Liputan6.com, Jakarta - Mata uang Turki, dikenal sebagai lira Turki, mengalami penurunan nilai yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Pada tanggal 28 Mei 2024, melansir dari Google Finance, nilai mata uang Turki terhadap rupiah tercatat sebesar Rp 500,47 per lira. Sebelumnya, pada November 2023, nilai tukar ini berada di angka Rp 547,03 per lira.
Advertisement
Baca Juga
Advertisement
Nilai mata uang Turki terus merosot, mencerminkan ketidakstabilan ekonomi dan politik yang dihadapi negara tersebut. Pada perdagangan Jumat, 26 Mei 2023, lira Turki menyentuh rekor terendah sepanjang sejarah, yakni TRY 20,12 per dolar AS. Sepanjang tahun itu, lira mengalami penurunan nilai sekitar 6,8 persen, menunjukkan tekanan berat yang dialami oleh perekonomian Turki.
Penyebab merosotnya nilai mata uang Turki tidak terlepas dari kebijakan ekonomi yang kontroversial di bawah kepemimpinan Presiden Recep Tayyip Erdogan. Investor asing menunjukkan ketidakpercayaan terhadap kebijakan moneter yang diambil, termasuk pemangkasan suku bunga yang dilakukan meskipun inflasi melonjak tinggi.
Ketidakpastian ini semakin memperburuk nilai tukar lira, menjadikannya salah satu mata uang dengan performa terburuk di pasar global.
Berikut Liputan6.com ulas penjelasan lengkapnya tentang mata uang Turki tersebut, Selasa (28/5/2024).
Sejarah Panjang Mata Uang Turki
Mata uang Turki adalah Lira, yang dikenal dengan kode ISO TRY dan disingkat TL (Turkish Lira atau Türk Lirası). Lira Turki telah menjadi mata uang resmi Republik Turki selama berabad-abad, dengan sejarahnya yang panjang sejak era Ottoman Empire. Lira terbagi menjadi 100 kuruş dan tersedia dalam bentuk koin serta kertas. Penggunaan mata uang ini juga meluas hingga ke Republik Turki Siprus Utara.
Sebelumnya, Ottoman Empire menggunakan berbagai mata uang seperti akçe dan altın sebelum memperkenalkan lira Ottoman pada tahun 1844 oleh Sultan Abdülmecid I, dilansir dari Studies in Turkey.
Sejarah mata uang Turki adalah perjalanan yang panjang dan berliku. Setelah runtuhnya Ottoman Empire dan berdirinya Republik Turki pada tahun 1923, lira Turki baru (TRY) diluncurkan sebagai mata uang resmi. Melansir dari laman Corporate Finance Institute, mata uang ini mengalami redenominasi pada tahun 2005, di mana enam nol dihapus dari nilai lira. Langkah ini dilakukan untuk mengatasi inflasi yang tinggi dan memudahkan transaksi ekonomi. Pengenalan lira baru tersebut menggantikan lira lama dengan nilai 1 Lira Turki Baru setara dengan 1.000.000 Lira Turki Lama.
Mata uang Turki adalah salah satu dari beberapa mata uang yang diadopsi dari Libra, satuan berat di Roma kuno, yang kemudian menyebar ke seluruh Eropa dan wilayah Timur Tengah. Lira Turki, bersama dengan Lira Italia dan pound Prancis, merupakan penerus modern dari mata uang kuno tersebut. Pengenalan lira sebagai mata uang resmi Turki terjadi dalam dua fase.
Fase pertama berlangsung antara tahun 1923 dan 2005, sedangkan fase kedua dimulai dengan pengenalan lira Turki baru pada Januari 2005. Proses ini menandai era baru dalam sejarah keuangan Turki dan membantu menstabilkan ekonomi nasional.
Pada tahun 2009, Turki memperkenalkan seri baru uang kertas "Kelompok Emisi E-9," yang dikenal sebagai lira Turki dan bukan lagi lira Turki baru. Uang kertas baru ini memiliki berbagai ukuran untuk menghindari pemalsuan dan setiap denominasi menggambarkan karakter ikonik Turki. Melansir dari Studies in Turkey, uang kertas pecahan 5 TRY berwarna ungu pada set kedua uang kertas saat ini. Selain itu, uang kertas tersedia dalam pecahan 10, 20, 50, 100, dan 200 TRY, sedangkan koin tersedia dalam denominasi 1, 5, 10, 25, dan 50 kuruÅŸ serta 1 lira.
Mata uang Turki adalah simbol penting dari identitas nasional dan sejarah panjang negara ini. Bagian depan setiap uang kertas menampilkan gambar Mustafa Kemal Atatürk, pendiri Turki modern dan presiden pertamanya.
Melansir dari Britannica Money, nilai koin berkisar dari 1 kurush hingga 1 lira baru. Upaya redenominasi dan pengenalan desain baru pada uang kertas bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan publik dan stabilitas ekonomi. Hingga saat ini, lira tetap menjadi tulang punggung perekonomian Turki dan mencerminkan perjalanan sejarah serta budaya bangsa yang kaya.
Advertisement
Nilai Tukar Mata Uang Turki Saat Ini
Nilai tukar mata uang Turki saat ini mengalami penurunan yang signifikan, mencapai level terendah sepanjang sejarah. Pada perdagangan Jumat 26 Mei 2024), lira Turki menyentuh TRY 20,12 per dolar AS, mencatatkan rekor terlemah sepanjang sejarah.
Sepanjang tahun 2023, nilai lira telah merosot sekitar 6,8%. Penurunan ini sangat mengkhawatirkan, terutama mengingat dampaknya terhadap perekonomian Turki. Melansir dari Corporate Finance Institute, lira Turki terkenal dengan volatilitasnya yang tinggi, dan kondisi ini mempengaruhi berbagai sektor dalam negeri.
Penyebab utama dari melemahnya nilai mata uang Turki adalah ketidakstabilan politik dan kebijakan moneter yang kontroversial. Kemenangan Presiden Recep Tayyip Erdogan dalam pemilihan umum baru-baru ini memperburuk situasi karena kebijakan ekonominya yang tidak disukai investor. Erdogan dikenal sebagai penentang keras kenaikan suku bunga, dan kebijakan ini menyebabkan ketidakpercayaan di kalangan investor asing.
Melansir dari Financial Times, dalam satu dekade terakhir, investor asing telah menarik dana sebesar US$ 7,3 miliar dari pasar saham Turki.
Kondisi ekonomi Turki yang melemah juga turut berkontribusi terhadap merosotnya nilai mata uang Turki. Inflasi di Turki melonjak dari 21,31% pada November 2021 menjadi 85,51% pada Oktober 2022. Meski inflasi melonjak, bank sentral Turki malah memangkas suku bunga acuan dari 19% pada Agustus 2021 menjadi 8,5% pada Mei 2023. Kebijakan ini diperintahkan langsung oleh Presiden Erdogan, yang juga memecat tiga gubernur bank sentral sejak 2019 karena dianggap tidak akomodatif. Melansir dari Studies in Turkey, keputusan ini menimbulkan ketidakpastian di pasar dan memperburuk kepercayaan investor terhadap lira.
Fluktuasi nilai mata uang Turki berdampak besar pada berbagai sektor. Bagi pengusaha, fluktuasi nilai tukar membuat impor dan ekspor lebih mahal dan sulit diprediksi. Wisatawan asing juga merasakan dampaknya, karena mereka harus membayar lebih untuk liburan di Turki ketika nilai lira turun. Masyarakat Turki pun merasakan dampak langsung dari inflasi yang tinggi, yang menyebabkan harga barang dan jasa melonjak, sehingga membuat kehidupan sehari-hari menjadi lebih mahal.
Melansir dari Goldman Sachs, sejak 2022, obligasi Turki yang dimiliki oleh investor asing menurun drastis, dari 23% pada 2012 menjadi kurang dari 1%.
Pemerintah Turki telah mengambil berbagai langkah untuk mencoba menstabilkan nilai mata uang Turki. Salah satu langkah yang diambil adalah menaikkan suku bunga untuk menarik investasi asing dan memperlambat inflasi. Selain itu, Bank Sentral Turki sering melakukan intervensi di pasar valuta asing dengan membeli atau menjual lira untuk mempengaruhi nilai tukarnya.
Upaya lain termasuk meningkatkan disiplin fiskal dengan mengurangi pengeluaran pemerintah dan meningkatkan pendapatan untuk mengurangi defisit anggaran. Namun, hingga kini, langkah-langkah tersebut belum berhasil mengembalikan kepercayaan investor secara signifikan.