ADHD: Gejala, Penyebab dan Pengobatannya

Penjelasan tentang apa itu ADHD, serta apa saja gejala, penyebab dan treatment-nya.

oleh Woro Anjar Verianty diperbarui 14 Apr 2024, 12:50 WIB
Diterbitkan 14 Apr 2024, 12:50 WIB
Tanda dan Gejala ADHD
Kesulitan fokus pada anak ADHD biasanya berlangsung lama dan lebih parah. (Foto: Unsplash/Taylor Heery)

Liputan6.com, Jakarta ADHD, singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder, merupakan sebuah permasalahan yang tak bisa diabaikan begitu saja. Di balik istilah yang mungkin familiar bagi sebagian, terdapat kompleksitas yang menggambarkan tantangan yang sebenarnya dihadapi oleh individu yang terkena kondisi ini. Dari ketidakmampuan untuk berkonsentrasi hingga tingkat impulsivitas yang tinggi, ADHD mempengaruhi berbagai aspek kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan sekolah, di rumah, maupun dalam hubungan sosial.

Namun, apa yang sebenarnya terjadi dibalik gejala-gejala tersebut? Bagaimana kondisi ini mempengaruhi cara seseorang berinteraksi dengan dunia di sekitarnya? Dalam eksplorasi mendalam tentang ADHD, kita akan mencoba mengungkap lapisan-lapisan yang tersembunyi dan memahami lebih dalam tentang bagaimana ADHD dapat mempengaruhi kehidupan seseorang secara menyeluruh. Dari perubahan dalam perilaku hingga tantangan dalam mempertahankan fokus, ADHD menjadi sebuah teka-teki yang kaya akan kompleksitasnya.

Untuk informasi lebih lengkapnya, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber penjelasan tentang apa itu ADHD, serta apa saja gejala, penyebab dan treatment-nya, Minggu (14/4/2024).

Apa Itu ADHD?

Ilustrasi ADHD
Ilustrasi ADHD Foto oleh Tara Winstead dari Pexels

ADHD, singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau Gangguan Hiperaktivitas dan Perhatian, adalah kondisi neurobiologis yang memengaruhi perilaku seseorang. Pada individu dengan ADHD, terdapat pola perilaku yang mencakup tingkat aktivitas fisik yang tinggi (hiperaktivitas), kesulitan dalam mempertahankan perhatian atau fokus pada suatu aktivitas (kurang perhatian), serta kecenderungan untuk bertindak secara impulsif tanpa memikirkan konsekuensi dari tindakan tersebut.

Gejala ADHD cenderung mulai terlihat sejak usia dini, terutama ketika anak mulai berinteraksi dengan lingkungan sekolah dan sosialnya. Perubahan lingkungan dan tuntutan belajar yang semakin kompleks juga dapat membuat gejala ADHD menjadi lebih terlihat.

Umumnya, diagnosis ADHD ditegakkan pada usia di bawah 12 tahun, tetapi tidak jarang juga kasus ADHD baru terdiagnosis pada masa remaja atau bahkan saat dewasa. Hal ini bisa terjadi karena gejala ADHD mungkin tidak terlalu mencolok pada masa kanak-kanak atau karena kondisi tersebut belum teridentifikasi dengan baik.

Meskipun ada kecenderungan gejala ADHD membaik seiring bertambahnya usia, banyak orang dewasa yang didiagnosis dengan ADHD sejak usia muda masih mengalami tantangan dalam berbagai aspek kehidupan. Misalnya, mereka mungkin mengalami kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan atau hubungan sosial yang stabil.

Selain gejala inti ADHD, seperti hiperaktivitas, kurang perhatian, dan impulsivitas, orang dengan kondisi ini juga sering mengalami masalah tambahan. Gangguan tidur, seperti kesulitan tidur atau tidur yang tidak memuaskan, serta gangguan kecemasan, seperti rasa cemas yang berlebihan atau sering merasa gelisah, dapat menjadi masalah yang sering terjadi pada individu dengan ADHD.

Penting untuk diingat bahwa setiap individu dengan ADHD dapat mengalami gejala dan dampak yang berbeda-beda. Pendekatan pengelolaan ADHD yang efektif biasanya melibatkan kombinasi terapi perilaku, dukungan sosial, dan dalam beberapa kasus, penggunaan obat-obatan yang diresepkan oleh profesional medis.

Apa Penyebab ADHD?

Hiperaktif
Anak dengan ADHD sulit untuk diam dan mudah gelisah. (Foto: Unsplash/Gabby Orcutt)

Penyebab pasti dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) masih belum diketahui secara pasti, namun kondisi ini telah terbukti dapat diturunkan dalam keluarga.

Penelitian juga telah mengidentifikasi sejumlah perbedaan yang mungkin ada di dalam otak orang-orang dengan ADHD jika dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki kondisi tersebut. Meskipun demikian, faktor-faktor lain juga dianggap berperan dalam munculnya ADHD, antara lain:

1. Kelahiran prematur (sebelum minggu ke-37 kehamilan): Bayi yang lahir prematur memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan ADHD. Hal ini mungkin terkait dengan perkembangan otak yang tidak sepenuhnya matang pada saat kelahiran.

2. Berat badan lahir rendah: Bayi dengan berat badan lahir rendah juga dapat memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami ADHD. Faktor-faktor seperti nutrisi yang kurang optimal selama kehamilan atau masalah kesehatan tertentu pada ibu dapat berkontribusi pada berat badan lahir rendah ini.

3. Merokok, konsumsi alkohol, atau penyalahgunaan obat selama kehamilan: Paparan terhadap zat-zat berbahaya ini selama masa kehamilan dapat memengaruhi perkembangan otak janin dan meningkatkan risiko terjadinya ADHD.

ADHD dapat terjadi pada individu dengan berbagai tingkat kecerdasan, meskipun lebih umum terjadi pada orang-orang dengan kesulitan belajar. Hal ini menunjukkan bahwa ADHD bukanlah hasil dari kekurangan kecerdasan, melainkan merupakan kondisi neurobiologis yang dapat memengaruhi fungsi kognitif, emosional, dan perilaku seseorang.

Penting untuk diingat bahwa ADHD bersifat kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor genetik, lingkungan, dan neurobiologis. Pengelolaan ADHD biasanya melibatkan pendekatan holistik yang mencakup terapi perilaku, dukungan pendidikan, lingkungan yang mendukung, dan kadang-kadang penggunaan obat-obatan sesuai dengan rekomendasi dari profesional medis.

Tipe ADHD

ADHD
ADHD merupakan gangguan saraf yang paling umum diderita anak-anak. (Foto: Unsplash/Alvin Mahmudov)

ADHD dapat muncul dalam tiga jenis presentasi yang berbeda, tergantung pada jenis gejala yang paling dominan pada individu tersebut:

1. Presentasi Dominan Ketidaktahuan: Pada jenis presentasi ini, individu mengalami kesulitan dalam mengorganisir atau menyelesaikan tugas, memperhatikan detail-detail, atau mengikuti instruksi atau percakapan. Mereka mudah teralihkan perhatian atau lupa terhadap detail-detail rutinitas sehari-hari.

2. Presentasi Dominan Hiperaktif-Impulsif: Pada jenis presentasi ini, individu cenderung gelisah dan banyak berbicara. Mereka sulit untuk duduk diam dalam waktu yang lama (misalnya, saat makan atau mengerjakan pekerjaan rumah). Anak-anak kecil mungkin sering berlari, melompat, atau memanjat secara terus-menerus. Individu dengan presentasi ini merasa gelisah dan sulit mengendalikan impulsivitasnya. Mereka yang impulsif mungkin sering menginterupsi orang lain, merebut barang dari orang lain, atau berbicara pada waktu yang tidak tepat. Individu ini juga sulit untuk menunggu giliran mereka atau mendengarkan arahan dengan baik. Mereka yang impulsif juga mungkin mengalami lebih banyak kecelakaan dan cedera daripada orang lain.

3. Presentasi Kombinasi: Pada jenis presentasi ini, gejala dari kedua jenis sebelumnya hadir secara seimbang pada individu tersebut.

Karena gejala ADHD dapat berubah seiring waktu, jenis presentasi juga dapat berubah seiring waktu. Misalnya, seseorang dengan ADHD yang dominan hiperaktif-impulsif pada masa kecilnya mungkin mengalami perubahan menjadi lebih dominan pada kesulitan perhatian saat dewasa.

Penting untuk diingat bahwa setiap individu dengan ADHD dapat mengalami gejala yang unik, dan pendekatan pengelolaan yang efektif biasanya disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik individu tersebut. Konsultasi dengan profesional medis dan psikologis dapat membantu dalam mengidentifikasi jenis presentasi ADHD yang dominan pada seseorang dan merencanakan strategi pengelolaan yang sesuai.

Apa Saja Gejala ADHD?

Diagnosis ADHD
Anak dengan ADHD lebih sulit diatur dan gejala timbul lebih sering. (Foto: Unsplash/Chayene Rafaela)

Hal yang wajar jika anak-anak kadang-kadang mengalami kesulitan dalam memfokuskan perhatian dan berperilaku dengan baik. Namun, anak-anak dengan ADHD tidak hanya tumbuh dari perilaku-perilaku ini seiring berjalannya waktu. Gejala-gejala tersebut terus berlanjut, bisa menjadi parah, dan dapat menyebabkan kesulitan di sekolah, di rumah, atau dengan teman-teman mereka.

Anak dengan ADHD mungkin:

  • Sering bermimpi di siang hari, sulit untuk berkonsentrasi, dan mudah teralihkan perhatiannya.
  • Sering lupa atau kehilangan barang-barangnya, seperti buku sekolah atau mainan.
  • Sering bergerak-gerak atau gelisah, sulit untuk diam atau duduk dengan tenang dalam waktu yang lama.
  • Bicara terlalu banyak atau berbicara tanpa henti, bahkan di saat yang tidak tepat.
  • Melakukan kesalahan ceroboh atau mengambil risiko yang tidak perlu dalam tindakan-tindakan mereka.
  • Sulit untuk menahan diri dari godaan atau dorongan untuk melakukan sesuatu, bahkan jika itu tidak bijaksana atau berbahaya.
  • Kesulitan dalam mengikuti giliran atau memahami aturan yang berlaku, seperti saat bermain permainan kelompok.
  • Mengalami kesulitan dalam berinteraksi sosial atau sulit untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan orang lain.

Gejala-gejala ini bisa terjadi dalam berbagai tingkat keparahan dan dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan sehari-hari anak, termasuk kinerja akademis, hubungan dengan keluarga dan teman, serta kemampuan untuk mengatur emosi dan perilaku. Penting untuk memahami bahwa setiap anak dengan ADHD dapat menunjukkan gejala yang berbeda-beda, dan diagnosis serta pengelolaan ADHD harus dilakukan dengan pendekatan yang holistik dan sesuai dengan kebutuhan individu tersebut. Mendapatkan dukungan dari tim medis, psikologis, dan pendidikan dapat membantu anak dengan ADHD untuk mengembangkan strategi pengelolaan yang efektif dan mencapai potensi penuh mereka.

Diagnosis dan Pengobatan ADHD

Mendiagnosis ADHD pada seorang anak adalah proses yang melibatkan beberapa langkah. Tidak ada tes tunggal yang dapat secara langsung mendiagnosis ADHD, dan banyak masalah lain, seperti kecemasan, depresi, masalah tidur, dan beberapa jenis gangguan belajar, dapat memiliki gejala yang serupa. Salah satu langkah dalam proses ini adalah melakukan pemeriksaan medis, termasuk tes pendengaran dan penglihatan, untuk menyingkirkan kemungkinan masalah lain dengan gejala yang mirip dengan ADHD. Diagnosis ADHD biasanya melibatkan penggunaan daftar periksa untuk menilai gejala ADHD dan mengambil riwayat anak dari orang tua, guru, dan terkadang, anak itu sendiri.

Pada kebanyakan kasus, ADHD dapat diobati dengan kombinasi terapi perilaku dan penggunaan obat-obatan. Untuk anak usia prasekolah (4-5 tahun) dengan ADHD, terapi perilaku, khususnya pelatihan untuk orang tua, direkomendasikan sebagai langkah pertama dalam pengobatan sebelum mencoba penggunaan obat-obatan. Terapi yang paling efektif dapat bervariasi tergantung pada anak dan keluarga. Rencana pengobatan yang baik akan melibatkan pemantauan yang ketat, tindak lanjut secara berkala, dan membuat perubahan jika diperlukan seiring berjalannya waktu.

Pentingnya pendekatan holistik dalam pengelolaan ADHD juga harus ditekankan. Ini termasuk mendukung anak dalam pengembangan keterampilan sosial dan emosional, menciptakan lingkungan yang mendukung di rumah dan di sekolah, serta memberikan dukungan psikologis yang diperlukan. Kolaborasi yang baik antara orang tua, tenaga medis, dan pendidik juga penting untuk memastikan bahwa anak mendapatkan perawatan yang tepat sesuai dengan kebutuhan mereka.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya