Trombosit Tinggi Atau Trombositosis, Ini Penyebab, Gejala, Resiko dan Pengobatannya

Penyebab, gejala, resiko komplikasi dan pengobatan trombosit tinggi atau trombositosis

oleh Woro Anjar Verianty diperbarui 06 Mar 2024, 16:55 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2024, 16:55 WIB
Fungsi Trombosit secara Umum
Ilustrasi Luka Credit: pexels.com/Artem

Liputan6.com, Jakarta Trombosit tinggi, sebuah kondisi medis yang ditandai oleh peningkatan jumlah trombosit dalam darah, memunculkan perhatian serius terhadap kesehatan dan memerlukan pemahaman yang mendalam mengenai penyebab, gejala, dan penanganannya. Dalam situasi di mana kadar trombosit melonjak tinggi, seperti pada kondisi yang dikenal sebagai trombositosis, risiko penggumpalan darah dan komplikasi kesehatan yang serius dapat meningkat. 

Dalam upaya untuk mengatasi trombositosis, penanganan yang tepat perlu dipertimbangkan. Meskipun belum ada pengobatan khusus yang dapat menyembuhkan kondisi ini, berbagai pendekatan telah diajukan dalam literatur medis. Pemeriksaan dan pengendalian secara rutin menjadi kunci dalam manajemen trombosit tinggi.

Dengan pemahaman yang lebih baik tentang faktor risiko dan gejala-gejala yang terkait, pembaca diharapkan dapat mengambil langkah-langkah pencegahan yang diperlukan serta menjalani konsultasi medis secara teratur untuk pemantauan yang efektif. Dengan begitu, artikel ini bertujuan memberikan panduan komprehensif bagi individu yang menghadapi tantangan kesehatan terkait trombosit tinggi.

Untuk panduan lebih lengkapnya, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber informasi seputar penyebab, gejala, resiko komplikasi dan pengobatan trombosit tinggi atau trombositosis, pada Rabu (6/3/2024).

Apa Itu Trombosit Tinggi atau Trombositosis?

Penyebab Trombosit naik
Penyebab Trombosit naik Credit: pexels.com/Anna

Trombosit tinggi atau Trombositosis merujuk pada kondisi ketika jumlah trombosit dalam darah melebihi 450.000 keping per mikroliter, yang dapat menghambat normalnya proses pembekuan darah. Trombosit, yang diproduksi oleh megakariosit dalam sumsum tulang, memiliki peran krusial dalam hemostasis atau pembekuan darah. Kadar trombosit yang normal berkisar antara 150.000 hingga 450.000 keping per mikroliter darah.

Trombositosis dapat terjadi sebagai hasil dari dua kategori utama, yaitu trombositemia primer atau esensial dan trombositosis sekunder, masing-masing memiliki penyebab yang berbeda.

1. Trombositemia Primer atau Esensial

Trombositemia primer terjadi ketika peningkatan jumlah trombosit tidak dapat secara pasti diatribusikan pada suatu penyakit atau kondisi kesehatan tertentu. Ini merupakan kondisi di mana produksi trombosit meningkat secara tidak terkendali tanpa adanya penyebab yang jelas.

2. Trombositosis Sekunder

Trombositosis sekunder terjadi ketika peningkatan jumlah trombosit disebabkan oleh suatu penyakit atau kondisi kesehatan spesifik. Beberapa penyebab umum trombositosis sekunder meliputi peradangan kronis, infeksi, kondisi inflamasi, dan penyakit sumsum tulang.

Trombositosis sekunder juga dapat dipicu oleh faktor-faktor lain seperti anemia hemolitik, kehilangan darah yang signifikan, atau bahkan kondisi inflamasi seperti arthritis rheumatoid.

Penting untuk mendeteksi dan mengelola trombositosis secara tepat karena kondisi ini dapat meningkatkan risiko pembekuan darah yang tidak diinginkan. Diagnosis yang tepat memerlukan pemeriksaan darah dan evaluasi lebih lanjut untuk mengidentifikasi penyebabnya. Pengelolaan trombositosis melibatkan penanganan penyebab utama serta pengawasan rutin untuk memastikan kadar trombosit tetap dalam kisaran normal demi mencegah komplikasi yang mungkin timbul akibat tingginya jumlah trombosit dalam darah.

Penyebab Trombosit Tinggi 

Tes Darah
Ilustrasi Tes Darah Credit: pexels.com/Karolina

Penyebab trombositosis dapat dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu trombositemia esensial atau primer, dan trombositosis sekunder. Berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai penyebab keduanya:

1. Penyebab Trombositemia Esensial (Primer):

  • Trombositemia esensial terjadi ketika kadar trombosit meningkat secara signifikan tanpa penyebab yang jelas.
  • Penyebab pasti dari trombositemia esensial belum sepenuhnya dipahami, namun sebagian besar kasus terkait dengan mutasi gen JAK2 (Janus kinase 2).
  • Sekitar setengah dari pasien dengan trombositemia esensial memiliki mutasi gen JAK2 dalam tubuh mereka.
  • Mutasi gen JAK2 diduga dapat diwariskan dari orangtua, yang menyebabkan kelainan pada sel induk di sumsum tulang dan meningkatkan produksi trombosit.

2. Penyebab Trombositosis Sekunder:

Trombositosis sekunder terjadi ketika jumlah trombosit meningkat akibat kondisi kesehatan atau penyakit tertentu.

  • Sekitar 35% pasien trombositosis sekunder memiliki riwayat penyakit kanker seperti paru-paru, sistem pencernaan, payudara, rahim, dan limfoma.
  • Trombositosis sekunder juga dapat disebabkan oleh berbagai kondisi lain, termasuk:- Peradangan jaringan, seperti penyakit kolagen vascular dan inflammatory bowel disease.- Penyakit infeksi dan peradangan, seperti tuberkulosis (TBC).- Gangguan mieloproliferatif, seperti polisitemia vera.- Anemia hemolitik.- Gangguan mielodisplastik.- Hipersplenisme setelah pengangkatan limpa.- Anemia defisiensi zat besi.- Proses pemulihan setelah kehilangan darah yang signifikan.- Efek dari operasi.- Respons tubuh terhadap kekurangan vitamin B12 atau penyalahgunaan alkohol.

 

Perbedaan dalam Kinerja Trombosit

Pada trombositemia esensial, kinerja trombosit cenderung tidak normal, meningkatkan risiko pembentukan gumpalan darah atau perdarahan yang tidak wajar.

Sementara itu, trombosit pada trombositosis sekunder masih dapat berfungsi dengan baik, meskipun jumlahnya berlebihan, sehingga risiko gejala serius cenderung lebih rendah.

Pemahaman yang lebih baik tentang penyebab trombositosis membantu dalam diagnosis, pengelolaan, dan perawatan yang tepat sesuai dengan kondisi yang mendasarinya. Penting untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan untuk evaluasi lebih lanjut jika ada kekhawatiran tentang kadar trombosit yang tinggi dan gejala yang terkait.

Gejala Trombosit Tinggi

Ilustrasi Pemeriksaan Darah (Sumber: Freepik/wirestock)
Ilustrasi Pemeriksaan Darah (Sumber: Freepik/wirestock)

Trombositosis atau peningkatan jumlah trombosit dalam darah di atas 450.000 keping per mikroliter, seringkali tidak menunjukkan tanda-tanda dan gejala yang khas pada kebanyakan orang. Penyakit ini sering terdeteksi secara kebetulan ketika seseorang menjalani tes darah sebagai bagian dari pemeriksaan kesehatan rutin atau untuk tujuan lain. Meski demikian, terdapat beberapa indikasi dan gejala yang dapat muncul pada mereka yang mengalami trombositosis, terutama pada kasus trombositemia esensial dibandingkan trombositosis sekunder.

Menurut National Heart, Lung, and Blood Institute, individu dengan trombositemia esensial lebih cenderung mengalami gejala yang serius. Tanda-tanda dan gejala yang terkait dengan tingginya jumlah trombosit biasanya berkaitan dengan risiko penggumpalan darah dan perdarahan yang tidak normal.

1. Penggumpalan Darah (Trombosis)

Kelebihan trombosit dalam pembuluh darah dapat menyebabkan pembentukan gumpalan darah yang tidak normal, dikenal sebagai trombosis. Gumpalan darah dapat muncul di berbagai bagian tubuh, termasuk lengan, kaki, jantung, usus, dan otak. Gejala trombosis dapat meliputi sensasi kebas atau mati rasa, perubahan warna dan kemerahan pada lengan dan kaki, serta nyeri atau terbakar. Jika trombosis mencapai otak, penderita dapat mengalami gejala seperti pusing, sakit kepala berkepanjangan, bahkan stroke.

2. Perdarahan

Meskipun lebih umum terkait dengan trombosit rendah (trombositopenia), perdarahan yang tidak wajar juga dapat terjadi pada trombositosis, terutama jika jumlah trombosit melebihi 1 juta per mikroliter darah. Gejala perdarahan melibatkan mudah terbentuknya lebam atau memar, perdarahan pada gusi, darah dalam urin atau tinja, dan mimisan.

Gejala dan tanda-tanda trombositosis yang mencolok biasanya berkaitan dengan komplikasi seperti trombosis atau perdarahan yang tidak normal. Pemeriksaan fisik dan tes laboratorium, termasuk pengukuran jumlah trombosit, biopsi sumsum tulang, serta evaluasi untuk deteksi komplikasi, membantu memastikan diagnosis trombositosis.

Penting untuk memeriksakan diri ke dokter jika terdapat gejala seperti peningkatan trombosit yang persisten, pembesaran limpa (splenomegali), atau tanda-tanda serangan jantung atau stroke. Identifikasi dini dan pengelolaan trombositosis penting untuk mencegah risiko komplikasi yang dapat timbul akibat tingginya jumlah trombosit dalam darah.

Komplikasi Trombosit Tinggi

Ilustrasi pasien stroke.
Ilustrasi pasien stroke. Foto oleh Kampus Production dari Pexels

Kadar trombosit yang terlalu tinggi dapat menimbulkan risiko serius terhadap kesehatan, dan jika tidak segera ditangani dengan tepat, dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang signifikan. Beberapa komplikasi yang mungkin muncul akibat trombositosis yang tinggi melibatkan berbagai sistem tubuh, dan penanganan yang cepat menjadi krusial. Berikut adalah komplikasi yang dapat terjadi:

  1. Stroke: Trombositosis meningkatkan risiko pembentukan gumpalan darah yang dapat menyumbat pembuluh darah otak. Ini dapat mengakibatkan stroke, yang dapat menimbulkan dampak serius pada fungsi otak dan sistem saraf.
  2. Serangan Jantung: Kadar trombosit yang tinggi juga dapat menyebabkan pembentukan gumpalan darah di pembuluh darah jantung, yang dapat menghambat aliran darah dan menyebabkan serangan jantung.
  3. Komplikasi Kehamilan: Trombositosis dapat memengaruhi kesehatan ibu hamil dan janin. Komplikasi kehamilan yang mungkin terjadi melibatkan risiko keguguran, pertumbuhan janin yang tidak normal, pemisahan plasenta dari dinding rahim, dan kelahiran prematur.

Untuk mendiagnosis trombositosis, dokter akan melakukan serangkaian langkah sebagai berikut:

  1. Riwayat Kesehatan dan Pemeriksaan Fisik: Dokter akan mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan pasien dan melakukan pemeriksaan fisik untuk mencari tanda-tanda yang mungkin terkait dengan trombositosis.
  2. Tes Darah Lengkap: Pemeriksaan darah lengkap dilakukan untuk menilai jumlah trombosit dan sel darah lainnya, termasuk sel darah merah dan sel darah putih.
  3. Biopsi Sumsum Tulang: Biopsi sumsum tulang mungkin diperlukan untuk mengevaluasi produksi trombosit di sumsum tulang belakang secara langsung.
  4. Tes Genetik: Tes genetik dapat direkomendasikan dalam beberapa kasus untuk mengidentifikasi kelainan darah tertentu, terutama jika terdapat kecurigaan terhadap trombositemia esensial.

Dengan melakukan langkah-langkah diagnostik ini, dokter dapat mengidentifikasi penyebab dan tingkat keparahan trombositosis, sehingga dapat merencanakan pengelolaan dan perawatan yang sesuai. Pemantauan rutin juga mungkin diperlukan untuk memantau perkembangan kondisi dan mencegah kemungkinan komplikasi yang dapat timbul akibat kadar trombosit yang tinggi.

Cara Mengobati Trombosit Tinggi 

Ilustrasi obat-obatan medis (Sumber: freepik.com)
Ilustrasi obat-obatan medis (Sumber: freepik.com)

Mengatasi trombositosis melibatkan berbagai strategi pengelolaan, terutama karena belum ada pengobatan khusus yang dapat menyembuhkan kondisi ini sepenuhnya. Dalam penanganan trombositosis, berikut adalah beberapa pendekatan dan tindakan yang mungkin dilakukan berdasarkan hasil studi dan pertimbangan medis:

1. Pemeriksaan dan Pengendalian:

Pada kasus yang tidak memiliki faktor risiko terhadap penyakit jantung dan pembuluh darah, pendekatan yang dapat diambil adalah pemeriksaan rutin dan pengendalian lanjut. Ini melibatkan pemantauan secara teratur untuk memastikan kadar trombosit tetap dalam kisaran normal.

2. Penanganan Khusus:

Jika trombositosis disertai dengan penyakit von Willebrand yang dapat meningkatkan risiko perdarahan, penanganan khusus seperti pemberian asam e-aminocaproic dapat dipertimbangkan untuk mencegah perdarahan yang berlebihan.

3. Plateletpheresis atau Tromboferesis:

Proses plateletpheresis atau tromboferesis dapat dilakukan untuk mengurangi jumlah trombosit dalam darah. Ini merupakan prosedur di mana trombosit dipisahkan dari darah dan kemudian darah yang telah diolah kembali disuntikkan ke dalam tubuh.

4. Pencegahan Stroke dan Obat-obatan:

Untuk mengurangi risiko stroke ringan, dapat dipertimbangkan penggunaan obat-obatan seperti hidroksiurea dan aspirin. Namun, penggunaan aspirin harus mempertimbangkan risiko perdarahan, terutama pada saluran pencernaan.

5. Gaya Hidup Sehat:

Gaya hidup sehat memiliki peran penting dalam mengatasi komplikasi dari trombositosis. Upaya untuk mengurangi faktor risiko penggumpalan darah, seperti diabetes, tekanan darah tinggi, dan kolesterol tinggi, dapat dilakukan dengan:

  • Menjalani pola makan seimbang yang kaya akan nutrisi.
  • Meningkatkan aktivitas fisik secara teratur.
  • Mempertahankan berat badan ideal.
  • Berhenti merokok, karena merokok dapat memperburuk kondisi pembuluh darah.

Dengan menggabungkan pendekatan medis dan perubahan gaya hidup sehat, pasien dengan trombositosis dapat mencapai pengelolaan yang lebih baik dan mengurangi risiko komplikasi yang mungkin timbul. Penting untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan untuk mendapatkan rencana pengelolaan yang sesuai dengan kondisi kesehatan dan kebutuhan individu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya