Liputan6.com, Jakarta Bystander Effect adalah fenomena sosial yang menggambarkan perilaku seseorang, di mana menjadi saksi tindakan bullying tetapi tidak melakukan apa pun untuk menghentikannya. Pada umumnya, kehadiran banyak orang di sekitar tidak menjamin, bahwa seseorang akan ikut campur dalam situasi tersebut. Dalam beberapa kasus, semakin banyak orang yang melihat, semakin kecil kemungkinan seseorang akan bergerak untuk menghentikan bullying.
Advertisement
Baca Juga
Advertisement
Salah satu faktor yang memengaruhi bystander effect adalah ketidakjelasan peran. Ketika seseorang menjadi saksi aksi bullying, mereka mungkin tidak tahu apa yang diharapkan dari mereka, atau perlunya campur tangan. Mereka mungkin mengasumsikan bahwa ada orang lain yang akan mengambil tindakan, atau merasa takut menjadi sasaran berikutnya jika mereka berbicara.
Selain itu, faktor lain yang memengaruhi bystander effect adalah pluralistic ignorance. Hal ini terjadi ketika seseorang menganggap bahwa tidak ada yang salah dengan situasi tersebut, karena tidak ada orang lain yang bereaksi dengan tegas. Orang-orang dapat terjebak dalam pikiran bahwa jika orang lain tidak memperhatikan atau tidak bereaksi, mungkin mereka juga tidak perlu melakukan apa pun.
Selain ketidakjelasan peran dan pluralistic ignorance, ada juga faktor lain yang memengaruhi bystander effect seperti adanya desensitisasi terhadap tindakan kekerasan, kurangnya rasa tanggung jawab pribadi, atau rasa ketidakmampuan untuk menilai situasi dengan benar. Berikut ini penyebab bystander effect yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (23/4/2024).
Mengenal Apa Itu Bystander Effect
Bystander effect adalah fenomena di mana orang-orang yang menyaksikan aksi bullying atau kekerasan, tetapi tidak melakukan apapun untuk menghentikannya. Istilah ini pertama kali dikenal setelah penelitian psikologis yang dilakukan oleh John Darley dan Bibb Latané pada tahun 1964. Bystander effect terjadi karena adanya beberapa faktor. Pertama, ketika seseorang melihat banyak orang di sekitarnya, mereka merasa bahwa tanggung jawab untuk bertindak menurun, atau bahkan hilang sama sekali.
Individu cenderung mempercayai bahwa orang lain akan mengambil tindakan yang diperlukan. Hal ini sering disebut sebagai "diffusion of responsibility" atau difusi tanggung jawab. Kedua, orang-orang sering khawatir tentang evaluasi sosial dan kurangnya dukungan dari orang lain. Mereka takut akan dianggap sebagai perhatian, atau bahkan dibully juga jika mereka mencoba untuk campur tangan.
Namun, bystander effect bukanlah alasan untuk membiarkan aksi bullying terjadi. Penting bagi kita untuk mengatasi fenomena ini, dengan meningkatkan kesadaran dan pendidikan tentang pentingnya bertindak dalam situasi seperti itu. Setiap individu harus berperan aktif dalam menghentikan kekerasan, dan memberikan dukungan kepada orang-orang yang membutuhkannya. Dengan berani berdiri melawan bystander effect, kita bisa menciptakan masyarakat yang lebih baik dan aman bagi setiap orang.
Bystander effect adalah sebuah fenomena dalam psikologi sosial yang terjadi, ketika seseorang mengalami kesulitan dan membutuhkan pertolongan, namun tidak ada orang yang membantunya. Bystander effect menunjukkan bahwa kehadiran orang lain dapat menghambat seseorang, untuk memberikan pertolongan kepada sesamanya yang sedang mengalami kesulitan. Penelitian dalam bidang ini menyatakan bahwa kehadiran orang lain seolah-olah memanipulasi situasi, sehingga diharapkan akan ada orang lain yang bertindak membantu.
Advertisement
Latar Belakang Terjadinya Bystander Effect
Bystander effect sering disebut sebagai efek pengamat, adalah fenomena yang pertama kali ditemukan oleh dua psikolog aliran sosial, yaitu Bib Latané dan John Darley. Mereka melakukan penelitian yang terinspirasi dari kasus besar di Amerika Serikat, yang berkaitan dengan pembunuhan seorang wanita bernama Kitty Genovese pada tahun 1964.
Pada malam itu, setelah menyelesaikan pekerjaannya dan hendak pulang, Kitty berjalan kaki di sekitar daerahnya ketika dia dihadang oleh sekelompok penjahat. Tanpa belas kasihan, Kitty diserang dan dilecehkan oleh para penjahat tanpa dapat melakukan apa pun untuk mempertahankan diri.
Peristiwa itu disaksikan oleh 38 orang di sekitarnya, namun sangat sedikit yang memiliki keberanian atau empati, untuk memberikan pertolongan. Sementara itu, penjahat terus menyerang Kitty dengan pisau hingga akhirnya menyebabkan kematiannya. Dua minggu setelah tragedi tersebut, New York Times melaporkan bahwa tidak ada seorang pun yang berani menolong Kitty pada saat kejadian meskipun banyak orang yang menyaksikannya. Kasus ini menjadi landasan bagi penciptaan istilah "Bystander effect".
Sejak saat itu, banyak penelitian telah dilakukan untuk mengungkap sikap dan kecenderungan individu yang cenderung tidak memiliki empati dalam situasi seperti itu. Kasus ini menjadi studi kasus yang penting bagi para psikolog, dalam mengembangkan teori-teori yang menjelaskan fenomena tersebut dan seiring waktu, fenomena Bystander effect menjadi semakin diakui dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam jurnal ilmiah “From Empathy to Apathy: The Bystander Effect Revisited” terdapat lima proses terjadinya Bystander effect, yakni keadaan darurat, menangkap perhatian individu, mengevaluasi apakah kondisi layak dikatakan darurat, memutuskan tanggungjawab dan kepercayaan akan kompetensi diri sendiri, dan membuat keputusan untuk membantu atau tidak.
Penyebab Bystander Effect
Fenomena seperti Bystander Effect tidak terjadi begitu saja. Ada sejumlah faktor yang mendasarinya, dan pemahaman terhadap penyebab-penyebab ini, dapat membantu kita memahami fenomena tersebut dengan lebih baik. Berikut adalah tiga penyebab utama Bystander Effect yang diuraikan dalam buku "Social Psychology Eighth Edition 2018" karya Michael dan Graham Vaughan:
1. Ketidaktahuan tentang Tindakan yang Diperlukan
Ketika terjadi situasi darurat, kebingungan seringkali muncul karena banyaknya orang yang hadir. Orang-orang cenderung berasumsi bahwa tanggung jawab untuk memberikan pertolongan, akan dilakukan oleh orang lain. Ini merupakan hasil dari efek pengamat yang terjadi, di mana setiap individu menunggu tindakan dari yang lain. Sebaliknya, jika seseorang berada dalam situasi darurat sendirian, respon untuk memberikan pertolongan akan lebih cepat karena ia tahu bahwa hanya dirinya yang dapat bertindak.
2. Ketakutan akan Kegagalan Sosial
Ketakutan akan kegagalan sosial juga berperan dalam Bystander Effect. Hal ini berkaitan dengan citra diri seseorang di hadapan orang lain. Seseorang mungkin enggan memberikan pertolongan karena takut akan membuat kesalahan, atau dianggap bodoh di hadapan banyak orang. Daripada menghadapi rasa malu atau ketakutan, seseorang mungkin memilih untuk tidak bertindak dalam situasi darurat tersebut.
3. Pengaruh Sosial
Keputusan seseorang untuk tidak memberikan pertolongan, juga dapat mempengaruhi psikologi orang lain di sekitarnya. Ini terjadi karena adanya pengaruh sosial yang membuat orang lain juga cenderung untuk tidak bertindak. Fenomena ini terjadi karena setiap orang saling mengamati satu sama lain, dan cenderung mengikuti tindakan orang lain.
Tips Mengatasi Fenomena Bystander Effect
Meskipun fenomena Bystander Effect bisa terasa mengejutkan atau bahkan membingungkan, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengatasi atau mengurangi dampaknya:
1. Upayakan untuk menumbuhkan rasa empati dan simpati terhadap orang lain, terutama ketika Anda berada dalam posisi sebagai pengamat dalam situasi darurat.
2. Jika Anda menyaksikan situasi darurat, segera hubungi pihak yang dapat memberikan bantuan seperti layanan medis, ambulans, atau petugas keamanan terdekat.
3. Jika Anda menyadari bahwa tidak ada yang memberikan pertolongan, ambil inisiatif untuk bertindak. Ingatlah bahwa tindakan Anda dapat memicu respons positif dari orang lain, yang mungkin juga merasa enggan untuk bertindak.
4. Ajak orang lain untuk terlibat aktif dan tidak apatis, ketika seseorang membutuhkan pertolongan. Edukasi mengenai fenomena Bystander Effect dapat membantu meningkatkan kesadaran dan respons dalam situasi darurat.
Bystander Effect tidak memandang usia atau latar belakang, oleh karena itu penting bagi kita semua, untuk mengenalinya dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengatasinya.
Advertisement