4 Obat ini Bisa Hasilkan False Positive Tes Narkoba, Tidak Perlu Panik

Diperkirakan sekitar 5-10 persen dari hasil positif dalam tes narkoba adalah false positive karena pengaruh obat-obatan yang legal.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 26 Apr 2024, 20:20 WIB
Diterbitkan 26 Apr 2024, 20:20 WIB
Ilustrasi obat-obatan medis
Ilustrasi obat-obatan medis. (Sumber: freepik.com)

Liputan6.com, Jakarta Hasil false positive tes narkoba mungkin saja terjadi pada orang yang sama sekali tidak menggunakan obat-obatan terlarang. Namun tentu saja, kejadian ini dapat menimbulkan kepanikan pada individu yang mengalaminya. 

Seseorang yang mengonsumsi obat-obatan legal dari apotik atau yang diresepkan dokter memang dapat terdeteksi telah mengonsumsi narkoba. Beberapa jenis obat memiliki struktur kimia yang mirip dengan narkoba. Oleh sebab itu, saat individu yang mengonsumsi obat-obatan ini menjalani tes narkoba hasilnya akan positif.

Diperkirakan sekitar 5-10 persen dari hasil positif dalam tes narkoba adalah false positive karena pengaruh obat-obatan yang legal. Untuk itu, sebelum menjalani tes narkoba sangat dianjurkan untuk memberitahu petugas yang melakukan tes narkoba tentang obat-obatan apa saja yang sedang dikonsumsi. Berikut obat-obatan legal yang dapat membuat orang yang mengkonsumsi nay terdeteksi sebagai pengguna narkoba yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (26/4/2024).

1. Obat Flu

Ilustrasi obat ADHD. Photo by Christina Victoria Craft on Unsplash
Ilustrasi obat . Photo by Christina Victoria Craft on Unsplash

Obat flu dapat menyebabkan hasil false positive pada tes narkoba karena beberapa senyawa yang terkandung dalam obat flu dapat mengganggu pengujian amfetamin, menghasilkan hasil positif palsu untuk narkoba. Penelitian pada tahun 2010 menyoroti bahwa senyawa-senyawa seperti brompheniramine yang ada dalam obat flu, yang sebenarnya bersifat antihistamin, dapat memengaruhi hasil tes narkoba.

Antihistamin adalah jenis obat yang biasanya digunakan untuk mengatasi alergi, vertigo, atau insomnia. Namun, beberapa senyawa dalam antihistamin dapat memberikan reaksi yang mirip dengan amfetamin dalam tes narkoba, mengakibatkan hasil positif palsu yang dapat membingungkan dan menimbulkan kekhawatiran yang tidak perlu.

Sebuah penelitian sebelumnya pada tahun 2008 juga menemukan bahwa inhaler dari merek tertentu dapat memperumit pengujian amfetamin. Inhaler ini mengandung levomethamphetamine, yang merupakan "cerminan" dari methamphetamine. Meskipun demikian, penelitian tersebut menegaskan bahwa tes narkoba yang lebih canggih dapat membedakan methamphetamine dan senyawa kimia lain yang terdapat dalam inhaler tersebut.

2. Antidepresan

Antidepresan dapat menyebabkan hasil false positive pada tes narkoba, khususnya dalam tes penyalahgunaan amfetamin. Beberapa jenis antidepresan, seperti benzodiazepin, memiliki potensi untuk menghasilkan hasil positif palsu dalam tes amfetamin bahkan hingga 21 hari setelah konsumsi.

Dalam sebuah artikel yang dimuat di jurnal Psychiatry pada tahun 2009, Kecin M Nasky DO dan timnya melaporkan temuan mengenai hasil false positive yang terkait dengan penggunaan antidepresan. Mereka menemukan bahwa 26 pasien yang terdeteksi positif dalam penelitian tersebut, sebenarnya mengonsumsi antidepresan sertraline atau Zoloft.

Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan antidepresan tertentu dapat memengaruhi hasil tes narkoba, terutama dalam konteks tes penyalahgunaan amfetamin. Kesalahan interpretasi hasil tes narkoba dapat terjadi jika tidak ada informasi yang lengkap mengenai obat-obatan yang sedang dikonsumsi oleh individu yang menjalani tes narkoba.

3. Anti Nyeri

Sama-Sama untuk Redakan Demam, Kenali Beda Parasetamol dan Ibuprofen
Parasetamol dan Ibuprofen. Foto: Pixabay.

Anti nyeri seperti ibuprofen, dapat menghasilkan hasil false positive pada tes narkoba terkait penyalahgunaan beberapa jenis obat penenang seperti barbiturates, benzodiazepine, dan bahkan ganja atau marijuana. Hal ini menjadi penting untuk dipahami karena hasil tes positif yang tidak akurat dapat mengarah pada kesimpulan yang keliru dan dampak yang tidak diinginkan bagi individu yang mengonsumsi antinyeri secara legal dan sesuai aturan.

Studi telah menunjukkan bahwa penggunaan pereda nyeri golongan nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs), seperti ibuprofen, dapat menyebabkan hasil false positive pada tes penyalahgunaan ganja. Meskipun sebenarnya individu tersebut tidak menggunakan ganja, tetapi konsumsi NSAIDs dapat memberikan kesan yang sama dalam tes narkoba, yang mungkin menimbulkan kebingungan dalam penafsiran hasil tes narkoba.

4. Antibiotik

Antibiotik seperti rifampisin dan fluoroquinolones, dapat menyebabkan hasil false positive pada tes narkoba terkait opiate atau morfin. Ini menunjukkan pentingnya memperhatikan kandungan obat yang dikonsumsi, terutama saat mengonsumsi antibiotik yang mengandung senyawa-senyawa tertentu yang dapat memengaruhi hasil tes narkoba.

Sebuah kasus pada tahun 2002 di Lebanon menggambarkan bagaimana seorang anak berusia tujuh tahun yang mengunjungi rumah sakit dinyatakan positif dalam pengujian opiate. Namun, setelah investigasi lebih lanjut, diketahui bahwa hasil positif tersebut disebabkan oleh kandungan rifampisin yang ia konsumsi sebagai bagian dari pengobatan antibiotiknya. Hal ini menyoroti bahwa interaksi antara obat-obatan, termasuk antibiotik, dengan proses pengujian narkoba dapat menghasilkan hasil false positive yang menyesatkan.

Barang Selain Obat-obatan yang Dapat Hasilkan False Positive Tes Narkoba

Sabun Antibakteri
Ilustrasi Sabun Bayi / Shutterstock by Sergey Chumakov

Senyawa-senyawa dalam benda-benda sehari-hari seperti sabun bayi dan tonic water ternyata dapat menyebabkan hasil false positive pada tes narkoba, meskipun penggunaannya tidak berhubungan langsung dengan narkoba. Pada tahun 2012, terjadi kejadian mengejutkan di sebuah rumah sakit di mana bayi-bayi baru lahir dinyatakan positif mengandung ganja dalam urine mereka. 

Setelah diselidiki, ternyata sabun bayi yang digunakan di rumah sakit tersebut mengandung senyawa kimia yang dapat memicu hasil positif pada uji narkoba, khususnya THC (Tetrahydrocannabinol) yang merupakan komposisi aktif dalam ganja. Para peneliti menduga bahwa struktur kimiawi mirip dengan THC atau perubahan cara kerja pengujian bisa menjadi penyebab hasil false positive ini.

Selain bedak bayi, tonic water juga memiliki potensi untuk memberikan hasil false positive pada tes narkoba. Kandungan kina dalam tonic water, yang digunakan untuk mengatasi malaria, kadang-kadang dapat dicampur dengan narkotika ilegal. Sehingga, konsumsi tonic water dalam beberapa minuman campuran dapat menghasilkan hasil positif dari kina dalam pengujian narkoba melalui urin.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya