8 Gejala Autoimun yang Umum Terjadi, Kenali Juga Jenisnya

Gejala autoimun dapat mengakibatkan gangguan pada berbagai organ penting seperti tulang persendian, saraf, kelenjar, dan organ lainnya.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 30 Apr 2024, 18:30 WIB
Diterbitkan 30 Apr 2024, 18:30 WIB
Penyakit Autoimun
Ilustrasi Penyakit Autoimun Credit: pexels.com/Lindsy

Liputan6.com, Jakarta Penyakit autoimun merupakan kondisi yang serius yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat dalam tubuh sendiri. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan sistem kekebalan tubuh untuk membedakan sel-sel sehat dari zat asing, sehingga tubuh mulai memproduksi antibodi yang menyerang dan merusak sel-sel tersebut. 

Penyakit ini umumnya lebih sering terjadi pada wanita usia produktif, meskipun faktor penyebabnya bisa berbeda-beda antara satu individu dengan individu lainnya. Dampak dari penyakit autoimun sangat beragam, mulai dari peradangan hingga kerusakan pada sel dan jaringan dalam tubuh. Gejala autoimun dapat mengakibatkan gangguan pada berbagai organ penting seperti tulang persendian, saraf, kelenjar, dan organ lainnya.

Penyakit autoimun memiliki spektrum yang luas, gejala autoimun dapat berbeda-beda tergantung pada jenisnya, namun ada beberapa gejala umum yang sama. Salah satu hal yang membuat penyakit autoimun berbahaya adalah kemampuannya untuk menyebabkan kondisi yang serius pada penderitanya. Selain itu, gejala autoimun juga dapat mengakibatkan gangguan pada organ-organ vital seperti jantung, ginjal, dan sistem saraf. 

Penyakit autoimun tidak memiliki penyembuhan yang permanen, namun pengobatan dapat membantu mengendalikan gejala dan mencegah kerusakan lebih lanjut pada organ tubuh. Deteksi dini dan pengelolaan penyakit autoimun sangat penting untuk menjaga kesehatan dan kualitas hidup penderitanya. Berikut gejala autoimun berdasarkan jenisnya yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (30/4/2024).

Gejala Umum Autoimun

Bolehkah Pasien Autoimun Kulit Dapat Vaksin Covid-19? Ini Penjelasan Dokter
Ada beberapa syarat vaksinasi covid-19 bagi pasien autoimun kulit. (pexels/armin rimoldi).

Meskipun ada lebih dari 80 jenis penyakit autoimun yang berbeda, banyak dari mereka memiliki gejala awal yang serupa, meskipun dengan variasi tertentu tergantung pada jenis penyakitnya. Berikut gejala autoimun yang umum terjadi.

1. Nyeri Sekujur Tubuh

Sensasi nyeri yang menyebabkan tubuh terasa tertusuk atau sakit secara menyeluruh.

2. Nyeri Sendi

Gejala ini sering terjadi pada penyakit autoimun yang menyerang sendi, seperti rheumatoid arthritis. Sendi yang sering terkena adalah sendi lutut, pergelangan tangan, dan buku-buku jari. Nyeri ini biasanya terjadi di kedua sisi tubuh.

3. Kelelahan Ekstrem

Rasa lelah yang berlebihan dan berkepanjangan, membuat energi tubuh terasa terkuras habis, bahkan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

4. Demam Ringan

Meskipun suhu tubuh tampak normal pada pemeriksaan dengan termometer, penderitanya dapat merasakan demam ringan, terutama bila disentuh oleh orang lain.

5. Kerontokan Rambut yang Parah

Beberapa penyakit autoimun dapat menyebabkan kerontokan rambut yang signifikan.

6. Sariawan yang Sering

Penderitanya cenderung mengalami sariawan lebih sering dari biasanya.

7. Brain Fog

Sensasi otak yang terasa seperti tertutup kabut, menyebabkan kehilangan memori, fokus, dan konsentrasi untuk sementara waktu.

8. Ruam Kulit

Gejala ini umum pada penyakit autoimun yang memengaruhi kulit, seperti lupus atau psoriasis.

Jenis-Jenis Penyakit Autoimun

Jenis Penyakit Autoimun yang Paling Umum
Ilustrasi Penyakit Autoimun Credit: pexels.com/Rodnae

1. Rheumatoid Arthritis (Rematik)

Rheumatoid arthritis adalah penyakit autoimun yang menyebabkan peradangan, pembengkakan, dan nyeri pada persendian. Selain itu, penyakit ini juga dapat menyebabkan gangguan gerakan pada sendi, yang mengakibatkan penurunan mobilitas dan kualitas hidup penderitanya. Jika tidak diobati dengan cepat, rematik dapat menyebabkan kerusakan sendi permanen yang berkembang secara bertahap.

2. Systemic Lupus Erythematosus (SLE)

SLE merupakan salah satu jenis lupus yang paling umum terjadi, terutama pada wanita muda. Gejala SLE meliputi rambut rontok, ruam kemerahan pada wajah yang menyerupai sayap kupu-kupu, penurunan berat badan, serta gangguan pada organ-organ tubuh seperti ginjal, sendi, dan kulit. Lupus adalah penyakit autoimun yang kompleks dan dapat menyerang berbagai bagian tubuh.

3. Psoriasis

Psoriasis adalah penyakit kulit kronis yang ditandai dengan kulit yang menebal, bersisik, dan bercak putih. Selain itu, psoriasis juga dapat menyebabkan gatal, nyeri, dan pertumbuhan sel kulit yang terlalu cepat. Penderitanya mengalami pertumbuhan sel kulit baru yang biasanya memakan waktu berbulan-bulan hanya dalam beberapa hari. Psoriasis dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang secara signifikan karena gejalanya yang mengganggu dan efek psikologisnya.

4. Kolitis Ulseratif

Kolitis ulseratif adalah penyakit autoimun yang menyerang saluran pencernaan, terutama usus besar dan rektum. Penyakit ini menyebabkan peradangan kronis hingga borok pada lapisan terdalam usus besar. Gejalanya meliputi diare, sakit perut, kesulitan buang air besar, dan bisa memburuk saat pasien mengalami stres atau tidak menjaga pola makan sehat.

5. Anemia Pernisiosa

Anemia pernisiosa terjadi karena terhambatnya produksi vitamin B12 di dalam tubuh, yang penting untuk pembentukan sel darah merah. Kekurangan vitamin B12 menyebabkan produksi sel darah merah berukuran abnormal (makrosit) yang tidak dapat keluar dari sumsum tulang. Gejalanya meliputi sakit kepala, kelelahan, penurunan berat badan, dan dalam kasus langka, gangguan koordinasi atau kesulitan berjalan yang tidak seimbang.

6. Sklerosis Ganda

5 Penyakit Autoimun yang Sering Menyerang Perempuan (Nelzajamal/Shutterstock)
5 Penyakit Autoimun yang Sering Menyerang Perempuan (Nelzajamal/Shutterstock)

Sklerosis ganda atau multiple sclerosis (MS) adalah penyakit autoimun yang menyerang lapisan pelindung saraf, menyebabkan kerusakan pada sel saraf di otak dan sumsum tulang belakang. Gejalanya bervariasi, mulai dari penurunan koordinasi tubuh, mati rasa, otot menegang, hingga gangguan penglihatan, kebutaan, dan kelumpuhan. MS seringkali memiliki gejala yang muncul secara bergantian dan dapat berkembang secara progresif.

7. Penyakit Crohn

Crohn’s disease adalah penyakit autoimun yang dapat menyerang seluruh saluran pencernaan, terutama usus kecil dan usus besar. Gejalanya meliputi buang air besar (BAB) berdarah, diare, penurunan nafsu makan, dan melambatnya perkembangan seksual pada anak-anak. Komplikasi yang dapat terjadi jika tidak diobati termasuk penyumbatan usus, fistula, dan kekurangan gizi.

8. Sindrom Sjogren

Sindrom Sjogren adalah penyakit autoimun yang ditandai oleh mata dan mulut kering. Gejalanya meliputi sensitivitas mata yang meningkat, kesulitan menelan, dan mengunyah. Sindrom ini disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang menyerang kelenjar air mata, air liur, dan zat lainnya, menyebabkan peradangan bahkan pada paru-paru dan ginjal.

9. Penyakit Addison

Penyakit Addison terjadi ketika tubuh mengalami kekurangan hormon yang diproduksi oleh kelenjar adrenal, seperti kortisol dan aldosteron. Gejalanya meliputi penurunan nafsu makan, perubahan warna kulit, rambut rontok, dan gangguan seksual pada wanita. Tanpa hormon dari kelenjar adrenal, tekanan darah dapat menurun dan kadar kalium dapat meningkat secara berbahaya.

10. Diabetes Melitus Tipe 1

Diabetes tipe 1 terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel penghasil insulin dalam pankreas. Insulin merupakan hormon yang mengatur kadar gula darah. Gangguan dalam produksi insulin menyebabkan kadar gula darah meningkat, yang jika tidak dikontrol, dapat menyebabkan komplikasi seperti masalah penglihatan, kerusakan ginjal, dan gangguan kesehatan lainnya. Pasien diabetes tipe 1 membutuhkan suntikan insulin secara rutin untuk menjaga kadar gula darahnya.

11. Penyakit Hashimoto

Lupus Belum Bisa Disembuhkan Total, Ini Perawatan yang Dapat Dilakukan Dokter
Lupus Belum Bisa Disembuhkan Total, Ini Perawatan yang Dapat Dilakukan Dokter. Foto: wirestock Freepik.

Penyakit Hashimoto adalah penyakit autoimun yang menyerang kelenjar tiroid, menyebabkan pembengkakan pada bagian depan tenggorokan. Jika tidak diobati, penyakit ini dapat menyebabkan hipotiroidisme dan komplikasi terkaitnya. Gejalanya meliputi pembesaran lidah, nyeri otot, penurunan daya ingat, dan depresi.

12. Penyakit Celiac

Penyakit celiac adalah kondisi di mana tubuh menganggap gluten sebagai zat asing yang berbahaya dan menyerang jaringan usus saat gluten dikonsumsi. Hal ini dapat menyebabkan malabsorpsi atau gangguan pada penyerapan zat gizi penting. Gejalanya termasuk diare, sakit perut, sembelit, penurunan berat badan, serta dalam kasus yang lebih parah, ruam kulit dan pelunakan tulang.

13. Alopecia

Alopecia adalah jenis penyakit autoimun yang menyebabkan kebotakan karena sistem kekebalan tubuh menyerang akar rambut. Ada tiga jenis alopecia: alopecia areata (kebotakan pada titik tertentu), alopecia totalis (kebotakan di seluruh bagian kepala), dan alopecia universalis (hilangnya semua rambut pada tubuh). Selain rambut rontok, gejala alopecia termasuk kulit kepala berwarna kemerahan dan terasa terbakar.

14. Immune Thrombocytopenic Purpura (ITP)

ITP adalah kondisi autoimun di mana tubuh memiliki jumlah keping darah yang rendah, mengganggu proses pembekuan darah. Gejalanya meliputi mudah memar, perdarahan sulit dihentikan, menstruasi berkepanjangan, gusi berdarah, dan mimisan. Jika mengalami perdarahan yang tidak berhenti setelah lima menit, penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter.

15. Penyakit Graves

Penyakit Graves adalah penyakit autoimun yang membuat kelenjar tiroid bekerja terlalu aktif, menyebabkan hipertiroidisme. Gejalanya meliputi perasaan gelisah, pembesaran dada pada laki-laki, mudah berkeringat, siklus menstruasi yang tidak teratur, dan risiko yang lebih tinggi pada wanita dibandingkan dengan laki-laki.

Penanganan Penyakit Autoimun

Penyakit Autoimun
Ilustrasi Penyakit Autoimun Credit: pexels.com/Rodnae

Penanganan penyakit autoimun melibatkan pendekatan yang komprehensif dan disesuaikan dengan jenis penyakit, gejala, serta tingkat keparahan kondisi. Berikut adalah penanganan penyakit autoimun

Diagnosis Penyakit Autoimun

1. Pemeriksaan Fisik

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mencari tanda-tanda dan gejala yang khas dari penyakit autoimun.

2. Riwayat Kesehatan

Informasi mengenai riwayat kesehatan pasien sangat penting untuk membantu dalam diagnosis penyakit autoimun.

3. Cek Darah

Pemeriksaan darah dapat mengungkapkan adanya antibodi atau perubahan pada tingkat sel darah yang dapat mengindikasikan adanya penyakit autoimun.

4. Biopsi

Biopsi jaringan tubuh tertentu dapat dilakukan untuk memeriksa adanya peradangan atau kerusakan pada organ yang terkena.

5. Sinar-X

Pemeriksaan sinar-X atau imaging lainnya mungkin diperlukan untuk melihat adanya perubahan struktural pada organ yang terkena.

Pengobatan Penyakit Autoimun

1. Pengobatan Simptomatik

Penggunaan obat penghilang rasa sakit, obat tidur, dan obat untuk mengatasi gejala spesifik seperti ruam kulit.

2. Pengobatan Hormonal

Jika penyakit autoimun menyebabkan ketidakseimbangan hormon, seperti diabetes tipe 1, pemberian insulin menjadi penting.

3. Pengobatan Anti-inflamasi

Penggunaan obat anti-inflamasi seperti kortikosteroid dapat membantu mengurangi peradangan dan mengendalikan respons imun yang berlebihan.

4. Terapi Imunomodulator

Dalam beberapa kasus, terapi imunomodulator seperti imunoglobulin intravena dapat diberikan untuk mengatur respons kekebalan tubuh.

5. Pertukaran Plasma

Untuk kondisi tertentu seperti Guillain-Barre Syndrome, pertukaran plasma dapat digunakan untuk menghilangkan antibodi yang merusak sel-sel tubuh.

6. Pengobatan Psikologis

Mengatasi aspek psikologis seperti depresi dan kecemasan yang mungkin terkait dengan penyakit autoimun juga penting dalam manajemen keseluruhan.

Pengobatan untuk penyakit autoimun haruslah disesuaikan dengan kondisi individu, dan penting untuk menjaga komunikasi terbuka dengan dokter untuk memastikan pengobatan yang tepat dan efektif. Selain pengobatan, perubahan gaya hidup seperti diet sehat, olahraga teratur, manajemen stres, dan istirahat yang cukup juga dapat membantu mengontrol gejala dan meningkatkan kualitas hidup penderita autoimun.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya