Angkat Urban Farming di Yogyakarta, BRI Dorong Perempuan Makin Tangguh dan Berdaya

BRI punya program pemberdayaan perempuan melalui urban farming.

oleh Anugerah Ayu Sendari diperbarui 30 Apr 2024, 04:00 WIB
Diterbitkan 30 Apr 2024, 04:00 WIB
Anggota KWT Srikandi sedang panen hasil urban farmingnya
Anggota KWT Srikandi sedang panen hasil urban farmingnya (sumber: instagram/@mrc.srikandi).

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2020 mengungkapkan bahwa 56,7 persen penduduk Indonesia tinggal di daerah perkotaan. Diperkirakan pada 2035, proporsi penduduk yang tinggal di perkotaan dapat meningkat hingga 70 persen.

Tingginya proporsi penduduk di perkotaan akan meningkatkan permintaan pangan. Namun pada saat yang sama, lahan yang tersedia untuk produksi pertanian di perkotaan sangat terbatas. Pertanian perkotaan atau urban farming akhirnya menjadi jalan keluar. 

Perempuan menjadi salah satu penggerak urban farming di perkotaan. Di Yogyakarta, urban farming salah satunya digerakkan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT). Di tangan perempuan-perempuan tani ini, bercocok tanam bisa memberi manfaat yang luas. Selain mencapai ketahanan pangan, urban farming juga mendukung misi penghijauan.

Misi urban farming yang dibawa oleh KWT tersebut sejalan dengan komitmen Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk mengoptimalkan lahan yang tersedia sehingga memberikan manfaat dari segi sosial, ekonomi, dan lingkungan. Regional CEO Bank Rakyat Indonesia (BRI) Yogyakarta, John Sarjono mengungkapkan, melihat semangat KWT yang beranggotakan para ibu yang umumnya adalah ibu rumah tangga, namun memiliki keinginan menjaga lingkungan sekitar dengan bertani, BRI RO Yogyakarta memberikan pendampingan bagi sejumlah KWT.

“Kebetulan penggerak urban farming di perkotaan kebanyakan dari kelompok perempuan sehingga bantuan yang diberikan selama ini juga mempunyai tujuan meningkatkan pemberdayaan perempuan penggerak urban farming di perkotaan,” ujar John pada Liputan6.com, Minggu (28/4/2024).

Dukungan BRI melalui Program BRInita

Anggota KWT Srikandi sedang piket merawat tanaman pertaniannya
Anggota KWT Srikandi sedang piket merawat tanaman pertaniannya (sumber: instagram/@mrc.srikandi).

John menjelaskan, untuk mendukung pemberdayaan perempuan di perkotaan, BRI punya program BRI Peduli Bertani di Kota atau BRInita. Dalam program ini, BRI memainkan peran penting dengan memberdayakan perempuan, melalui pengembangan ekosistem urban farming yang berkelanjutan di daerah perkotaan yang padat penduduk. 

Tujuannya program ini adalah untuk menciptakan manfaat dari aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Program BRInita telah diimplementasikan di 21 lokasi yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, dengan sebagian besar pengelolaannya dijalankan oleh kelompok usaha wanita.

“BRINita atau program BRI Peduli Bertani di Kota merupakan program BRI sebagai wujud nyata dan tanggung jawab sosial sebagai perbaikan dan pelestarian lingkungan di tengah kota dengan memanfaatkan lahan sempit di wilayah padat pemukiman,” tambah John.

Dalam pelaksanaannya, BRI memberikan pembinaan kepada anggota kelompok atau penerima manfaat dengan mengadakan pelatihan pengelolaan urban farming. Pelatihan ini dilakukan dengan menggandeng tenaga ahli atau instansi terkait. Selain itu, BRI juga melakukan pemantauan terhadap kegiatan urban farming dan mengembangkan hasil-hasilnya untuk meningkatkan nilai ekonomis, seperti melalui penjualan, pengolahan, pengemasan, dan pemasaran.

Selain BRINita, dalam pemberdayaan perempuan, BRI mempunyai komunitas Srikandi. Ini merupakan komunitas di bawah naungan BRI yang berperan dalam upaya memberdayakan perempuan di bidang kewirausahaan, sosial dan kepedulian terhadap lingkungan untuk menciptakan embrio baru bagi bisnis UMKM dan meningkatkan bisnis secara berkelanjutan.

Dorong perempuan lebih berani

Anggota KWT Mentari saat memberi pelatihan urban farming (sumber: KWT Mentari)
Anggota KWT Mentari saat memberi pelatihan urban farming (sumber: KWT Mentari)

KWT Srikandi merupakan kelompok yang konsisten menjalankan pertanian di perkotaan. Berada di pemukiman padat penduduk tak menyurutkan semangat 54 perempuan di Padukuhan Mrican, Kelurahan Depok, Kecamatan Caturtunggal, Sleman ini. Setiap hari, perempuan-perempuan di Mrican punya kegiatan rutin merawat tanaman yang ada di demplot sejak 2014.

Ketua KWT Srikandi, Nur Handayani mengungkapkan, adanya KWT memberi perubahan signifikan bagi perempuan di daerahnya. Menurutnya, mereka jadi lebih berani untuk berkembang dan meningkatkan value.

“Dalam tiga tahun baru saya bisa merasakan bahwa mereka tanpa sadar, jadi lebih berani. Terutama ketika harus berbicara di depan umum,” ujar Nur saat ditemui di rumahnya Sabtu (16/3/2024). 

KWT Srikandi sendiri sudah dua kali mendapat bantuan dari BRI. Pada 2019, kelompok ini mendapat bantuan peralatan masak dan pelatihan dengan chef. KWT ini juga mendapat bantuan greenhouse lengkap dengan bibit tanaman, dan perlengkapan urban farming-nya. Dari bantuan ini, demplot milik KWT Srikandi jadi lebih tertata. 

KWT Srikandi juga sering dilibatkan dalam pameran atau bazar. Nur menjelaskan, dengan berbagai pelatihan dan fasilitas dari BRI tersebut, makin membuka pola pikir anggotanya untuk berkembang.Para ibu di Mrican akhirnya bisa lebih cerdas menghadapi situasi apapun. 

 

“Yang mereka tidak tahu, jadi tahu. Yang mereka pikir itu masalah sulit dan tidak bisa dilakukan, ternyata bisa. Dan juga mereka punya akses lebih banyak pada relasi. Jadi, mereka mau usaha apa saja, referensinya tambah luas,” tambahnya.

 

 

Jadi agen perubahan

Anggota KWT Srikandi sedang panen hasil urban farmingnya
Anggota KWT Srikandi sedang panen hasil urban farmingnya (sumber: instagram/@mrc.srikandi).

Selain bermanfaat bagi individu, pemberdayaan perempuan lewat urban farming juga bisa berdampak pada masyarakat. Nur menjelaskan, hasil pertanian yang dikelola KWT sebagian dibagikan gratis pada ibu hamil, lansia, dan warga yang kurang mampu.

Nur juga mendorong anggotanya menjadi agen perubahan di sekitar. Ia menekankan, perempuan di KWT harus punya jiwa sosial yang tinggi karena mereka adalah garda terdepan bagi warga untuk berdaya.

“Anggota kami terbagi dari perwakilan setiap RT atau RW. Jadi apa yang kami dapat di KWT itu nanti bisa diberikan ke warga yang lain di sekitarnya. Apa yang mereka dapat baik itu cara menanam, mengupuk atau memasak bisa ditularkan,” ujar Nur. 

KWT Srikandi juga membuka edukasi urban farming yang bisa diikuti seluruh kalangan. Mulai dari mahasiswa, anak sekolah, PKK, komunitas, hingga individu. Fasilitator edukasi ini adalah anggota dari KWT itu sendiri. 

Edukasi urban farming juga ditawarkan oleh KWT Mentari, di Padukuhan Karangploso, Maguwoharjo, Depok, Sleman, DIY. KWT Mentari menyediakan layanan pelatihan pertanian perkotaan, termasuk konsultasi terkait pembangunan instalasi hidroponik. Pada tahun 2022, KWT Mentari dipercaya oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Dharma Wanita Persatuan (DWP) - Ikatan Istri Pimpinan (IIP) Kementerian BUMN untuk memberikan pelatihan pertanian perkotaan dan pendampingan kepada KWT Kartini Bendhung Lepen, Giwangan, Yogyakarta.

Selain itu, KWT yang juga mendapat bantuan CSR BRI ini mengadakan pelatihan rutin untuk ibu-ibu di Karangploso, mencakup berbagai aspek seperti pertanian perkotaan, pengolahan pangan, dan keterampilan lainnya. Hal ini merupakan bagian dari kontribusi KWT Mentari untuk pemberdayaan perempuan.

“Kami rutin mengadakan pertemuan bulanan sebagai sarana berbagi saran, uneg-uneg maupun hal lainnya di antara anggota. Kami juga secara rutin mengadakan pelatihan untuk internal anggota maupun untuk ibu-ibu di Padukuhan Karangploso,” ujar Sri Harnani, Ketua KWT Mentari saat dihubungi pada Kamis (27/3/2024).

Angkat perekonomian keluarga

KWT Mentari dan hasil pertaniannya (sumber: KWT MentarI)
KWT Mentari dan hasil pertaniannya (sumber: KWT MentarI)

Adanya pemberdayaan perempuan melalui urban farming juga membantu mengangkat perekonomian keluarga. Di KWT Mentari, para anggota mendapatkan honor produksi dan komisi penjualan yang membantu meningkatkan pendapatan keluarga mereka.

“Anggota mendapatkan insentif setiap kegiatan produksi sebesar rp20.000-rp50.000. Untuk tim budidaya mendapatkan insentif rp50.000-rp100.000 per bulan,” imbuh Sri.

Sementara itu di KWT Srikandi, dampak ekonomi yang paling dirasakan adalah para ibu yang jadi lebih menghemat uang belanja. Ini karena tiap anggota bisa menikmati sendiri hasil panen dari pertaniannya. 

“Saya saja kadang kalau habis dari demplot bawa pulang terong, kacang panjang, itu bisa buat makan sehari,” ujar Nur. 

Dari urban farming inilah yang akhirnya mendukung ketahanan pangan keluarga. Urban farming memberi perempuan kesempatan untuk berperan dalam memastikan ketersediaan pangan di keluarganya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya