hingga Juni-Jakarta-Angga Yuniar
Pedagang tengah menata dagangannya di salah satu pasar di Jakarta, Selasa (3/5). Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan harga bahan kebutuhan pokok relatif terkendali seperti beras dan daging ayam. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Teori Hierarki Kebutuhan Maslow merupakan konsep yang dikemukakan oleh psikolog Abraham Maslow yang menjelaskan tentang kebutuhan dasar manusia dan bagaimana mereka diatur dalam tingkatan kebutuhan yang berbeda.

Ada lima tingkatan kebutuhan dalam teori ini, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan akan pengakuan, dan kebutuhan aktualisasi diri. Contoh dari tingkatan kebutuhan ini misalnya, kebutuhan fisiologis seperti makan, minum, dan istirahat; kebutuhan akan keamanan seperti perlindungan dan stabilitas; kebutuhan sosial seperti cinta dan persahabatan; kebutuhan akan pengakuan seperti prestasi dan penghargaan; dan kebutuhan aktualisasi diri untuk mencapai potensi maksimal.

Hierarki kebutuhan ini dijelaskan sebagai piramida, dimana individu akan berupaya memenuhi kebutuhan yang lebih rendah terlebih dahulu sebelum dapat melangkah ke tingkat kebutuhan yang lebih tinggi. Proses ini akan berlangsung secara bertahap, dimulai dari kebutuhan fisiologis hingga mencapai kebutuhan aktualisasi diri. Inilah yang menggambarkan bagaimana individu berupaya memenuhi kebutuhan mereka sesuai dengan urutan hierarki yang telah ditentukan.


Konsep Teori Hierarki Kebutuhan Maslow

20160525-Operasi-Pasar-Murah-Bulog-Yogyakarta-BH
Seorang calon pembeli memilih beras murah pada operasi pasar murah Bulog DIY di pasar Beringharjo, (25/5). Operasi pasar tersebut di jual bererapa bahan kebutuhan pokok diantaranya,beras,minyak goreng di bawah harga pasaran. (Liputan6.com/Boy Harjanto)

Konsep dari Teori Hierarki Kebutuhan Maslow merupakan suatu konsep yang mencerminkan lima tingkatan kebutuhan dasar manusia yang disusun secara hierarkis. Tingkatan tersebut antara lain kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta, sayang, kepemilikan, kebutuhan esteem, dan kebutuhan aktualisasi diri. Menurut teori ini, seseorang tidak akan mencari atau merasakan kebutuhan lebih tinggi sebelum kebutuhan yang lebih rendah terpenuhi.

Pada tingkatan terendah, kebutuhan fisiologis yaitu kebutuhan primer manusia seperti makanan, minuman, dan istirahat menjadi prioritas utama. Selanjutnya, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa cinta, rasa hormat, kebutuhan untuk disayangi, dan kebutuhan akan prestasi dan aktualisasi diri mengikuti sebagai aspek kebutuhan manusia yang juga penting.

Namun, konsep ini juga mengajarkan bahwa manusia tidak harus menunggu satu kebutuhan terpenuhi sebelum mereka mencari kebutuhan yang lebih tinggi. Sebagai contoh, seseorang masih bisa mencari pengakuan atau penerimaan dari orang lain meskipun kebutuhan fisiologisnya belum terpenuhi. Dengan demikian, teori hierarki kebutuhan Maslow memberikan pandangan mendalam tentang kompleksitas dan prioritas dalam memenuhi kebutuhan manusia.


Pembagian Hierarki Kebutuhan Maslow

Ilustrasi belanja, supermarket, produk lokal
Ilustrasi belanja, supermarket, produk lokal. (Photo by Ondosan Sinaga from Pexels)

Teori hierarki kebutuhan Maslow merupakan salah satu teori psikologi yang sangat terkenal dan dipelajari dalam berbagai disiplin ilmu. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh seorang psikolog bernama Abraham Maslow pada tahun 1943. Menurut Maslow, setiap individu memiliki hierarki kebutuhan yang terdiri dari lima tingkat, dimulai dari kebutuhan dasar (fisiologis) hingga kebutuhan aktualisasi diri. Dalam hierarki kebutuhan Maslow, setiap tingkat kebutuhan memiliki peran penting dalam memotivasi individu untuk mencapai potensi penuhnya. Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut tentang pembagian hierarki kebutuhan Maslow dan konsep-konsep yang terkait dengannya.

1. Kebutuhan Dasar atau Fisiologi

Kebutuhan fisiologis atau kebutuhan dasar merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh manusia untuk mempertahankan kehidupannya, seperti makanan, minuman, tempat tinggal, dan pakaian. Pemenuhan kebutuhan ini menjadi landasan penting untuk mencapai tingkat kebutuhan selanjutnya dalam hierarki kebutuhan Maslow.

Contoh dari perbedaan pemenuhan kebutuhan fisiologis antara individu yang kurang mampu dan individu yang lebih mampu secara finansial adalah dalam hal makanan. Individu yang kurang mampu mungkin hanya dapat memenuhi kebutuhan fisiologisnya dengan makanan yang kurang bergizi atau tidak teratur, sementara individu yang lebih mampu dapat memenuhi kebutuhan fisiologisnya dengan makanan bergizi secara teratur.

Pemenuhan kebutuhan fisiologis yang baik akan menciptakan dasar yang kuat untuk mencapai tingkat kebutuhan berikutnya dalam hierarki, seperti kebutuhan akan keamanan, kasih sayang, pengakuan, dan aktualisasi diri. Oleh karena itu, penting untuk memahami bahwa pemenuhan kebutuhan fisiologis merupakan landasan utama dalam mencapai kebutuhan yang lebih tinggi dalam kehidupan manusia.

2. Kebutuhan Akan Rasa Aman

Kebutuhan akan rasa aman adalah salah satu kebutuhan yang sangat mendasar bagi setiap individu. Kita semua menginginkan lingkungan yang aman dan bebas dari ancaman agar bisa hidup dengan damai dan tenang. Rasa aman ini mencakup aspek fisik dan emosional. Secara fisik, seseorang ingin melindungi diri dari bahaya fisik seperti kecelakaan atau serangan. Sedangkan secara emosional, seseorang menginginkan keamanan dalam hubungan interpersonalnya, merasa diterima, dihargai, dan dicintai.

Bagi anak-anak, kebutuhan akan rasa aman menjadi lebih penting karena mereka masih membutuhkan perlindungan dan pengawasan orang dewasa. Pendidikan tentang keselamatan fisik harus dilakukan untuk mengajarkan kepada mereka bagaimana cara menjaga diri sendiri saat berada di lingkungan yang berpotensi membahayakan seperti jalan raya atau air kolam renang.

3. Kebutuhan Sosial

Teori Maslow tentang hierarki kebutuhan menyatakan bahwa setelah kebutuhan fisiologis dan keamanan terpenuhi, individu akan mencari kebutuhan sosial, termasuk rasa cinta, kasih sayang, serta hak kepemilikan. Kebutuhan sosial tersebut mempengaruhi perilaku individu dalam mencari hubungan sosial dan memenuhi kebutuhan emosional. Ketika seseorang merasa dicintai, diperhatikan, dan memiliki hubungan yang berarti, hal itu akan memenuhi kebutuhan akan kasih sayang dan rasa keamanan emosionalnya.

Abraham Maslow membedakan antara Deficiency Love, di mana seseorang mencari kasih sayang dan dukungan dari orang lain untuk mengatasi rasa ketidakmampuan diri, dan Being Love, di mana seseorang mampu memberikan kasih sayang dan dukungan kepada orang lain karena dirinya merasa sudah cukup dan memiliki kemampuan untuk memberi.

Ketika seseorang mampu memenuhi kebutuhan sosialnya, dampak positifnya termasuk peningkatan kebahagiaan, kesehatan mental yang lebih baik, hubungan yang lebih bermakna, serta rasa percaya diri yang lebih tinggi. Oleh karena itu, memahami hierarki kebutuhan sosial menurut Maslow dapat membantu individu dalam memperbaiki kualitas hubungan sosial dan emosionalnya.

 

Contoh ilustrasi anak diberikan penghargaan
Ternyata memberikan penghargaan tanpa menentukan momen serta jangka waktu yang tepat dapat membuat anak ketergantungan. (Foto: Pexels.com/RDNE Stock project)

4. Kebutuhan Mendapatkan Penghargaan

Kebutuhan mendapatkan penghargaan merupakan bagian dari hierarki kebutuhan keempat menurut teori Maslow. Untuk memenuhi kebutuhan ini, individu perlu merasa dihargai atas prestasi dan kontribusi mereka. Penghargaan bisa datang dari diri sendiri, seperti merasa bangga dengan pencapaian atau kemampuan yang dimiliki, atau dari orang lain, seperti pujian dan pengakuan atas kerja keras.

Jenis penghargaan yang diinginkan oleh individu bisa bermacam-macam, mulai dari pujian, pengakuan atas keberhasilan, fasilitas untuk pengembangan diri, hingga kesempatan untuk mendapatkan pengalaman baru yang memperkaya kehidupan. Jika kebutuhan akan penghargaan ini tidak terpenuhi, individu bisa merasa rendah diri, kehilangan motivasi, dan kurang percaya diri. Ini dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan emosional seseorang.

Dalam kondisi yang ideal, individu akan mampu memenuhi kebutuhan mendapatkan penghargaan dengan berbagai cara, baik dari diri sendiri maupun dari lingkungan sekitar. Dengan demikian, individu dapat merasa dihargai, memiliki rasa percaya diri yang kuat, dan terbuka untuk pengalaman-pengalaman baru yang memperkaya kehidupan mereka.

4.1 Bentuk menghargai diri sendiri

Dalam teori Maslow, bentuk menghargai diri sendiri mencakup beberapa tipe, yaitu kepercayaan pada diri sendiri, meraih prestasi, kemampuan mandiri, dan kompetensi yang mumpuni. Kepercayaan pada diri sendiri mencakup keyakinan akan kemampuan dan nilai diri sendiri, sementara meraih prestasi melibatkan pencapaian tujuan dan kesuksesan pribadi. Kemampuan mandiri menekankan pada kemampuan untuk mandiri secara fisik maupun emosional, dan kompetensi yang mumpuni mencakup keterampilan dan keahlian yang sudah dikembangkan.

Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri merupakan tingkatan tertinggi dalam hierarki Maslow. Ini mencakup pemenuhan potensi diri dan pencapaian cita-cita yang lebih tinggi. Aktualisasi diri melibatkan pengembangan bakat dan minat pribadi, serta pencapaian puncak dalam hal pencapaian pribadi dan profesional.

Dengan memenuhi kebutuhan akan kepercayaan diri, meraih prestasi, mandiri, dan kompetensi, seseorang dapat berpotensi untuk mencapai tingkat aktualisasi diri yang lebih tinggi dalam kehidupannya. Maka dari itu, penting untuk memahami dan memenuhi kebutuhan ini agar dapat mencapai potensi penuh dalam kehidupan.

4.2 Bentuk penghargaan dari orang lain

Salah satu bentuk penghargaan dari orang lain yang dapat memenuhi kebutuhan akan penghargaan diri dan pengakuan dari orang lain adalah melalui pemberian status, gelar, pangkat, jabatan, atau apresiasi atas ketekunan yang dilakukan. Kebutuhan akan penghargaan dan pengakuan ini sangat penting bagi setiap individu, karena jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, dapat berdampak negatif terhadap harga diri seseorang.

Penghargaan dari orang lain seperti pemberian status atau jabatan dapat memberikan rasa percaya diri yang tinggi pada individu, sehingga mereka merasa diakui dan diperhitungkan dalam lingkungan sosial maupun profesional. Namun, jika kebutuhan akan penghargaan dan pengakuan tidak terpenuhi, seseorang dapat merasa rendah diri, kurang dihargai, dan kehilangan motivasi dalam mencapai tujuan hidupnya. Oleh karena itu, penting untuk memberikan penghargaan dan pengakuan yang tepat kepada orang lain agar kebutuhan ini dapat terpenuhi dan individu dapat merasa dihargai serta diakui oleh lingkungan sekitarnya.

Enam Alasan Orang Zaman Dulu Pelit Senyum Saat Foto
Aktualisasi diri melalui foto kini semakin merebak dan menjadi tren semua kalangan.

5. Kebutuhan untuk Mengaktualisasikan Diri

Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri merupakan level tertinggi dalam hierarki kebutuhan Maslow. Untuk memenuhi kebutuhan ini, seseorang perlu mencapai puncak dari perkembangan pribadinya. Cara untuk memenuhi kebutuhan ini adalah dengan melakukan pencapaian terbesar dari potensi dirinya, mencapai kepuasan batin yang tinggi, dan merasa puas dengan hasil dari usaha-usahanya.

Terdapat beberapa tipe aktualisasi diri, seperti citra diri yang positif, keberhasilan, pencapaian tujuan hidup, dan pengembangan potensi diri. Tujuan utama dari pemenuhan kebutuhan ini adalah untuk mencapai kesempurnaan diri dan merasakan kepuasan batin yang mendalam.

Namun, kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri umumnya jarang dipenuhi oleh sebagian besar orang karena mereka terjebak dalam memenuhi kebutuhan dasar yang lebih rendah, seperti kebutuhan fisiologis, keamanan, rasa memiliki, dan rasa dihargai. Hal ini juga disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan kesadaran akan potensi diri yang dimiliki serta kurangnya motivasi atau dorongan untuk mencapai actualization.

5.1 Acceptance and Realism

Teori Maslow menyatakan bahwa setiap individu memiliki hierarki kebutuhan yang perlu dipenuhi, dimulai dari kebutuhan fisiologis hingga kebutuhan aktualisasi diri. Dalam hal ini, penerimaan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan merupakan bagian penting dalam mencapai kebutuhan aktualisasi diri tersebut.

Penerimaan diri adalah langkah penting dalam memahami dan menerima kenyataan tentang diri sendiri. Ketika seseorang mampu menerima identitas diri dan kekurangan yang dimiliki, mereka dapat mengembangkan realisme dalam melihat lingkungan sekitar dan orang lain. Realisme membantu seseorang untuk melihat kenyataan dengan jelas tanpa adanya distorsi atau harapan yang tidak realistis.

Dalam konteks teori Maslow, penerimaan dan realisme membantu individu untuk mencapai kebutuhan aktualisasi diri dengan memahami potensi dan keterbatasan yang dimiliki. Dengan menerima kenyataan tentang diri sendiri, orang lain, dan lingkungan dengan realisme, seseorang dapat mengarahkan upaya untuk mencapai tujuan hidupnya secara lebih efektif.

Dengan demikian, penerimaan diri yang didasari realisme sangat penting dalam mencapai kebutuhan aktualisasi diri yang menjadi fokus utama dalam teori Maslow.

5.2 Problem Centering

Individu dengan sifat tolong menolong dan kemampuan mencari solusi terbaik untuk masalah yang dihadapi dapat memusatkan perhatian pada masalah yang dihadapi karena mereka memiliki motivasi untuk membantu dan memberikan kontribusi positif dalam penyelesaian masalah. Mereka selalu bertanggung jawab dan mengedepankan etika sosial dalam penyelesaian masalah tersebut karena mereka memiliki rasa tanggung jawab terhadap keadaan sekitar dan peduli terhadap kesejahteraan orang lain.

Sebagai contoh, individu dengan sifat tolong menolong dan kemampuan mencari solusi terbaik bisa saja menjadi relawan ketika terjadi bencana alam. Mereka memusatkan perhatian pada kebutuhan mendesak para korban, mencari solusi terbaik untuk membantu memenuhi kebutuhan tersebut, dan selalu bertanggung jawab dalam tindakan mereka. Mereka juga menjunjung tinggi etika sosial dalam membantu sehingga tidak ada rasa diskriminasi atau penyalahgunaan kekuasaan dalam penyelesaian masalah tersebut.

Dengan demikian, individu yang memiliki sifat tolong menolong dan kemampuan mencari solusi terbaik untuk masalah yang dihadapi dapat memusatkan perhatian pada masalah tersebut dengan motivasi bertanggung jawab dan mengedepankan etika sosial dalam upaya penyelesaian masalah.

5.3 Spontaneity

Spontanitas mengacu pada kemampuan untuk bertindak tanpa perencanaan atau persiapan sebelumnya. Ini adalah kemampuan untuk merespons dan beradaptasi dengan cepat terhadap situasi yang tidak terduga. Orang yang spontan ditandai dengan fleksibilitas dan kemauan untuk mengikuti arus. Mereka tidak terhalang oleh rutinitas yang kaku atau rencana yang sudah ditetapkan, namun mereka merangkul spontanitas kehidupan dan terbuka terhadap pengalaman baru.

Menjadi spontan dapat membawa rasa kegembiraan dan petualangan dalam hidup. Hal ini memungkinkan kita untuk keluar dari zona nyaman dan mengalami hal-hal yang mungkin terlewatkan. Individu yang spontan sering kali memiliki semangat hidup karena mereka secara aktif mencari peluang untuk bersenang-senang dan menikmati hidup. Mereka tidak takut mengambil risiko atau melangkah ke hal-hal yang tidak diketahui, yang dapat mengarah pada pertumbuhan pribadi dan penemuan diri. Selain itu, spontanitas juga memungkinkan individu untuk membentuk hubungan yang lebih kuat dengan orang lain karena menumbuhkan rasa keterbukaan, keaslian, dan keceriaan dalam interaksi sosial.

Secara keseluruhan, spontanitas adalah sifat penting yang memungkinkan individu untuk menavigasi situasi yang tidak terduga dengan mudah dan mudah beradaptasi. Merangkul spontanitas memungkinkan kita untuk menjalani kehidupan yang lebih memuaskan dengan menciptakan ruang untuk pertemuan yang tidak disengaja, pertumbuhan pribadi, dan hubungan yang lebih dalam dengan orang lain.

5.4 Autonomy and Solitude

Autonomy and Solitude atau otonomi dan kesendirian mengacu pada tingkat kebebasan dan privasi yang lebih tinggi dalam kehidupan seseorang. Otonomi adalah kemampuan untuk membuat keputusan dan pilihan secara mandiri tanpa pengaruh atau tekanan dari luar. Hal ini memungkinkan individu untuk memiliki kendali atas kehidupan mereka sendiri, membuat keputusan yang selaras dengan nilai dan tujuan mereka. Rasa otonomi ini dapat memberdayakan, karena memungkinkan individu untuk membentuk nasib mereka sendiri.

Kesendirian, di sisi lain, mengacu pada menghabiskan waktu sendirian dan jauh dari orang lain. Ini adalah keadaan di mana seseorang menemukan diri mereka terputus dari dunia luar dan tenggelam dalam pikiran dan perasaan mereka sendiri. Kesendirian memberikan kesempatan untuk refleksi diri, introspeksi, kreativitas, dan pertumbuhan pribadi. Hal ini memungkinkan individu untuk mengisi ulang, mengatur ulang, dan meremajakan diri mereka sendiri secara mental dan emosional.

Memiliki tingkat otonomi dan kesendirian yang lebih tinggi dapat sangat bermanfaat bagi individu dalam berbagai aspek kehidupan. Otonomi memungkinkan mereka untuk mengejar hasrat mereka dengan sepenuh hati, mengeksplorasi ide-ide baru dengan bebas, dan terlibat dalam kegiatan yang memberi mereka kepuasan tanpa mengkhawatirkan ekspektasi atau penilaian masyarakat. Kesendirian menawarkan individu ruang yang mereka butuhkan untuk berpikir secara mendalam, menemukan kedamaian batin, menjernihkan pikiran dan emosi mereka, mengurangi tingkat stres, meningkatkan keterampilan pemecahan masalah, menumbuhkan kreativitas, meningkatkan produktivitas, meningkatkan kesadaran diri, dan memperkuat hubungan emosional.

5.5 Continued Freshness of Appreciation

Seseorang yang berhasil mencapai aktualisasi diri akan mempertahankan rasa syukur dan kekaguman yang terus menerus terhadap kehidupan dengan melihat setiap kejadian sebagai sumber inspirasi dan kesenangan, bahkan yang kecil sekalipun. Mereka akan selalu menghargai dan mensyukuri setiap momen dalam hidup, sehingga mereka akan selalu merasa terinspirasi dan senang dalam menjalani kehidupan.

Rasa syukur tersebut akan mempengaruhi cara mereka berinteraksi dengan dunia, dimana mereka akan menjadi lebih ramah, penuh kasih, dan penuh perhatian terhadap orang-orang di sekitar mereka. Mereka juga akan lebih berempati dan peka terhadap kebutuhan orang lain, karena mereka telah merasakan kepuasan dan kebahagian dalam hidup mereka sendiri.

Dengan demikian, seseorang yang telah mencapai aktualisasi diri akan terus merasakan kesegaran dalam rasa syukur dan kekaguman mereka terhadap kehidupan, sehingga mereka dapat terus berkembang dan menjadi pribadi yang lebih baik. Hal ini juga akan mempengaruhi cara mereka berinteraksi dengan orang lain, sehingga dapat menciptakan lingkungan yang positif dan penuh dengan kebaikan.

Dengan terus memelihara rasa syukur, kekaguman, inspirasi, dan kesenangan, seseorang yang mencapai aktualisasi diri akan terus merasa bersemangat dan bahagia dalam menjalani kehidupan mereka.

5.6 Peak Experiences

Pengalaman puncak (peak experiences) yang dijelaskan dalam teks sebelumnya adalah momen-momen di mana seseorang merasa penuh makna, kebahagiaan yang tinggi, dan kesatuan dengan alam semesta. Kriteria untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri dan kebutuhan self-transcendence termasuk adanya pencapaian penuh potensi, perasaan pemahaman yang mendalam, dan kesadaran yang luas terhadap diri sendiri dan lingkungannya.

Contoh-contoh pengalaman puncak dalam kehidupan sehari-hari dapat mencakup momen saat seseorang menemukan solusi kreatif untuk masalah yang sulit, merasakan kegembiraan yang mendalam ketika menjalankan hobi atau minat yang dicintainya, atau merasakan kesatuan dengan alam semesta saat menikmati keindahan alam.

Dalam konteks hubungan interpersonal, pengalaman puncak dapat terjadi saat seseorang merasakan kedekatan emosional yang mendalam dengan orang lain atau merasakan momen kebersamaan yang penuh makna. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman puncak tidak selalu terjadi dalam konteks individu, tetapi juga dapat muncul dalam hubungan sosial.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya