Liputan6.com, Jakarta Gangguan tidur pada anak-anak dengan disabilitas, seperti autisme, down syndrome, atau disabilitas intelektual, ternyata lebih sering terjadi dibandingkan anak tanpa disabilitas. Kondisi ini disebabkan oleh berbagai faktor kompleks, mulai dari kondisi medis hingga faktor lingkungan dan perkembangan kognitif. Memahami penyebab dan cara mengatasinya sangat penting bagi orang tua dan tenaga kesehatan.
Banyak faktor yang berkontribusi terhadap gangguan tidur pada anak disabilitas. Kondisi medis seperti kejang, kesulitan bernapas, atau refluks asam lambung seringkali menjadi penyebab utama. Selain itu, gangguan sensorik, penggunaan obat-obatan tertentu, dan masalah perkembangan kognitif juga berperan besar.
Baca Juga
Dokter anak konsultan tumbuh kembang dan pediatri sosial, Eva Devita Harmoniati dalam diskusi daring bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Selasa (18/2/2025). spesialis anak, menjelaskan, "Ada beberapa teori yang menyatakan penyebab dari gangguan tidur pada anak-anak dengan gangguan perkembangan. Yang pertama, ternyata pada anak-anak dengan gangguan perkembangan ini, produksi melatoninnya juga berbeda, sedikit terganggu dibandingkan anak-anak yang tidak mengalami gangguan perkembangan."
Advertisement
Penyebab Gangguan Tidur pada Anak Disabilitas
Kondisi medis yang mendasari merupakan salah satu penyebab utama gangguan tidur. Anak dengan autisme, misalnya, seringkali mengalami gangguan sensorik yang membuat mereka sensitif terhadap suara atau cahaya, sehingga sulit tidur nyenyak. Kondisi lain seperti kejang, asma, atau refluks gastroesofageal juga dapat mengganggu tidur mereka.
Selain itu, masalah perkembangan kognitif dan perilaku juga berperan. Anak dengan disabilitas mungkin kesulitan memahami konsep waktu tidur atau rutinitas tidur. Kecemasan, perilaku repetitif, dan kurangnya pemahaman mengenai pentingnya tidur juga dapat menjadi penghambat.
Faktor lingkungan juga tak kalah penting. Kamar tidur yang terlalu terang, bising, atau tidak nyaman dapat memperparah gangguan tidur. Oleh karena itu, menciptakan lingkungan tidur yang kondusif sangat penting untuk membantu anak disabilitas tidur lebih nyenyak.
Advertisement
Masalah Genetik dan Produksi Melatonin
Dokter Eva menjelaskan lebih lanjut, "Pada beberapa anak dengan gangguan perkembangan seperti anak-anak dengan autisme itu ada faktor genetiknya juga yang memengaruhi produksi melatonin." Melatonin adalah hormon yang mengatur siklus tidur-bangun. Gangguan pada produksi melatonin dapat menyebabkan kesulitan tidur.
Pada anak dengan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), aktivitas fisik yang tinggi membuat mereka sulit untuk tenang sebelum tidur. "Kemudian, pada anak-anak dengan ADHD, mereka mengalami gangguan tidur lebih sering karena memang mereka aktivitas fisiknya itu banyak jadi kalau mereka tidak beraktivitas, mereka akan sulit untuk menenangkan diri sehingga itu juga sering mengganggu pola tidur," jelas dr. Eva.
Faktor genetik juga berperan dalam gangguan tidur pada anak dengan autisme. Studi menunjukkan adanya hubungan antara gen tertentu dan gangguan tidur pada anak autis. Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memahami mekanisme genetik yang mendasari hal ini.
Peran Rutinitas Tidur dan Edukasi Orang Tua
Anak dengan disabilitas intelektual seringkali mengalami gangguan tidur karena kurangnya pemahaman tentang rutinitas tidur. "Pada anak dengan disabilitas intelektual, lebih karena mereka tidak memiliki dan memahami tentang rutinitas tidur. Biasanya di sini ada faktor dari edukasi orangtua yang tidak menerapkan rutinitas tidur dengan baik sehingga produksi melatonin dan irama sirkadiannya terganggu," ungkap dr. Eva.
Edukasi orang tua tentang pentingnya menciptakan rutinitas tidur yang konsisten sangat penting. Rutinitas ini dapat mencakup mandi air hangat, membaca buku cerita, atau mendengarkan musik yang menenangkan sebelum tidur. Konsistensi dalam rutinitas ini dapat membantu mengatur siklus tidur anak.
Selain itu, menciptakan lingkungan tidur yang nyaman juga krusial. Pastikan kamar tidur gelap, tenang, dan memiliki suhu yang nyaman. Hindari paparan layar (TV, komputer, ponsel) sebelum tidur, karena dapat mengganggu produksi melatonin.
Advertisement
Terapi Gangguan Tidur pada Anak Disabilitas
Terapi untuk gangguan tidur pada anak disabilitas bergantung pada penyebab dan jenis gangguan tidurnya. Langkah pertama yang direkomendasikan adalah edukasi orang tua mengenai "sleep hygiene".
Sleep hygiene meliputi menciptakan lingkungan tidur yang kondusif, menerapkan rutinitas tidur yang konsisten, dan membatasi stimulasi sebelum tidur. Intervensi perilaku, seperti sleep training atau terapi perilaku kognitif (CBT), juga dapat membantu mengatasi masalah perilaku yang mengganggu tidur.
Jika langkah-langkah di atas tidak berhasil, dokter mungkin mempertimbangkan terapi obat sebagai pilihan terakhir. Terapi obat harus dilakukan di bawah pengawasan dokter dan hanya diberikan jika benar-benar diperlukan. Penting untuk diingat bahwa setiap anak unik, dan pendekatan yang tepat harus disesuaikan dengan kebutuhan individu.
Dukungan dan Kolaborasi
Dukungan dari orang tua, tenaga kesehatan, dan terapis sangat penting dalam mengatasi gangguan tidur pada anak disabilitas. Orang tua perlu berperan aktif dalam menciptakan lingkungan tidur yang kondusif dan menerapkan rutinitas tidur yang konsisten.
Kolaborasi antara orang tua, dokter anak, terapis okupasi, dan spesialis tidur sangat penting untuk menentukan diagnosis yang tepat dan rencana perawatan yang efektif. Bergabung dengan kelompok dukungan orang tua anak disabilitas juga dapat memberikan dukungan emosional dan praktis.
Ingatlah bahwa setiap anak unik, dan apa yang berhasil untuk satu anak mungkin tidak berhasil untuk anak lainnya. Kesabaran, konsistensi, dan pendekatan yang holistik sangat penting dalam membantu anak disabilitas mengatasi gangguan tidur dan mendapatkan istirahat yang cukup.
Advertisement
