Antisosial Adalah Gangguan Kepribadian, Simak Faktor Penyebab dan Cara Mengatasinya

Antisosial adalah gangguan kepribadian tertentu yang dikenal sebagai "Gangguan Kepribadian Antisosial" (Antisocial Personality Disorder, ASPD).

oleh Silvia Estefina Subitmele diperbarui 08 Mar 2024, 17:15 WIB
Diterbitkan 08 Mar 2024, 17:15 WIB
Ilustrasi antisosial
Ilustrasi antisosial. (Photo by Skitterphoto/Pexels)

Liputan6.com, Jakarta Antisosial adalah sebuah kondisi di mana seseorang cenderung memiliki kepribadian yang lebih suka sendirian, serta cenderung melanggar hak-hak orang lain. Individu dengan sifat antisosial seringkali memiliki masalah dalam berinteraksi dengan orang lain, bahkan mengabaikan perasaan dan kebutuhan orang lain.

Antisosial adalah perilaku yang bersifat menentang, atau tidak mendukung norma-norma sosial. Gejala dari sifat ini seringkali terlihat sejak usia dini, di mana individu akan sulit menjalin hubungan sosial yang sehat dan seringkali terlibat dalam perilaku melanggar norma sosial. Mereka mungkin cenderung berperilaku agresif, berbohong, mencuri, atau bahkan melakukan kekerasan fisik terhadap orang lain. 

Antisosial beda dengan introvert. Antisosial adalah gangguan kepribadian tertentu di mana penyebabnya bisa beragam, mulai dari faktor genetik, lingkungan keluarga yang tidak mendukung, atau pengalaman traumatis di masa lalu. Oleh sebab itu, penting untuk mengatasi sifat antisosial sejak dini, karena jika dibiarkan terus berkembang, bisa berdampak negatif pada kehidupan orang-orang di sekitarnya.

Berikut ini gejala antisosial yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (8/3/2024). 

Antisosial dan Penyebabnya

Ilustrasi merenung, berpikir, diri sendiri
Ilustrasi merenung, berpikir. (Photo by Engin Akyurt: https/Pexels)

Antisosial adalah istilah bagi individu dengan kepribadian yang lebih suka sendirian dan memiliki kecenderungan, untuk melanggar hak-hak orang lain. Antisosial bisa dikaitkan dengan perilaku negatif seperti kekerasan, penipuan, pencurian dan kejahatan lainnya.

Antisosial memiliki beberapa bentuk, di antaranya adalah gangguan kepribadian antisosial (Anti-Social Personality Disorder/ASPD), ditandai dengan ketidaksukaan terhadap aturan dan norma sosial yang berlaku, serta kurangnya empati terhadap perasaan orang lain.

Oleh karena itu, pemahaman tentang fenomena antisosial sangat penting, dalam upaya mencegah dan mengatasi perilaku yang merugikan masyarakat. Berikut beberapa faktor penyebab kondisi antisosial diantaranya: 

Faktor genetik

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku antisosial ini adalah faktor genetik. Penelitian telah menemukan, bahwa individu dengan kecenderungan antisosial umumnya memiliki kecenderungan keluarga yang sama, yaitu menunjukkan adanya hubungan genetik dalam pengembangan perilaku ini.

Beberapa studi juga menunjukkan, bahwa terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter di otak individu dengan kecenderungan antisosial. Faktor genetik seperti polimorfisme gen yang terkait dengan impulsivitas, penurunan fungsi penghakiman moral dan rendahnya tingkat empati, juga dapat berkontribusi terhadap perkembangan perilaku antisosial.

Dalam beberapa kasus, individu dapat mewarisi gen yang meningkatkan risiko terjadinya perilaku antisosial, terutama dalam keluarga dengan riwayat antisosial. Namun, penting untuk dicatat bahwa faktor genetik hanyalah salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan perilaku antisosial. Lingkungan sosial dan pengalaman hidup juga memainkan peran penting dalam pembentukan perilaku ini. Terlebih lagi, tidak semua individu dengan faktor genetik yang rentan mengembangkan perilaku antisosial.

Faktor lingkungan

Salah satu faktor yang berperan dalam timbulnya kepribadian antisosial ini adalah faktor lingkungan. Lingkungan sejak masa kecil dapat memainkan peran penting, dalam perkembangan kepribadian individu. Lingkungan yang berisikan pengalaman buruk yang berulang, seperti penelantaran, kekerasan fisik atau seksual dan kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua atau pengasuh, dapat berkontribusi pada perkembangan kepribadian yang antisosial. Selain itu, adanya pergaulan dengan individu yang juga memiliki perilaku antisosial dapat mempengaruhi seseorang, untuk meniru dan mengadopsi perilaku yang sama. 

Paparan kepada lingkungan sosial yang condong kepada kekerasan, kriminalitas dan pengaruh negatif lainnya juga dapat meningkatkan kemungkinan seseorang menjadi antisosial. Dalam hal ini, peran keluarga, pendidikan dan lingkungan sosial yang sehat sangatlah penting dalam mencegah dan mengurangi risiko perkembangan kepribadian antisosial. Pentingnya memberikan perhatian, kasih sayang dan arahan yang baik pada individu sejak usia dini, serta menciptakan lingkungan yang aman dan positif bagi mereka, agar menghindari mereka menjadi antisosial di masa dewasa.

Gejala-Gejala Gangguan Kepribadian Antisosial

Ilustrasi merenung, menyepi, sendiri, sedih
Ilustrasi merenung, menyepi, sendiri, sedih. (Photo by Andrik Langfield on Unsplash)

1. Manipulatif

Manipulatif adalah salah satu ciri utama dari individu yang antisosial. Mereka memiliki kecenderungan untuk memanipulasi orang lain demi kepentingan pribadi mereka sendiri. Mereka sering menggunakan tipu daya, menipu, atau menjalankan tindakan yang bertujuan untuk meraih keuntungan pribadi tanpa peduli dengan perasaan atau hak orang lain.

Individu yang manipulatif cenderung pandai berbicara dan meyakinkan orang lain untuk melakukan apa yang mereka inginkan. Mereka menggunakan kata-kata yang cerdas dan bersifat persuasif, sehingga orang lain sulit untuk menolak permintaan atau tuntutan mereka.

Selain itu, mereka juga sering kali mengabaikan aturan, norma, dan etika yang berlaku dalam masyarakat. Mereka berperilaku egois dan hanya memikirkan diri sendiri, tanpa memedulikan dampak yang mungkin ditimbulkan pada orang lain.

Individu manipulatif juga sering kali memiliki kecenderungan untuk berbohong. Mereka dapat dengan mudah memutarbalikkan fakta atau membuat cerita palsu untuk mencapai tujuan mereka. Mereka tidak ragu untuk mengancam, memanfaatkan atau mengintimidasi orang lain untuk mencapai apa yang mereka inginkan.

Dalam hubungan sosial, individu manipulatif sering membuat orang lain merasa tidak nyaman atau terjebak dalam situasi yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, penting untuk dapat mengenali tanda-tanda individu yang manipulatif dan tetap waspada dalam berinteraksi dengan mereka.

2. Tidak punya rasa empati

Salah satu karakteristik yang sering dimiliki oleh mereka, adalah tidak memiliki rasa empati terhadap orang lain. Ketika seseorang tidak memiliki rasa empati, mereka cenderung tidak peduli dengan perasaan atau kebutuhan orang lain. Mereka mungkin mengabaikan atau bahkan meremehkan perasaan orang lain, sehingga sulit bagi mereka untuk berempati atau memahami perspektif orang lain.

Ketidaktertarikan mereka terhadap perasaan orang lain, dapat membuat mereka berperilaku egois dan acuh tak acuh terhadap konsekuensi yang mungkin ditimbulkan dari tindakan mereka. Mereka mungkin tidak memperhatikan dampak negatif yang dapat mereka berikan kepada orang lain, bahkan sering kali tidak peduli tentang hal tersebut.

Tidak adanya rasa empati dalam kepribadian seseorang, juga dapat berdampak pada hubungan sosial mereka. Orang dengan karakter antisosial mungkin cenderung sulit untuk berinteraksi dengan orang lain, karena ketidakmampuannya untuk memahami dan merespons dengan baik perasaan orang lain.

Ketidakhadiran rasa empati dalam individu antisosial, bukanlah kondisi yang dapat diubah dengan mudah. Memahami kondisi ini dapat membantu orang lain dalam berinteraksi dengan mereka dengan lebih baik, namun tetap perlu diingat bahwa untuk mengubah perilaku ini membutuhkan bantuan profesional. Dalam menghadapi individu dengan kecenderungan antisosial, penting untuk tetap menjaga keamanan diri dan menjaga batasan-batasan yang jelas.

3. Sering berbohong

Individu antisosial seringkali tidak memiliki empati atau perasaan bersalah, ketika mereka berbohong untuk kepentingan pribadi mereka sendiri. Mereka mungkin dengan mudah memberikan alasan palsu, mengubah cerita, atau menjauhkan diri dari konsekuensi dari tindakan mereka.

Sering berbohong dapat menjadi tanda bahwa seseorang menderita gangguan kepribadian antisosial. Kebiasaan sering berbohong yang dimiliki oleh individu antisosial sering kali digunakan untuk memanipulasi orang lain demi keuntungan pribadi mereka. Mereka dapat berbohong dengan tidak ada rasa takut atau kekhawatiran akan dampak yang mungkin timbul, dan seringkali mereka tidak merasa bersalah atas tindakan itu.

Sering berbohong oleh individu antisosial juga dapat menjadikan hubungan sosial tidak sehat, dan merusak kepercayaan yang dibangun dibandingkan dengan orang lain. Masyarakat perlu lebih waspada dan peka terhadap tanda-tanda individu antisosial, seperti sering berbohong, agar dapat melindungi diri mereka sendiri dan menjaga keseimbangan hubungan sosial yang sehat.

4. Selalu mengulangi kesalahan yang sama

Salah satu ciri khas dari individu antisosial adalah kecenderungan mereka, untuk terus-menerus melakukan kesalahan yang sama. Meskipun mereka mungkin menyadari konsekuensi negatif dari tindakan mereka, mereka tetap berulang kali melakukannya tanpa penyesalan atau perubahan perilaku yang signifikan.

Hal ini bisa menjadi tanda adanya masalah kepribadian yang lebih dalam, seperti gangguan kepribadian antisosial (antisocial personality disorder) atau gangguan kepribadian borderline (borderline personality disorder). Individu dengan gangguan ini seringkali memiliki keterampilan sosial yang buruk, dan sulit untuk memahami dan menghormati hak-hak orang lain.

Penting untuk diingat bahwa tidak semua individu yang menunjukkan kecenderungan antisosial memiliki gangguan kepribadian. Beberapa orang mungkin hanya memiliki preferensi untuk sendirian tanpa melanggar hak-hak orang lain secara sadar. Namun, jika seseorang secara konsisten melakukan kesalahan yang sama dan menunjukkan sikap yang merugikan orang lain, sangat disarankan untuk mencari bantuan profesional untuk mengevaluasi situasinya.

 

Pencegahan Gangguan

ilustrasi depresi, stress, sendiri, kesepian
ilustrasi depresi, stress, sendiri, kesepian. photo by unsplash

1. Pendidikan dasar secara dini

Pendidikan dasar secara dini merupakan salah satu langkah yang penting, dalam mengatasi perilaku antisosial pada individu. Pendidikan dasar yang diberikan sejak usia dini memiliki peran yang besar dalam membentuk kepribadian dan sikap seseorang. Melalui pendidikan dasar, anak-anak diajarkan tentang nilai-nilai sosial, empati, dan pengertian terhadap hak-hak orang lain.

Mereka diajarkan untuk berinteraksi dengan baik dengan teman, anggota keluarga, dan masyarakat di sekitar mereka. Selain itu, pendidikan dasar juga melibatkan pembelajaran tentang konsekuensi negatif dari perilaku antisosial. Anak-anak perlu memahami bahwa tindakan mereka dapat berdampak buruk pada orang lain dan dapat mengakibatkan konsekuensi yang tidak diinginkan.

2. Guru konseling di sekolah

Guru konseling di sekolah memiliki peran penting dalam membantu individu antisosial. Individu antisosial adalah mereka yang cenderung lebih suka sendirian dan tidak begitu tertarik dengan interaksi sosial. Namun, mereka juga memiliki kecenderungan untuk melanggar hak-hak orang lain. Sebagai guru konseling di sekolah, tugas utama adalah memahami dan mendukung individu antisosial untuk mengatasi tantangan yang mereka hadapi.

Guru konseling dapat memberikan pengarahan dan bimbingan kepada individu tersebut dalam mengembangkan keterampilan sosial yang diperlukan untuk berinteraksi dengan orang lain. Selain itu, guru konseling juga bertanggung jawab untuk membantu individu antisosial memahami konsekuensi dari tindakan mereka yang melanggar hak orang lain. Dengan memberikan pemahaman yang baik, guru konseling dapat membantu individu antisosial untuk merubah perilaku mereka dan menjadi lebih bertanggung jawab.

 

3. Pendidikan di masyarakat

Pendidikan di masyarakat berperan penting dalam mengatasi permasalahan individu yang memiliki kecenderungan antisosial. Melalui pendidikan yang efektif, masyarakat dapat mendorong individu tersebut untuk lebih memahami pentingnya berinteraksi dengan orang lain dan menghormati hak-hak mereka. Salah satu langkah yang dapat dilakukan dalam pendidikan di masyarakat adalah dengan menyediakan kursus atau pelatihan yang mengajarkan keterampilan sosial kepada individu antisosial.

Keterampilan sosial ini meliputi kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dalam tim, dan memahami perasaan dan perspektif orang lain. Melalui pemahaman dan latihan, individu antisosial dapat belajar bagaimana berinteraksi secara lebih sehat dan saling menghormati.

Selain itu, pendidikan di masyarakat juga dapat melibatkan kampanye sosial atau forum diskusi yang membahas tentang antisosial dan efek negatifnya terhadap masyarakat. Dengan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang permasalahan ini, diharapkan masyarakat akan lebih dapat memahami dan membantu individu dengan kepribadian antisosial untuk berintegrasi dalam kehidupan sehari-hari.

4. Pemeriksaan kepribadian atau kejiwaan

Pemeriksaan kepribadian atau kejiwaan dapat menjadi langkah yang penting, dalam mengidentifikasi dan memahami individu dengan sifat antisosial. Tes psikologis sering digunakan untuk menganalisis pola pikir, emosi, dan perilaku seseorang, sehingga dapat membantu mengenali tanda-tanda atau gejala dari kepribadian atau kejiwaan yang antisosial.

Pemeriksaan ini melibatkan serangkaian pertanyaan dan situasi yang dirancang untuk mendapatkan gambaran sejauh mana individu tersebut memiliki sifat antisosial. Hasil dari pemeriksaan ini dapat membantu dalam membuat diagnosis yang lebih akurat dan memungkinkan layanan atau pengobatan yang sesuai dapat diberikan. Penting untuk diingat bahwa seseorang dengan sifat antisosial mungkin membutuhkan bantuan profesional, seperti terapi atau konseling, untuk mengatasi masalah mereka. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya