Liputan6.com, Jakarta Setiap tahunnya kota jakarta tenggelam sebanyak berapa CM? Pertanyaan ini menarik untuk dikulik. Perubahan iklim memiliki dampak signifikan pada kenaikan suhu global dan permukaan air laut, yang berpotensi menenggelamkan beberapa kota pesisir dalam beberapa dekade mendatang. Laporan dari World Economic Forum (WEF) pada 2019 menyoroti ancaman serius ini terhadap kota-kota dataran rendah yang sudah mengalami banjir akibat naiknya permukaan laut. Fenomena ini merupakan hasil dari pemanasan global yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca.
Setiap tahunnya kota jakarta tenggelam sebanyak berapa CM? Sejumlah wilayah dunia, termasuk Jakarta, diperkirakan akan mengalami kenaikan permukaan air laut yang signifikan pada tahun 2050. Sebagian besar Jakarta diramalkan akan terendam air. Laporan ini sejalan dengan data dari Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA) yang menunjukkan bahwa tingkat kenaikan permukaan laut telah meningkat lebih dari dua kali lipat, dari 1,4 milimeter per tahun pada sebagian besar abad ke-20 menjadi 3,6 mm per tahun pada periode 2006-2015.
NOAA memperkirakan bahwa permukaan laut akan naik setidaknya 0,3 meter di atas tingkat yang terlihat pada tahun 2000 di awal abad berikutnya. Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim PBB (IPCC) bahkan memproyeksikan kenaikan yang lebih besar, antara 40 dan 63 cm pada tahun 2100 mendatang. Ini menempatkan kota-kota pesisir dalam risiko besar, tergantung pada seberapa efektif manusia dalam mengatasi dan memitigasi dampak perubahan iklim.
Advertisement
Profesor geomorfologi pesisir di University of Plymouth, Gerd Masselink, menegaskan bahwa apakah kota-kota atau negara-negara akan tenggelam atau tidak sangat bergantung pada tindakan yang diambil oleh manusia untuk melawan ancaman ini. Langkah-langkah mitigasi seperti pengurangan emisi karbon, pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap perubahan iklim, dan perlindungan serta pemulihan ekosistem pesisir dapat membantu mengurangi risiko ini. Berikut ulasan lebih lanjut tentang setiap tahunnya kota jakarta tenggelam sebanyak berapa CM, yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (27/5/2024).
Berapa CM Permukaan Tanah Jakarta Turun Setiap Tahun?
Setiap tahunnya kota jakarta tenggelam sebanyak berapa CM? Jakarta menghadapi tantangan serius dengan penurunan tanah yang terjadi setiap tahunnya. Menurut laman resmi World Economic Forum (WEF), Jakarta mengalami penurunan tanah hingga 17 cm per tahun. Penurunan ini disebabkan oleh pemompaan air tanah yang berlebihan, yang menyebabkan perubahan tekanan dan volume tanah.
Penelitian dari Institut Teknologi Bandung (ITB) menunjukkan bahwa Jakarta Utara, sebuah kota pelabuhan, telah tenggelam 2,5 meter dalam 10 tahun terakhir. Ini berarti penurunan sekitar 25 cm per tahun di beberapa bagian, yang merupakan lebih dari dua kali lipat rata-rata global untuk kota-kota besar pesisir. Diperkirakan, pada tahun 2050, sekitar 95% wilayah Jakarta Utara akan terendam.
Secara umum, laporan menunjukkan bahwa Jakarta mengalami penurunan tanah rata-rata 1-15 cm per tahun. Beberapa wilayah di Jakarta mengalami tingkat penurunan yang bervariasi,
- Jakarta Barat: Tanah tenggelam sebanyak 15 cm setiap tahun.
- Jakarta Timur: Tanah tenggelam sebanyak 10 cm setiap tahun.
- Jakarta Pusat: Tanah tenggelam sebanyak 2 cm setiap tahun.
- Jakarta Selatan: Tanah tenggelam sebanyak 1 cm setiap tahun.
Hampir separuh kota Jakarta sekarang berada di bawah permukaan laut. Selain wilayah utara, bagian lain dari Jakarta juga mengalami penurunan tanah meskipun dengan laju yang lebih lambat dibandingkan dengan Jakarta Utara. Penurunan tanah yang terus terjadi di Jakarta menambah kekhawatiran terhadap masa depan kota ini, terutama dengan prediksi bahwa sebagian besar kota mungkin akan tenggelam pada tahun 2050.
Advertisement
Alasan Permukaan Tanah Jakarta Terus Turun Setiap Tahun
Penurunan tanah di Jakarta merupakan masalah serius yang disebabkan oleh berbagai faktor yang saling terkait. Berikut alasan-alasan utama yang menyebabkan tanah di Jakarta terus turun.
1. Eksploitasi Air Tanah
Salah satu penyebab utama penurunan tanah di Jakarta adalah eksploitasi air tanah yang berlebihan. Karena air pipa sering tidak dapat diandalkan, tersedia secara sporadis, dan mahal, warga Jakarta terpaksa memompa air dari akuifer. Penggunaan air tanah yang berlebihan ini menyebabkan tanah di atasnya tenggelam, karena penarikan air mengurangi tekanan di dalam tanah dan mengakibatkan kompaksi batuan dan sedimen di atasnya.
Upaya untuk mengatasi masalah ini, seperti keputusan tahun 2009 oleh Kementerian Lingkungan Hidup untuk memulihkan tabel air, gagal diterapkan dengan efektif. Pemilik rumah dan bangunan komersial diwajibkan menyimpan air hujan dalam silinder biopori untuk menyerap dan menyimpan air hujan, namun tanpa mekanisme penegakan yang kuat, kebijakan ini tidak berhasil mencegah penurunan tanah.
2. Perencanaan yang Buruk
Pembangunan ekonomi yang cepat dan perencanaan yang buruk juga berkontribusi pada penurunan tanah. Dampak dari pengambilan air tanah lebih terasa di daerah dataran rendah dengan populasi yang padat.
Pada tahun 2010, 47,2 juta orang tinggal di daerah pesisir yang rentan di Indonesia, angka yang naik 35% sejak tahun 1990. Urbanisasi yang tidak terkendali tanpa pengisian air tanah yang memadai memperburuk masalah ini. Contoh serupa bisa dilihat pada banjir besar di Chennai, Tamil Nadu, India, pada tahun 2015, yang terjadi karena urbanisasi tanpa pengelolaan air yang tepat.
3. Perubahan Iklim
Perubahan iklim juga memainkan peran penting dalam penurunan tanah di Jakarta. Kota-kota pesisir seperti Jakarta terdampak oleh naiknya permukaan air laut akibat ekspansi termal (air yang meluas karena panas tambahan) dan mencairnya es di kutub. Kenaikan permukaan laut meningkatkan risiko banjir dan memperparah penurunan tanah. Para ahli menyarankan pengenalan kembali hutan bakau dan peremajaan waduk sebagai bagian dari upaya mitigasi di Kota Tua Jakarta.
4. Kombinasi Faktor
Ketiga faktor di atas, ketika dikombinasikan, memperburuk efek penurunan tanah. Pertumbuhan penduduk perkotaan meningkatkan permintaan air, yang pada gilirannya meningkatkan eksploitasi air tanah. Menurut Robert McDonald, seorang ilmuwan di organisasi lingkungan berbasis di AS, pada tahun 2050, 36% kota di dunia akan menghadapi krisis air, termasuk Jakarta. Kombinasi dari eksploitasi air tanah, perencanaan urbanisasi yang buruk, dan perubahan iklim menciptakan situasi yang kompleks dan membutuhkan pendekatan multi-faceted untuk mitigasi.
Kota-kota Lain yang Terancam Tenggelam Selain Jakarta
Banyak kota di seluruh dunia yang terancam tenggelam akibat perubahan iklim dan aktivitas manusia yang berlebihan.Berikut beberapa kota lain yang menghadapi risiko serupa dengan Jakarta.
1. Lagos, Nigeria
Lagos, Nigeria, juga terancam oleh kenaikan permukaan laut akibat pemanasan global. Sebuah studi tahun 2012 dari Universitas Plymouth menemukan bahwa kenaikan hingga 90-170 cm akan berdampak serius terhadap aktivitas manusia di wilayah ini.
2. Houston, Texas
Sebagian wilayah Houston tenggelam dengan kecepatan 5 cm per tahun karena eksploitasi air tanah yang berlebihan. Hal ini membuat Houston semakin rentan terhadap bencana seperti Badai Harvey yang merusak ribuan rumah dan membuat ribuan orang mengungsi.
3. Dhaka, Bangladesh
Bangladesh menghadapi konsekuensi serius dari naiknya permukaan air laut. Sebagian besar wilayahnya dapat terendam dan diperkirakan sekitar 18 juta warga bisa mengungsi pada tahun 2050.
4. Venesia, Italia
Venesia, yang dikenal sebagai kota terapung, menghadapi ancaman kenaikan permukaan air laut sekitar 0,2 cm per tahun. Italia sedang membangun penghalang banjir untuk mengatasi masalah ini.
5. Virginia, Amerika Serikat
NOAA memperkirakan Pantai Virginia akan mengalami kenaikan permukaan laut hingga 3,6 meter pada tahun 2100. Ini merupakan ancaman serius bagi kota-kota di pantai Virginia.
Semua kota ini Upaya mitigasi yang kuat dan tindakan adaptasi yang efektif diperlukan untuk melindungi kota-kota ini dari dampak yang lebih buruk di masa depan.
Advertisement