8 Ciri Seseorang yang Manipulatif dan Playing Victim, Waspadai di Sekitarnya

Terdapat beberapa tanda tentang seseorang yang suka playing victim.

oleh Miranti diperbarui 13 Agu 2024, 19:07 WIB
Diterbitkan 13 Agu 2024, 19:07 WIB
karakter zodiak
ilustrasi kepribadian perempuan/Photo by Jason Strull on Unsplash

Liputan6.com, Jakarta Fenomena playing victim atau berpura-pura menjadi korban adalah salah satu perilaku yang sering kali muncul dalam interaksi sosial, terutama dalam hubungan yang dekat. Ketika seseorang melakukan playing victim, mereka cenderung menampilkan diri sebagai pihak yang selalu dirugikan atau disakiti, meskipun kenyataannya tidak selalu demikian.

Tindakan ini tidak hanya menciptakan ketidakadilan emosional bagi orang lain, tetapi juga bisa menjadi alat manipulasi yang kuat, di mana mereka berusaha mendapatkan simpati, perhatian, dan bahkan kontrol dari orang-orang di sekitar mereka. Memahami tanda-tanda seseorang yang suka melakukan playing victim sangat penting agar kamu dapat melindungi diri dari manipulasi emosional. 

Dalam artikel ini, mari membahas beberapa tanda yang dapat membantumu mengenali perilaku ini. Dengan mengenali pola-pola tersebut, Anda dapat lebih bijak dalam merespons dan berinteraksi dengan individu yang mungkin menggunakan strategi ini, serta menjaga kesehatan mental dan emosionalmu sendiri. Berikut penjelasan selengkapnya sebagaimana dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber pada Selasa (13/8/2024).

1. Selalu Mencari Simpati

Orang yang sering memainkan peran korban biasanya mencari simpati dari orang lain. Mereka akan menceritakan betapa sulitnya hidup mereka, betapa sering mereka diperlakukan tidak adil, dan bagaimana orang lain selalu bersikap buruk kepada mereka.

Hal ini mereka lakukan untuk mendapatkan perhatian dan dukungan, serta untuk menghindari bertanggung jawab atas tindakan mereka sendiri. Ketika kita mendengar cerita mereka, mungkin kita akan merasa kasihan, tetapi perhatikan dengan lebih cermat, apakah cerita mereka seimbang atau hanya berpihak pada satu pihak saja?

2. Memutarbaikkan Fakta

Perempuan Saling Berbicara
Tanda kecerdasan emosional dapat dilihat melalui cara berkomunikasi seperti yang terlihat dalam foto ini.

Orang yang sering playing victim memiliki keahlian dalam memutarbalikkan fakta. Mereka mampu mengubah situasi di mana mereka sebenarnya yang bersalah menjadi terlihat seolah-olah mereka yang dirugikan. Sebagai contoh, ketika mereka terlambat datang ke suatu acara dan menimbulkan masalah, mereka akan mengklaim bahwa mereka terlambat karena orang lain tidak memberitahu jadwal yang tepat. Mereka tidak akan mengakui bahwa sebenarnya mereka sudah tahu jadwal tetapi tidak mempersiapkan diri dengan baik.

3. Suka Membuat Drama

patah hati
Gambar perempuan sedih diilustrasikan oleh jcomp - www.freepik.com.

Drama sering kali menjadi teman baik bagi orang yang sering berperan sebagai korban. Mereka cenderung membesar-besarkan situasi. Setiap masalah kecil dianggap sebagai konspirasi dunia yang menentang mereka. Tujuannya adalah untuk mendapatkan perhatian dan simpati dari orang-orang di sekitar mereka. Mungkin kamu pernah mendengar seseorang yang selalu mengeluh, "Mengapa semua ini harus terjadi padaku?" padahal sebenarnya masalahnya tidak sebesar yang mereka ceritakan.

4. Menolak Mencari Solusi

Rasa Iri pada Perempuan
Wajar merasa iri dengan pencapaian orang lain, tetapi manfaatkan perasaan tersebut sebagai motivasi untuk diri sendiri.

Orang-orang yang suka berperan sebagai korban cenderung enggan mencari solusi atas masalah yang mereka hadapi. Mereka lebih memilih untuk terus berada dalam posisi korban dan mendapatkan simpati daripada mengambil tindakan untuk memperbaiki keadaan.

Sebagai contoh, jika mereka menghadapi masalah di tempat kerja, mereka mungkin akan terus mengeluh tanpa pernah mencoba mencari cara untuk menyelesaikan masalah tersebut. Bagi mereka, menjadi korban lebih nyaman daripada harus berusaha keluar dari situasi tersebut.

5. Selalu Merasa Dikhianati

perempuan cantik
Gambar ini menampilkan seorang wanita yang cantik. Hak cipta dimiliki oleh freepik.com/Lookstudio.

Orang yang suka berperan sebagai korban seringkali merasa bahwa mereka dikhianati oleh orang lain, meskipun tidak ada yang benar-benar mengkhianati mereka. Mereka mungkin merasa bahwa dukungan dari teman-teman mereka kurang, perhatian dari pasangan mereka tidak ada, atau usaha mereka tidak dihargai oleh rekan kerja mereka. Namun, perasaan ini muncul karena mereka selalu memposisikan diri sebagai korban dalam setiap situasi.

6. Menggunakan Emosi untuk Mengontrol Orang Lain

couple juli jatuh cinta
Saya sangat terpesona./Gambar hak cipta oleh Lifestylememory di Freepik.

Orang yang suka playing victim sering kali menggunakan emosi mereka untuk mengontrol orang lain. Mereka bisa menangis, marah, atau bersikap sangat sedih untuk membuat orang lain merasa bersalah dan akhirnya menuruti keinginan mereka. Ini adalah salah satu cara mereka untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan tanpa harus berusaha lebih keras.

7. Tidak Pernah Mengakui Kesalahan

Ciri utama dari seseorang yang suka playing victim adalah ketidakmampuan mereka untuk mengakui kesalahan. Mereka selalu merasa diri mereka benar dan ketika ada masalah, orang lainlah yang selalu salah. Misalnya, saat terjadi konflik, mereka tidak akan pernah introspeksi diri dan mencari tahu apa yang mungkin mereka lakukan salah. Sebaliknya, mereka akan menyalahkan orang lain atau keadaan seolah-olah mereka tidak punya andil sama sekali.

8. Sering Meminta Perhatian dan Kasih Sayang

Mereka yang gemar playing victim biasanya terus-menerus mencari perhatian dan dukungan dari orang lain. Dengan berperilaku sebagai korban, mereka berharap mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang mereka inginkan.

Mengenali tanda-tanda ini dapat membantu kita berinteraksi dengan lebih baik dan menjaga kesehatan mental kita. Jika kita menemukan perilaku playing victim dalam hubungan kita, penting untuk menetapkan batasan dan berusaha berkomunikasi secara jujur dan terbuka.     

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya