Apa Itu Blockchain? Teknologi Berbasis Data yang Mengubah Dunia

Kemampuan blockchain untuk menciptakan kepercayaan dalam dunia digital yang semakin kompleks.

oleh Silvia Estefina Subitmele diperbarui 19 Agu 2024, 13:28 WIB
Diterbitkan 19 Agu 2024, 10:45 WIB
Blockchain
Ilustrasi Blockchain. Dok: catalysts.cc

Liputan6.com, Jakarta Apa itu Blockchain? Blockchain merupakan salah satu inovasi teknologi yang paling revolusioner dalam beberapa dekade terakhir. Pada dasarnya, blockchain adalah sebuah sistem pencatatan data digital yang terdesentralisasi dan menggunakan kriptografi, untuk menjamin keamanan serta integritas datanya.

Apa itu Blockchain? Teknologi ini pertama kali diperkenalkan sebagai fondasi dari mata uang kripto Bitcoin, namun kini aplikasinya telah meluas jauh melampaui sektor keuangan. Cara kerja blockchain bisa dibayangkan seperti sebuah buku besar digital yang tersebar di ribuan komputer di seluruh dunia.

Setiap transaksi atau perubahan data yang terjadi, akan dicatat dalam 'blok' baru yang kemudian dihubungkan dengan blok-blok sebelumnya, membentuk sebuah rantai data yang tak terputus. Apa itu Blockchain? Salah satu keunggulan utama blockchain adalah sifatnya yang transparan namun tetap aman. Setiap partisipan dalam jaringan blockchain memiliki salinan lengkap dari seluruh catatan transaksi, sehingga tidak ada satu pihak pun yang dapat memanipulasi data, tanpa diketahui oleh pihak lain.

Meskipun awalnya dikembangkan untuk transaksi finansial, potensi blockchain jauh lebih luas. Dari manajemen rantai pasokan hingga perlindungan hak cipta, dari sistem voting elektronik hingga pengelolaan identitas digital, blockchain menawarkan solusi untuk berbagai masalah yang memerlukan pencatatan data yang aman, transparan dan tidak dapat dimanipulasi.

Berikut ini prinsip dan cara kerja blockchain yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (19/8/2024). 

Pengertian Blockchain

Ilustrasi Blockchain
Ilustrasi Blockchain. Kredit: Gerd Altmann via Pixabay

Blockchain adalah teknologi berbasis data terdesentralisasi, yang memungkinkan pencatatan transaksi secara aman dan transparan tanpa memerlukan perantara. Setiap transaksi yang dilakukan dalam sistem blockchain direkam dalam blok data, yang kemudian dirantai dengan blok-blok sebelumnya, membentuk sebuah rantai data yang terhubung secara kriptografis. Sistem ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 2008 sebagai dasar bagi mata uang kripto seperti Bitcoin.

Salah satu karakteristik utama dari blockchain adalah desentralisasinya, yang berarti bahwa tidak ada satu entitas atau individu yang mengontrol seluruh jaringan. Sebaliknya, semua peserta dalam jaringan memiliki akses ke salinan blockchain yang sama, dan semua transaksi harus diverifikasi oleh mayoritas peserta sebelum ditambahkan ke rantai. Hal ini membuat blockchain sangat aman, karena setiap perubahan dalam data memerlukan konsensus dari seluruh jaringan.

Blockchain juga dikenal karena transparansinya. Semua transaksi yang dilakukan dalam blockchain dapat dilihat oleh semua peserta, sehingga meningkatkan kepercayaan dan mengurangi kemungkinan penipuan. Selain itu, teknologi ini efisien karena menghilangkan kebutuhan akan perantara pihak ketiga dalam banyak transaksi, yang biasanya membutuhkan waktu dan biaya tambahan.

Asas-Asas Blockchain

Blockchain. Credit: Hitesh Choudhary/Unsplash
Blockchain. Credit: Hitesh Choudhary/Unsplash

Blockchain adalah teknologi yang mendasari berbagai inovasi digital modern, dan kesuksesannya bergantung pada beberapa prinsip fundamental yang memastikan keamanan, transparansi, dan efisiensi. Tiga asas utama dalam pelaksanaan blockchain adalah desentralisasi, transparansi, dan kekekalan (immutability). Masing-masing asas ini memiliki peran penting dalam membentuk karakteristik unik dari blockchain, dan pemahaman yang lebih dalam tentang prinsip-prinsip ini akan memberikan gambaran yang lebih jelas tentang cara kerja teknologi ini. Berikut adalah penjelasan mengenai ketiga asas tersebut:

1. Asas Desentralisasi (Decentralization)

Sebelum hadirnya teknologi seperti Bitcoin dan Bittorrent, sistem digital yang ada sebagian besar bersifat terpusat. Ini berarti bahwa semua data dan kekuasaan dikendalikan oleh satu entitas yang memiliki akses penuh terhadap informasi dan proses yang berjalan di dalam sistem tersebut. Contoh paling umum dari sistem terpusat ini adalah bank. Dalam sistem perbankan tradisional, bank berfungsi sebagai satu-satunya entitas yang memiliki wewenang untuk menyimpan uang nasabah, memproses transaksi, dan memberikan akses kepada nasabah untuk menarik atau membelanjakan uang mereka.

Dalam konteks desentralisasi, blockchain menghilangkan kebutuhan akan entitas terpusat ini. Tidak ada satu entitas yang memiliki kendali penuh atas jaringan blockchain. Sebaliknya, kekuasaan dan kontrol didistribusikan di antara semua peserta dalam jaringan. Setiap peserta, atau node, memiliki salinan lengkap dari seluruh blockchain dan ikut berperan dalam proses validasi transaksi dan pembentukan blok baru. Dengan demikian, tidak ada satu titik kegagalan yang dapat dimanfaatkan untuk merusak atau mengambil alih jaringan.

2. Asas Transparansi (Transparency)

Transparansi adalah salah satu konsep yang sering disalahpahami dalam konteks blockchain. Banyak orang berpikir bahwa blockchain sepenuhnya memberikan privasi atau sebaliknya, sepenuhnya transparan. Faktanya, blockchain menawarkan kombinasi unik dari kedua konsep ini melalui penggunaan kriptografi canggih. Dalam blockchain, identitas pengguna disembunyikan menggunakan teknik kriptografi yang rumit, sehingga identitas asli tidak pernah ditampilkan secara langsung. Setiap pengguna diwakili oleh alamat publik, yang merupakan serangkaian karakter alfanumerik yang unik.

Alamat ini digunakan untuk melacak dan mencatat transaksi di dalam blockchain tanpa mengungkapkan identitas sebenarnya dari pemiliknya. Sebagai contoh, ketika seseorang mencoba untuk melihat riwayat transaksi di blockchain, mereka tidak akan melihat nama-nama orang yang terlibat, melainkan hanya deretan huruf dan angka yang merepresentasikan alamat publik masing-masing pihak. Ini memastikan bahwa meskipun semua transaksi dapat dilihat oleh siapa saja yang memiliki akses ke blockchain, privasi pengguna tetap terjaga.

3. Asas Kekekalan (Immutability)

Kekekalan atau keabadian adalah prinsip yang memastikan bahwa data yang telah direkam di blockchain tidak dapat diubah, dihapus, atau dirusak. Setelah sebuah blok yang berisi transaksi atau data ditambahkan ke blockchain, blok tersebut menjadi bagian permanen dari rantai, dan mengubah data di dalamnya akan sangat sulit, jika tidak mungkin, dilakukan.

Prinsip kekekalan ini sangat penting dalam menjaga integritas dan keandalan blockchain. Dalam dunia keuangan dan bisnis, sering terjadi kasus penggelapan dana atau manipulasi data oleh pihak-pihak tertentu. Dengan blockchain, risiko ini dapat diminimalkan karena data yang telah masuk ke dalam sistem tidak dapat diubah tanpa terdeteksi oleh seluruh jaringan. Ini membuat blockchain menjadi alat yang sangat berguna dalam menciptakan catatan yang dapat diandalkan dan transparan.

 

Cara Kerja Blockchain

Blockchain
Blockchain

Blockchain bekerja melalui serangkaian proses yang memastikan setiap transaksi yang terjadi di dalamnya aman, transparan, dan terdesentralisasi. Berikut adalah langkah-langkah utama bagaimana blockchain beroperasi:

1. Inisiasi Transaksi

Proses dimulai ketika seseorang memutuskan untuk melakukan transaksi, seperti mengirim uang atau menyimpan data. Transaksi ini dikirim ke jaringan blockchain yang terdiri dari banyak komputer (disebut "node") yang tersebar di seluruh dunia.

2. Verifikasi Transaksi

Setelah transaksi dikirim ke jaringan, setiap node yang berpartisipasi dalam blockchain memverifikasi keabsahan transaksi tersebut. Verifikasi ini dilakukan berdasarkan algoritma konsensus yang berbeda tergantung pada jenis blockchain, seperti Proof of Work (PoW) atau Proof of Stake (PoS). Proses verifikasi ini memastikan bahwa transaksi sesuai dengan aturan yang telah ditentukan dan tidak ada upaya penipuan, seperti double-spending (menggunakan uang yang sama lebih dari sekali).

3. Pembentukan Blok

Setelah diverifikasi, transaksi tersebut dikumpulkan bersama transaksi lainnya yang juga telah diverifikasi dalam periode waktu yang sama. Transaksi-transaksi ini kemudian digabungkan menjadi sebuah blok baru. Blok ini berisi data transaksi, cap waktu (timestamp), dan referensi ke blok sebelumnya melalui hash kriptografi, yang berfungsi sebagai "sidik jari" digital dari blok tersebut.

4. Penambahan Blok ke Blockchain

Blok yang telah terbentuk kemudian ditambahkan ke rantai blok yang sudah ada, membentuk urutan kronologis yang tidak dapat diubah. Setiap blok baru yang ditambahkan memperkuat keamanan seluruh rantai karena setiap blok terhubung satu sama lain secara kriptografis. Jika ada upaya untuk mengubah informasi dalam satu blok, maka seluruh blok berikutnya dalam rantai juga harus diubah, yang membutuhkan konsensus dari seluruh jaringan.

5. Distribusi dan Pembaruan

Setelah blok baru ditambahkan ke blockchain, salinan rantai yang diperbarui ini didistribusikan ke semua node di jaringan. Ini memastikan bahwa semua peserta memiliki salinan blockchain yang sama dan konsisten, menjaga integritas data di seluruh jaringan.

6. Keamanan dan Desentralisasi

Karena tidak ada satu entitas pun yang mengontrol seluruh blockchain, keamanan dijamin melalui desentralisasi dan konsensus jaringan. Selain itu, penggunaan kriptografi dalam setiap transaksi dan blok membuat data yang tersimpan di dalam blockchain hampir mustahil untuk diubah tanpa terdeteksi oleh seluruh jaringan.

7. Transparansi dan Akuntabilitas

Setiap transaksi yang terjadi di blockchain dapat dilihat oleh semua peserta dalam jaringan, meningkatkan transparansi dan akuntabilitas. Data dalam blockchain juga dapat diakses kapan saja, yang membuatnya ideal untuk audit dan pelacakan riwayat transaksi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya