Kata Baku Adzan, Begini Penulisan yang Benar Menurut PUEBI

Penulisan kata baku adzan seringkali menimbulkan keraguan apakah menggunakan huruf ‘d’ setelah huruf ‘a’ pertama atau tidak.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 25 Apr 2024, 12:40 WIB
Diterbitkan 25 Apr 2024, 12:40 WIB
ilustrasi adzan. plus.kapanlagi.com
ilustrasi azan. plus.kapanlagi.com

Liputan6.com, Jakarta Kata "adzan" atau "azan" merupakan salah satu kata serapan dari bahasa Arab yang digunakan dalam bahasa Indonesia untuk merujuk pada seruan atau panggilan untuk melaksanakan salat. Penulisan kata baku adzan seringkali menimbulkan keraguan apakah menggunakan huruf ‘d’ setelah huruf ‘a’ pertama atau tidak.

Dalam ejaan bahasa Arab, kata "adzan" ditulis dengan huruf "za" yang dilafalkan sebagai "dza". Inilah yang membuat banyak orang ragu tentang bentuk baku dari kata baku adzan. Keraguan tentang penulisan kata baku adzan harus dituntaskan, terutama jika sadang menulis dokumen resmi. 

Dalam konteks penggunaan sehari-hari, baik "adzan" maupun "azan" dapat diterima oleh masyarakat. Namun, untuk konteks penulisan resmi hal ini harus diperhatikan karena dapat mempengaruhi kredibilitas penulis dan karyanya. Berikut ulasan lebih lanjut tentang kata baku adzan yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (25/4/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Kaidah Penulisan Kata Adzan yang Benar

Memperhatikan Kaidah Penulisan
Ilustrasi Panduan Umum Ejaan Bahasa Indonesia Credit: pexels.com/Snapwire

Menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) tahun 2015, penulisan yang benar untuk kata serapan "adzan" dari bahasa Arab adalah "azan", tanpa huruf "d". Aturan ini didasarkan pada prinsip penyesuaian ejaan kata serapan dari bahasa asing, termasuk bahasa Arab, agar sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia yang benar.

Aturan dalam PUEBI tersebut menyatakan bahwa kata serapan dari bahasa asing yang diucapkan dengan konsonan tunggal harus ditulis dengan konsonan tunggal pula dalam ejaan bahasa Indonesia. Hal ini berlaku untuk kata "azan", yang diucapkan dengan konsonan tunggal "z". Oleh karena itu, penulisan "azan" tanpa huruf "d" dianggap sebagai bentuk yang benar dan baku dalam bahasa Indonesia.

Dalam konteks sehari-hari, meskipun penggunaan "adzan" masih sering terdengar, penulisan yang lebih sesuai dengan standar ejaan bahasa Indonesia adalah "azan". Hal ini merupakan upaya untuk memperbaiki ejaan kata serapan agar sesuai dengan aturan resmi yang berlaku, sekaligus mempertahankan kekonsistenan dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.


PUEBI Sebagai Acuan Penulisan Kata Baku

Ilustrasi Islami, muslim, membaca buku, belajar hadis
Ilustrasi Islami, muslim, membaca buku, belajar hadis. (Foto oleh Thirdman: https://www.pexels.com/id-id/foto/pria-liburan-agama-membaca-7957079/)

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) adalah salah satu acuan yang penting dalam menentukan bentuk baku penulisan kata serapan dari bahasa asing, termasuk kata "azan" yang berasal dari bahasa Arab. PUEBI yang dikeluarkan pada tahun 2015 menjadi pedoman resmi yang digunakan untuk mengatur ejaan dalam bahasa Indonesia.

Aturan ejaan dalam PUEBI memberikan panduan yang jelas tentang bagaimana kata-kata serapan harus ditulis agar sesuai dengan norma ejaan bahasa Indonesia. Salah satu prinsip dalam PUEBI adalah menyesuaikan penulisan dengan cara pengucapan kata tersebut. Dalam hal kata "azan," pengucapan yang tepat adalah dengan bunyi "zan" tanpa huruf "d" di tengah.

Dengan mengikuti pedoman dari PUEBI, kita dapat mengetahui bahwa penulisan yang benar dan baku adalah "azan," bukan "adzan." Ini penting karena penulisan yang baku membantu menjaga keseragaman dan konsistensi dalam penggunaan bahasa Indonesia. Dengan demikian, penggunaan huruf "d" dalam kata "adzan" dianggap tidak sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia yang benar.

PUEBI menjadi sumber otoritatif yang dapat dipercaya dalam menentukan bentuk baku penulisan kata-kata serapan dan membantu memperbaiki kesalahan ejaan yang mungkin terjadi dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari.


Contoh Penggunaan Kata Azan dalam Kalimat

Jamaah Wafat Usai Kumandangkan Azan Subuh
Usai mengumandangkan azan subuh, Ahmed Hikmi terjatuh dan meninggal dunia.
  1. Setiap hari pagi, azan berkumandang dari masjid dekat rumahku.
  2. Saya selalu mendengarkan azan sebelum memulai salat.
  3. Muazin yang mengumandangkan azan di masjid itu memiliki suara yang merdu.
  4. Suasana menjadi hening ketika azan berkumandang.
  5. Azan maghrib sudah terdengar, saatnya untuk berbuka puasa.
  6. Mengikuti azan, jamaah segera berbaris untuk salat berjamaah.
  7. Azan subuh mengingatkan kita untuk bangun dan memulai hari dengan salat.
  8. Mendengar azan, hati ini selalu terasa lebih tenang.
  9. Anak-anak senang mendengarkan azan karena itu pertanda waktu bermain sudah tiba.
  10. Azan berkumandang dengan indahnya di tengah suasana senja.
  11. Beberapa orang terlambat datang ke masjid karena belum mendengar azan.
  12. Kualitas suara muazin sangat penting untuk mengumandangkan azan dengan baik.
  13. Saya selalu merasa bersemangat setelah mendengarkan azan.
  14. Azan berkumandang dengan nyaringnya dari menara masjid.
  15. Kita harus merespon azan dengan segera untuk melaksanakan salat.
  16. Setiap kali mendengar azan, hati ini terasa lebih dekat dengan Tuhan.
  17. Azan ashar mengingatkan kita untuk menghentikan aktivitas sejenak dan beribadah.
  18. Azan berkumandang dengan mardu, memberikan kesan spiritual yang mendalam.
  19. Terdengar suara azan dari kejauhan, memberi kesan kedamaian di hati.
  20. Saya selalu menunggu azan isya untuk melaksanakan salat malam.
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya