Virus West Nile Beserta Gejala dan Pencegahannya, Kini Merebak di Israel

Setelah ditularkan melalui gigitan nyamuk, virus West Nile dapat menginfeksi manusia, hewan, dan burung.

oleh Silvia Estefina Subitmele diperbarui 08 Jul 2024, 18:40 WIB
Diterbitkan 08 Jul 2024, 18:40 WIB
Ilustrasi Virus
Ilustrasi Virus (Bola.com/Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta Virus West Nile merupakan salah satu jenis arbovirus yang disebarkan oleh nyamuk dan telah menyebabkan wabah global. Virus ini pertama kali diidentifikasi di Uganda pada tahun 1937 dan kemudian menyebar ke berbagai negara di Afrika, Timur Tengah dan Eropa.

Di Israel, penyebaran virus West Nile kini menjadi perhatian serius karena dapat menyebabkan kematian. Virus West Nile memiliki genom yang terdiri dari satu single-stranded (ss) RNA, yang dikelilingi oleh suatu nucleocapsid berbentuk icosahedral atau isometrik. Virus ini dapat ditularkan oleh nyamuk dari jenis Culex, yang biasanya menggigit burung sebagai inang utama. 

Wabah ini menimbulkan kekhawatiran besar, terutama karena musim panas yang panjang dan suhu yang hangat, menciptakan kondisi ideal untuk perkembangbiakan nyamuk. Adapun gejala virus West Nile pada manusia dapat bervariasi, mulai dari gejala yang ringan seperti demam, nyeri otot dan sakit kepala, hingga gejala yang lebih parah seperti meningitis atau ensefalitis. 

Untuk mencegah penyebaran virus West Nile yang kini menyebar di Israel, pemerintah dan instansi kesehatan melakukan berbagai upaya, seperti mengendalikan populasi nyamuk dengan fogging, serta pemantauan terhadap kasus infeksi ini. Berikut ini gejala dan pencegahan virus West Nile yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (8/7/2024). 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Mengenal Apa Itu Virus West Nile

Virus
Ilustrasi virus yang menjangkiti manusia. Credits: pexels.com by Miguel Á. Padriñán

Virus West Nile pertama kali diisolasi pada tahun 1937 di Uganda, tepatnya di daerah West Nile yang kemudian menjadi asal usul nama virus ini. Sejak itu, virus ini telah menyebar ke berbagai belahan dunia termasuk Afrika, Eropa, Asia, Australia dan Amerika.

Infeksi virus West Nile disebabkan oleh gigitan nyamuk yang terinfeksi virus tersebut. Kebanyakan orang yang terinfeksi virus ini tidak menunjukkan gejala apapun, atau hanya mengalami gejala ringan seperti demam dan sakit kepala. Dalam kasus yang jarang terjadi, infeksi virus West Nile dapat menyebabkan penyakit serius pada otak, seperti ensefalitis dan meningitis.

Menurut data dari Pusat Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC), sekitar 1 dari 5 orang yang terinfeksi virus West Nile akan mengalami demam dan gejala lainnya. Lebih mengkhawatirkan lagi, sekitar 1 dari 150 orang yang terinfeksi dapat mengalami komplikasi yang lebih parah akibat virus ini. Perkembangan terbarunya, Virus West Nile (WNV) saat ini sedang menginfeksi banyak orang di Israel.

Hingga kini, setidaknya 100 orang telah terinfeksi dan lima orang meninggal dunia. Sebagian besar pasien adalah penduduk Israel bagian tengah, termasuk beberapa dari wilayah Sharon. Warga yang terinfeksi virus West Nile dirawat di berbagai rumah sakit, termasuk Meir Medical Center di Kfar Saba.

Di Meir Medical Center, terdapat 25 pasien yang dirawat akibat demam West Nile, dengan dua di antaranya berada dalam kondisi serius dan memerlukan ventilasi serta obat penenang. Enam dari 100 pasien dirawat di Sheba Medical Center, dengan tiga di antaranya dalam kondisi kritis.

Sejauh ini, lima pasien telah meninggal dunia di Rabin Medical Center-Kampus Beilinson di Petah Tikva. Selain itu, delapan pasien lain juga dirawat, dan ada pula delapan pasien yang masih dalam status suspek dan menunggu verifikasi laboratorium pusat. 


Gejala Infeksi yang Timbul

Ilustrasi Virus
Ilustrasi virus. (Unsplash)

Infeksi virus West Nile sering kali tidak menunjukkan gejala atau bersifat asimtomatik pada sekitar 80 persen kasusnya. Ini berarti bahwa sebagian besar orang yang terinfeksi mungkin tidak menyadari bahwa mereka telah terkena virus ini. Namun, sekitar 20 persen sisanya mengalami gejala yang bervariasi, mulai dari gejala ringan seperti demam, sakit kepala, kelelahan, nyeri tubuh, mual-muntah, hingga gejala yang lebih nyata seperti ruam kulit dan pembengkakan kelenjar getah bening.

Penting untuk diingat bahwa meskipun sebagian besar kasus bersifat ringan, virus West Nile juga dapat mengakibatkan kondisi yang serius, terutama pada sekitar 1 dari 150 orang yang terinfeksi. Gejala yang lebih parah termasuk ensefalitis dan meningitis, yang menunjukkan tanda-tanda seperti sakit kepala yang parah, demam tinggi, kekakuan leher, hingga kehilangan kesadaran dan gangguan neurologis lainnya seperti tremor, kelemahan otot, bahkan kelumpuhan.

Kelompok risiko tinggi untuk mengembangkan bentuk penyakit yang lebih serius ini umumnya mencakup orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang melemah, seperti lansia di atas usia 50 tahun. Mereka cenderung lebih rentan terhadap komplikasi virus West Nile, yang bisa berdampak parah pada kesehatan mereka.

Tindakan pencegahan yang efektif melibatkan pengendalian populasi nyamuk pembawa virus, serta edukasi masyarakat tentang cara-cara untuk mengurangi risiko terkena gigitan nyamuk. Karena tidak ada pengobatan khusus untuk infeksi West Nile, upaya pencegahan tetap menjadi prioritas utama dalam menanggulangi penyebaran virus ini, dan melindungi kesehatan masyarakat secara keseluruhan.


Cara Mengatasi Infeksi Virus West Nile

Ilustrasi virus
Ilustrasi virus. (Image by pikisuperstar on Freepik)

Untuk memastikan diagnosis yang akurat, terutama jika ada kecurigaan terhadap ensefalitis atau meningitis, dokter mungkin merekomendasikan beberapa tes tambahan:

  1. Tes darah, yang dilakukan untuk mengidentifikasi keberadaan antibodi dalam tubuh, yang merupakan indikator adanya infeksi virus West Nile. Antibodi adalah protein yang diproduksi oleh tubuh sebagai respons terhadap paparan virus atau bakteri.
  2. Spinal tap atau pungsi lumbar yaitu prosedur di mana dokter mengambil sampel cairan serebrospinal dari daerah sekitar otak dan tulang belakang. Analisis cairan ini dapat mengungkapkan peningkatan jumlah sel darah putih, yang dapat menunjukkan adanya respons sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi virus.
  3. Dalam beberapa kasus, dokter mungkin merujuk Anda untuk menjalani electroencephalography (EEG), sebuah tes yang merekam aktivitas listrik otak Anda. Tes ini membantu dalam menilai aktivitas otak yang mungkin terpengaruh oleh infeksi virus West Nile.

Pengobatan untuk infeksi West Nile biasanya bersifat simptomatik, terutama untuk kasus yang ringan hingga sedang. Dokter dapat meresepkan obat-obatan untuk meredakan gejala seperti sakit kepala, demam, atau nyeri otot. Untuk kasus yang lebih serius, seperti infeksi otak yang menyebabkan ensefalitis atau meningitis, rawat inap dan perawatan medis intensif mungkin diperlukan.

Ada beberapa langkah yang dapat Anda lakukan di rumah, untuk membantu mencegah infeksi virus West Nile:

  1. Hindari kegiatan di luar ruangan saat nyamuk aktif, terutama pada waktu pagi dan sore hari.
  2. Gunakan pakaian yang melindungi tubuh seperti lengan panjang, celana panjang, dan topi saat berada di luar ruangan.
  3. Gunakan produk penolak nyamuk yang mengandung DEET atau bahan aktif lainnya untuk melindungi kulit dari gigitan nyamuk.
  4. Pastikan untuk mengurangi tempat-tempat berkembang biak nyamuk dengan menguras penampungan air dan mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air.

Langkah-langkah ini tidak hanya membantu melindungi diri sendiri dari gigitan nyamuk, tetapi juga mendukung upaya pencegahan penyebaran virus West Nile dalam komunitas. Selalu konsultasikan dengan dokter, untuk rekomendasi lebih lanjut tentang pengobatan dan pencegahan yang sesuai dengan kondisi kesehatan Anda.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya