Trauma Masa Kecil Seringkali Tak Teratasi Hingga Dewasa, Simak Cara Mengatasinya

Trauma masa kecil adalah kondisi yang terjadi ketika seseorang mengalami peristiwa buruk, atau kurang menyenangkan di masa kecil yang berdampak negatif pada kesehatan mental dan emosionalnya.

oleh Silvia Estefina Subitmele diperbarui 15 Mar 2024, 17:50 WIB
Diterbitkan 15 Mar 2024, 17:50 WIB
Memori Buruk atau Trauma
Ilustrasi Trauma Credit:pexels.com/Maycon

Liputan6.com, Jakarta Trauma masa kecil adalah kondisi yang sering terjadi, ketika seseorang mengalami peristiwa buruk atau kurang menyenangkan di masa kecil mereka. Kondisi ini dapat mempengaruhi perkembangan mental dan emosional seseorang hingga menjadi dewasa. Trauma masa kecil dapat berasal dari kekerasan fisik atau seksual, kehilangan orang tersayang, atau bahkan perceraian orang tua.

Seorang individu yang mengalami trauma masa kecil, seringkali membawa luka batin dan emosi yang tidak teratasi hingga dewasa. Inner child merupakan konsep psikologis yang mengacu pada versi diri kita ketika masih kecil. Inner child yang terluka akibat trauma masa kecil dapat mempengaruhi self-esteem, hubungan interpersonal dan kualitas hidup seseorang saat dewasa.

Untuk memulihkan trauma masa kecil dan menyembuhkan inner child yang terluka, langkah-langkah terapi dan dukungan yang tepat sangat penting. Terapi trauma masa kecil seperti terapi bermain, terapi bicara, atau terapi seni dapat membantu individu, untuk mengakses kenangan trauma, mengungkapkan emosi yang terpendam, serta memperbaiki pikiran negatif yang mungkin telah terbentuk, sebagai akibat dari trauma tersebut.

Berikut ini dampak trauma masa kecil yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (15/3/2024). 

Trauma Masa Kecil dan Jenis-Jenisnya

Parentification Trauma
Trauma akibat peran anak sebagai orang dewasa secara berlebihan. (Foto: Unsplash/Katherine Chase)

Trauma masa kecil atau childhood trauma adalah kondisi yang terjadi ketika seseorang mengalami peristiwa buruk atau kurang menyenangkan di masa kecil, sehingga berdampak negatif pada kesehatan mental dan emosionalnya. Trauma masa kecil dapat terjadi dalam berbagai bentuk, seperti kekerasan fisik, kekerasan seksual, pengabaian, atau kehilangan yang signifikan.

Peristiwa traumatis semacam itu dapat meninggalkan bekas yang mendalam pada anak-anak yang mengalaminya. Mereka mungkin mengalami gejala seperti kecemasan, ketakutan berlebihan, penarikan diri, gangguan tidur, hilangnya minat atau kegembiraan, serta masalah perilaku dan hubungan interpersonal. Jenis trauma masa kecil yang umum meliputi kekerasan fisik atau seksual, penelantaran, perceraian orang tua, kematian orang terdekat, bencana alam, atau peristiwa traumatis lainnya.

Kekerasan fisik adalah salah satu jenis trauma yang dapat merusak kesehatan fisik dan mental anak. Kekerasan seksual juga seringkali meninggalkan luka emosional yang mendalam pada korban. Selain itu, penelantaran oleh orang tua atau keluarga juga dapat menyebabkan trauma pada masa kecil, karena anak mengalami kurangnya perhatian, kasih sayang dan perawatan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang sehat. Penting untuk mengenali bahwa trauma masa kecil dapat memiliki dampak yang jangka panjang pada kehidupan seseorang. Oleh karena itu, dukungan dan pengobatan yang tepat sangat penting untuk membantu mereka melewati masa trauma tersebut dan memulihkan kualitas hidup yang sehat.

Dampak Trauma Masa Kecil

Mengalami Trauma
Ilustrasi Trauma Credit: pexels.com/Samantha

1. Sulit Menjalin Hubungan dengan Orang Lain

Trauma masa kecil dapat berdampak jangka panjang pada kehidupan seseorang, termasuk sulitnya menjalin hubungan dengan orang lain. Kondisi ini dapat memengaruhi kemampuan individu untuk mempercayai orang lain, mengungkapkan emosi, dan merasa nyaman dalam hubungan interpersonal. Ketika seseorang mengalami trauma pada masa kecil, seperti kekerasan fisik, kekerasan seksual, atau pengabaian, kepercayaan dan keamanan yang seharusnya terbangun dalam hubungan dipatahkan. Individu tersebut sering kali mengalami kecemasan, takut akan penolakan, dan sulit untuk membuka diri pada orang lain.

Sulitnya menjalin hubungan dengan orang lain dapat menimbulkan rasa kesepian dan isolasi. Trauma masa kecil yang tidak ditangani dengan baik juga berpotensi menyebabkan individu melibatkan diri dalam hubungan yang tidak sehat, seperti memilih pasangan yang tidak baik atau menjadi korban pelecehan secara berulang. Penting untuk mencari bantuan profesional jika Anda atau orang terdekat mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang lain akibat trauma masa kecil. Terapi trauma khusus dapat membantu individu memahami, mengelola, dan mengatasi dampak negatif yang dihasilkan dari pengalaman buruk pada masa kecil.

2. Sulit Berkonsentrasi

Sulit berkonsentrasi adalah salah satu efek yang sering terjadi pada orang yang mengalami trauma di masa kecil. Trauma masa kecil bisa meliputi berbagai peristiwa buruk atau kurang menyenangkan, seperti kekerasan fisik, kekerasan seksual, kehilangan orang tua, perceraian, atau penyiksaan emosional. Ketika seseorang mengalami trauma tersebut di masa kecil, dapat terjadi gangguan pada perkembangan fisik dan psikologisnya.

Salah satu bentuk gangguan tersebut adalah kesulitan dalam berkonsentrasi. Orang-orang yang mengalami trauma masa kecil sering kali memiliki masalah dalam memusatkan perhatian, menjaga fokus dan menyelesaikan tugas-tugas dengan efektif. Mereka seringkali mudah teralihkan oleh pikiran-pikiran negatif, atau kenangan traumatis yang muncul kembali. Selain itu, trauma masa kecil juga dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam belajar dan mengingat informasi dengan baik. Sulit berkonsentrasi bukan hanya masalah fisik, tetapi juga terkait dengan gangguan mental serta emosi yang timbul akibat adanya trauma.

3. Sulit Menjadi Diri Sendiri

Trauma masa kecil dapat mempengaruhi seseorang dalam berbagai aspek kehidupan. Salah satu efeknya adalah sulit menjadi diri sendiri. Ketika seseorang mengalami peristiwa buruk atau kurang menyenangkan di masa kecil, mereka mungkin merasa takut atau terjebak dalam peran atau identitas yang ditetapkan oleh lingkungan mereka. Seseorang yang mengalami trauma masa kecil, sering kali merasa sulit untuk mengungkapkan diri mereka sendiri dan menunjukkan siapa mereka sebenarnya. Mereka mungkin merasa tidak aman, atau takut bahwa mereka akan dihakimi atau ditolak, jika mereka menunjukkan sisi mereka yang sebenarnya. Sulit menjadi diri sendiri juga dapat membuat seseorang berjuang dalam membangun hubungan yang sehat. Mereka mungkin memiliki kekhawatiran bahwa jika orang lain tahu siapa mereka sebenarnya, mereka akan meninggalkan mereka. Hal ini dapat menyebabkan mereka menutup diri atau menghindari kedekatan emosional dengan orang lain.

4. Menganggap Diri Sebagai Korban

Salah satu efek dari trauma masa kecil, adalah perilaku seseorang yang cenderung menganggap dirinya sebagai korban. Menganggap diri sebagai korban, adalah kesadaran yang mempengaruhi cara seseorang memandang dirinya sendiri dan lingkungannya. Orang yang mengalami trauma masa kecil sering kali merasa bahwa mereka tidak berdaya dan tidak berkuasa, untuk mengubah nasib mereka. Hal ini dapat mengakibatkan perilaku yang tidak sehat seperti penyalahgunaan zat, keengganan untuk mengambil tanggung jawab, atau merasa terjebak dalam pola hubungan yang merugikan. Selain itu, menganggap diri sebagai korban juga dapat menghambat seseorang untuk berkembang dan mencapai potensi penuh mereka.

 

5. Pasif-Agresif

Salah satu bentuk reaksi yang mungkin muncul adalah perilaku pasif-agresif. Pasif-agresif adalah suatu sikap di mana seseorang menunjukkan ketidaksetujuan atau kemarahan secara tidak langsung, melalui perilaku yang secara kasat mata terlihat pasif atau tidak berbahaya. Dalam kasus trauma masa kecil, perilaku pasif-agresif mungkin muncul sebagai respon dari pengalaman buruk atau kurang menyenangkan yang dialami. Seseorang dengan trauma masa kecil seringkali tidak memiliki keterampilan yang memadai dalam mengungkapkan emosi atau menghadapi konflik secara langsung. Sebagai gantinya, mereka mungkin menggunakan taktik seperti menghindari, mengabaikan, atau menunda pembahasan masalah yang sebenarnya.

Perilaku pasif-agresif dalam hubungan pribadi dan profesional dapat menyebabkan ketegangan dan konflik yang tidak perlu. Orang yang mengalami trauma masa kecil mungkin sulit untuk berkomunikasi dengan jujur dan terbuka, karena mereka khawatir tentang kemungkinan penyiksaan atau penolakan. Akibatnya, mereka mungkin menggunakan strategi pasif-agresif sebagai cara untuk mendapatkan perhatian atau mengungkapkan ketidakpuasan atau marah sambil menghindari konfrontasi langsung.

6. PTSD Kompleks

PTSD Kompleks (Post Traumatic Stress Disorder Kompleks) adalah kondisi yang terjadi, ketika seseorang mengalami trauma masa kecil yang menyebabkan dampak jangka panjang pada kehidupan mereka. Trauma masa kecil dapat meliputi pelecehan fisik atau seksual, kekerasan dalam rumah tangga, kehilangan orang tua, atau pengabaian emosional. Orang yang mengalami PTSD Kompleks biasanya merasakan gejala seperti mimpi buruk yang berulang tentang peristiwa traumatis, flashbacks yang mendalam, kecemasan yang kronis, depresi, dan isolasi sosial. Mereka juga dapat mengalami kesulitan dalam mempertahankan hubungan yang sehat dan mempercayai orang lain.

Terapi trauma, seperti terapi EMDR atau terapi berbasis ketahanan, dapat membantu mengatasi pikiran dan emosi yang berkaitan dengan peristiwa traumatis. Selain itu, terapi kelompok juga dapat memberikan dukungan dan pemahaman antar sesama yang mengalami pengalaman yang serupa. Dalam beberapa kasus, obat-obatan juga dapat digunakan untuk membantu mengurangi gejala yang parah. Namun, perawatan yang efektif biasanya melibatkan kombinasi terapi dan dukungan emosional untuk membantu individu menghadapi trauma masa kecil dan menciptakan kehidupan yang lebih baik.

 

Cara Mengurangi Dampak Trauma Masa Kecil

Mengalami Trauma
Ilustrasi Mengalami Trauma Credit: pexels.com/Juan

1. Berpikir Positif

Berpikir positif adalah sikap mental yang memfokuskan pikiran pada hal-hal yang positif dan merubah pola pikir negatif menjadi positif. Dalam kasus trauma masa kecil, berpikir positif dapat membantu seseorang mengatasi bayang-bayang masa lalu yang menghantuinya. Cara ini dapat membantu menghilangkan rasa takut, kecemasan, atau rasa bersalah yang biasanya terkait dengan trauma masa kecil. Dengan berpikir positif, seseorang dapat mengubah keyakinan diri mereka, membangun kepercayaan diri, dan mengembangkan ketahanan mental yang lebih baik. Hal ini dapat membantu mereka melihat diri mereka sebagai orang yang kuat, serta mampu mengatasi semua tantangan dalam hidup.

2. Menyibukkan Diri

Ketika seseorang sibuk dan memiliki kegiatan yang positif, hal ini dapat membantu mengalihkan perhatian dari peristiwa traumatis yang dialami di masa lalu. Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga atau senam juga dapat membantu mengurangi efek trauma. Selain itu, terlibat dalam kegiatan sosial seperti bergabung dalam kelompok atau komunitas yang memiliki minat yang sama, dapat menjadi distraksi yang efektif. Hal ini dapat membantu mengurangi rasa kesepian atau kecemasan yang mungkin dialami oleh seseorang akibat trauma masa kecil. Selain itu, mengembangkan hobi baru juga dapat menjadi kesibukan yang positif. Misalnya, belajar memainkan alat musik, melukis, menulis, atau mencoba berbagai kegiatan kreatif lainnya. Hal ini tidak hanya dapat mengalihkan perhatian dari trauma, tetapi juga memberikan kepuasan dan rasa pencapaian baru bagi individu tersebut.

3. Cukup Tidur

Cukup Tidur adalah faktor penting dalam mengatasi trauma masa kecil. Saat seseorang mengalami peristiwa buruk atau kurang menyenangkan di masa kecil, ini dapat mempengaruhi kualitas tidur mereka di masa dewasa. Tidur yang cukup dan berkualitas membantu dalam memproses emosi dan mengatur reaksi tubuh terhadap stres. Ketika seseorang mengalami trauma di masa kecil, tidur yang kurang dapat menyebabkan gangguan tidur seperti insomnia. Hal ini dapat memperburuk kondisi emosional dan psikologis yang sudah rentan. Oleh karena itu, penting bagi individu yang mengalami trauma masa kecil untuk memprioritaskan tidur yang cukup. Berdasarkan penelitian, tidur yang cukup juga dapat membantu mengurangi gejala seperti kekhawatiran berlebihan, kelesuan dan sulit berkonsentrasi.

4. Liburan

Liburan adalah waktu di mana anak-anak biasanya bebas dari rutinitas sekolah dan dapat bersenang-senang dengan keluarga atau teman sebaya. Namun, bagi mereka yang mengalami trauma masa kecil, liburan dapat menjadi momen yang menakutkan dan tidak menyenangkan. Beberapa peristiwa yang dapat menyebabkan trauma masa kecil saat liburan antara lain kecelakaan di perjalanan, keracunan makanan, atau kehilangan anggota keluarga. Trauma ini dapat berdampak jangka panjang pada kesehatan mental dan emosional seseorang. Dalam menghadapi trauma masa kecil, penting untuk mencari bantuan profesional seperti psikolog atau psikiater. Mereka dapat membantu mengatasi efek negatif yang ditimbulkan oleh trauma, sehingga seseorang dapat pulih dan menjalani kehidupan yang normal.

5. Berbagi dengan Keluarga atau Teman Dekat

Berbagi dengan keluarga atau teman dekat, dapat memberikan dukungan emosional dan menjadikan individu tidak merasa sendirian dalam menghadapi trauma yang dialaminya. Ketika seseorang berbagi cerita mereka, mereka dapat berbicara tentang peristiwa buruk yang mereka alami pada masa kecil dan merasakan kelegaan, karena mereka mendapatkan pemahaman dan dukungan dari orang terdekat. Selain itu, berbagi dengan keluarga atau teman dekat juga dapat membantu dalam proses pemulihan. Saat bercerita, individu dapat mengenali dan memahami emosi dan pikiran yang terkait dengan trauma masa kecil mereka. Hal ini dapat membantu dalam mengurai rasa takut, kecemasan, atau kekhawatiran yang mungkin masih ada dalam diri individu tersebut.

 

6. Terapi   

Trauma masa kecil dapat memiliki dampak jangka panjang pada seseorang jika tidak ditangani dengan baik. Namun, ada beberapa terapi yang dapat membantu mengatasi trauma ini. Berikut adalah beberapa jenis terapi yang bisa digunakan:

  1. Melalui terapi bicara, seseorang dapat berbagi pengalaman dan emosi terkait trauma masa kecil kepada seorang terapis. Terapis akan membantu individu untuk memahami dan mengelola emosi yang berkaitan dengan trauma, serta membantu mereka menemukan cara untuk memperbaiki keseimbangan emosional.
  2. Eye Movement Desensitization and Reprocessing (EMDR) adalah terapi yang bertujuan untuk mengurangi respon emosional negatif yang berkaitan dengan trauma. Terapi ini menggunakan gerakan mata atau rangsangan bilateral, untuk membantu individu mengolah ingatan trauma dengan cara yang lebih seimbang.
  3. Terapi seni melibatkan penggunaan seni sebagai sarana, untuk mengekspresikan dan mengolah emosi terkait trauma masa kecil. Melalui menggambar, melukis, atau membuat karya seni lainnya, individu dapat mengeksplorasi dan memahami pengalaman traumatis mereka secara visual.
  4. Terapi kelompok melibatkan individu dengan pengalaman trauma yang serupa dalam satu kelompok terapi. Melalui berbagi pengalaman, mendengarkan, dan memberikan dukungan satu sama lain, individu dapat membantu satu sama lain dalam memulihkan diri dari trauma masa kecil.

Melalui terapi yang tepat, individu yang mengalami trauma masa kecil dapat belajar untuk mengelola emosi mereka dengan lebih baik, meningkatkan kualitas hidup, dan melanjutkan kehidupan yang lebih sehat dan bahagia. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya