Alasan Masjid Al Aqsa Diperebutkan, Situs Bersejarah 3 Agama

Perebutan Masjid Al Aqsa menjadi sangat tajam saat konflik Israel-Palestina semakin memanas.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 01 Jun 2024, 10:35 WIB
Diterbitkan 09 Mei 2024, 10:20 WIB
Melihat Muslim Palestina Berdoa Saat Malam Lailatul Qadar
Suasana di luar Kubah Batu (Dome of the Rock) yang terlihat dipadati umat muslim beribadah saat memburu malam Lailatul Qadar di kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem (8/5/2021). (AFP/Ahmad Gharabli)

Liputan6.com, Jakarta Masjid Al Aqsa merupakan landmark Kota Yerusalem yang sampai saat ini menjadi objek sengketa. Keberadaanya menjadi saksi sejarah panjang dan kompleks yang memengaruhi dinamika politik dan sosial di Timur Tengah. Bangunan ini tidak hanya menjadi tempat bersejarah umat Islam tetapi juga penting umat Yahudi dan Kristen.

Sebagai bagian dari Kota Tua Yerusalem, Masjid Al Aqsa memiliki makna historis yang mendalam bagi ketiga agama Abraham. Perebutan Masjid Al Aqsa menjadi sangat tajam saat konflik Israel-Palestina semakin memanas.  

Dalam konteks konflik modern, Masjid Al Aqsa terus menjadi titik fokus ketegangan dan perdebatan. Keberadaannya tidak hanya menghadirkan tantangan politik tetapi juga memunculkan pertanyaan mendalam tentang identitas, sejarah, dan masa depan Yerusalem sebagai kota suci bagi tiga agama besar dunia. Berikut ulasan lebih lanjut tentang Masjid Al Aqsa yang sampai saat ini menjadi objek sengketa Palestina dan Israel, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (9/5/2024).

Masjid Al Aqsa, Situs Bersejarah 3 Agama

FOTO: Salju Selimuti Kompleks Masjid Al-Aqsa
Sekelompok orang Yahudi mengunjungi Temple Mount yang dikenal oleh umat Islam sebagai Noble Sanctuary di Kompleks Masjid Al-Aqsa, Kota Tua Yerusalem, 27 Januari 2022. Hujan salju yang jarang melanda sebagian wilayah Israel dan Tepi Barat telah menutup sekolah dan bisnis. (AP Photo/Mahmoud Illean)

Masjid Al Aqsa adalah sebuah situs bersejarah yang sangat penting bagi umat Islam, Kristen, dan Yahudi, karena memiliki makna yang mendalam dalam keyakinan dan sejarah masing-masing agama. Bagi umat Islam, Masjid Al Aqsa adalah salah satu tempat suci setelah Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah. 

Sebagai kiblat pertama bagi umat Muslim sebelum dialihkan ke Baitullah di Masjidil Haram, Masjid Al Aqsa memegang nilai spiritual yang tinggi. Selain itu, umat Islam juga percaya bahwa masjid ini merupakan masjid kedua yang dibangun di muka bumi, serta menjadi saksi dari perjalanan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW.

Dalam agama Kristen, lokasi Masjid Al Aqsa juga memiliki sejarah yang besar. Situs ini dianggap sebagai tempat di mana Ibrahim mengalami ujian besar ketika akan menyembelih putranya, Ismail. Kejadian ini menjadi bagian penting dalam kepercayaan Kristen.

Sementara itu, umat Yahudi juga menganggap Masjid Al Aqsa sebagai tempat yang suci, yang dikenal sebagai Baitulmaqdis atau rumah yang suci. Dalam keyakinan mereka, situs ini berhubungan erat dengan sejarah Nabi Daud dan putranya, Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman membangun Bait Suci di tempat ini, yang kemudian menjadi pusat ibadah bagi umat Yahudi.

Sejarah Pendirian Masjid Al Aqsa

Bulan Ramadhan, Polisi Israel Jaga Jemaah Palestina Sholat
Jemaah Palestina melaksanakan Sholat Jumat pertama bulan suci Ramadhan di kompleks Masjid Al Aqsa di kota tua Yerusalem, Jumat (16/4/2021). Sekitar 70.000 umat muslim kebanyakan dari mereka warga Arab Israel melaksanakan Sholat Jumat di masjid al-Aqsa. (AP Photo/Mahmoud Illean)

Sejarah berdirinya Masjid Al Aqsa juga menjadi titik penting dalam memahami keberartian situs ini bagi tiga agama besar. Dalam kepercayaan Islam, masjid ini telah ada sejak zaman Rasulullah, bahkan diyakini sebagai masjid kedua yang dibangun di muka bumi, meskipun bangunan yang berdiri sekarang merupakan hasil perbaikan dari sejarah bencana yang pernah menghancurkannya.

Bagi umat Kristen, hubungan Masjid Al Aqsa dengan Bait Suci yang didirikan oleh Nabi Sulaiman juga menambah kekhususan situs ini. Sedangkan dalam kepercayaan Yahudi, Masjid Al Aqsa berkaitan erat dengan sejarah Bait Suci dan perjalanan sejarah agama Yahudi di wilayah tersebut.

Dengan demikian, Masjid Al Aqsa bukan hanya merupakan tempat ibadah, tetapi juga simbol dari kompleksitas sejarah, keyakinan, dan ketegangan politik yang mengitarinya, menjadikannya salah satu situs bersejarah paling penting dan sensitif di dunia.

Konflik Sengketa Masjid Al Aqsa

Masjid Al-Aqsa
Seorang tentara Israel berjaga di sepanjang jalan Ras al-Amud di Yerusalem timur pada 26 Januari 2024, karena pembatasan usia diberlakukan untuk mengakses kompleks Masjid Al-Aqsa, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas. (MARCO LONGARI/AFP)

Perebutan kompleks Masjid Al Aqsa mencerminkan sejarah yang panjang dan konflik yang mendalam antara berbagai kelompok agama dan politik di wilayah Yerusalem. Situs ini menjadi pusat klaim dan identitas bagi warga Israel, Palestina, serta umat Islam, Kristen, dan Yahudi.

Pada masa Khalifah Umar bin Khattab pada tahun 637 M. Umat Islam mengambil alih Yerusalem dari tangan Romawi Timur. Masjid Al Aqsa yang pada saat itu dalam keadaan terbengkalai kemudian dipugar. Bangunan penting seperti Qubah Shakhrah atau Kuba Batu didirikan pada tahun 691 M. Bangunan ini menjadi simbol kuat dari keberadaan umat Islam di Yerusalem.

Perang Salib Pertama pada tahun 1099 menjadi titik balik dalam perebutan Masjid Al Aqsa. Tentara Salib dari Eropa menyerang Yerusalem dan mengubah Masjid Al Aqsa menjadi istana yang dikenal sebagai Templum Domini atau Kuil Tuhan. Hal ini mengakibatkan pengelolaan Masjid Al Aqsa lepas dari tangan umat muslim, menandai dominasi umat Kristen atas situs tersebut.

Perebutan berlanjut dengan Perang Salib Kedua di mana kaum muslim berhasil merebut kembali Masjid Al Aqsa di bawah kepemimpinan Shalahuddin Al Ayyubi. Setelah perang, wilayah Palestina dibagi menjadi tiga kelompok agama yang hidup berdampingan, namun damai tersebut terganggu dengan datangnya bangsa Israel ke Palestina.

Kedatangan bangsa Israel menjadi pemicu konflik yang berkelanjutan antara Israel dan Palestina, dengan Masjid Al Aqsa menjadi salah satu titik sensitif. Klaim sejarah dan identitas dari kedua belah pihak, bersama dengan kepentingan politik dan agama yang kompleks, menjadi faktor perebutan yang terus memanas.

Perebutan ini mencerminkan konflik yang lebih luas di Timur Tengah dan menjadi representasi dari tantangan yang kompleks dalam mencapai perdamaian di wilayah tersebut. Masjid Al Aqsa, sebagai simbol yang kaya akan sejarah dan identitas agama, terus menjadi titik sentral dalam dinamika politik dan sosial di Yerusalem.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya