Mengenal Macam-macam Dermatitis, Apa Saja Penyebabnya?

Meskipun umumnya bersifat tidak berbahaya, dermatitis bisa sangat mengganggu kehidupan sehari-hari penderitanya.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 28 Agu 2024, 16:30 WIB
Diterbitkan 28 Agu 2024, 16:30 WIB
Dermatitis Atopik
Dermatitis Atopik

Liputan6.com, Jakarta Dermatitis yang sering disebut juga eksim, adalah kondisi kulit yang ditandai dengan peradangan yang menyebabkan berbagai gejala mengganggu, seperti ruam kemerahan, gatal, kekeringan, dan pengelupasan. Meskipun umumnya bersifat tidak berbahaya, dermatitis bisa sangat mengganggu kehidupan sehari-hari penderitanya.

Gejala dermatitis sering kali dimulai dengan rasa gatal yang intens, yang membuat penderitanya sulit menahan diri dari menggaruk. Ini bisa menyebabkan kulit terluka, dan luka terbuka berisiko terinfeksi oleh bakteri, yang dapat memperburuk kondisi. 

Dalam beberapa kasus, dermatitis dapat menyebabkan timbulnya gelembung berisi cairan (blister) atau retakan yang dalam dan nyeri pada kulit (fisura). Berikut ulasan lebih lanjut tentang macam-macam dermatitis dan penyebabnya yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (28/8/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


1. Dermatitis Atopik

Fakta Seputar Dermatitis Atopik
Fakta Seputar Dermatitis Atopik (sumber: iStockphoto)

Dermatitis atopik adalah jenis dermatitis yang paling sering dijumpai, terutama pada anak-anak di bawah usia 5 tahun. Meskipun gejalanya biasanya membaik seiring bertambahnya usia anak, dermatitis ini sering kali berkaitan dengan faktor genetik, kulit kering, gangguan imun, dan faktor lingkungan. 

Ciri khas dari dermatitis atopik meliputi ruam merah, gatal, kering, dan bersisik yang muncul pada area wajah, kulit kepala, dan lipatan kulit seperti lipatan siku dan bagian belakang lutut. Terkadang, dermatitis ini juga dapat menimbulkan gelembung kecil yang mengeluarkan cairan jernih. 

Gejala dermatitis atopik bisa memburuk akibat paparan bahan kimia tertentu atau alergen, seperti gigitan tungau dan makanan tertentu. Riwayat asma atau rhinitis alergi dalam keluarga sering kali ditemukan pada penderita dermatitis atopik.

2. Dermatitis Kontak

Dermatitis kontak terbagi menjadi dua tipe utama, dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi. Dermatitis kontak iritan terjadi ketika kulit mengalami iritasi akibat paparan bahan kimia tertentu yang merusak jaringan kulit, seperti dalam detergen, cairan pembersih rumah tangga, atau sabun. Gejalanya bisa muncul setelah satu kali paparan zat iritan yang sangat kuat atau setelah berulang kali terpapar zat iritan yang lebih lemah.

Sebaliknya, dermatitis kontak alergi muncul ketika kulit terpapar bahan yang memicu reaksi alergi, seperti nikel, lateks, jelatang, produk makeup, atau bahan perhiasan tertentu. Gejala dermatitis kontak alergi biasanya muncul dalam waktu 48–96 jam setelah kulit terpapar bahan pemicu alergi dan bisa muncul di berbagai bagian tubuh, termasuk tangan, kaki, leher, badan, dan puting payudara.


3. Dermatitis Dishidrotik

Penyakit Dermatitis
Penyakit Dermatitis / Sumber: iStockphoto

Dermatitis dishidrotik dikenal dengan gejala utama berupa munculnya gelembung kecil berisi cairan (blister) pada jari serta telapak tangan atau kaki. Blister ini dapat menyebabkan nyeri yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Setelah 2–3 minggu, blister biasanya akan menghilang dan meninggalkan kulit yang kering dan pecah-pecah. 

Dermatitis dishidrotik sering kali dipicu oleh suhu panas yang menyebabkan tangan atau kaki berkeringat berlebih dan menjadi kering. Jenis dermatitis ini juga lebih rentan dialami oleh pekerja yang sering terpapar cairan, seperti tukang cuci, petugas kebersihan, atau pekerja salon.

4. Dermatitis Numularis

Dermatitis numularis, juga dikenal sebagai dermatitis numular, ditandai dengan munculnya ruam atau blister yang berkelompok dalam jumlah banyak, disertai rasa gatal dan nyeri. Jenis dermatitis ini cenderung lebih sering terjadi pada pria berusia 55–65 tahun, sementara wanita biasanya mengalami kondisi ini pada usia 15–25 tahun. 

Dermatitis numularis jarang terjadi pada anak-anak. Penyebab pasti dermatitis numularis belum diketahui, tetapi beberapa faktor pemicu yang dapat berkontribusi termasuk paparan nikel dan formalin, penggunaan obat-obatan tertentu, dermatitis jenis lain, infeksi kulit, atau cedera pada kulit.


5. Neurodermatitis

Dermatitis Numularis - KlikDokter.com (ARTFULLY PHOTOGRAPHER/Shutterstock)
Dermatitis Numularis - KlikDokter.com (ARTFULLY PHOTOGRAPHER/Shutterstock)

Neurodermatitis dimulai dengan rasa gatal yang intens pada area tertentu seperti tangan, kaki, belakang telinga, belakang leher, atau alat kelamin. Gatal ini dapat memburuk terutama saat penderita tidur atau mengalami stres berat. 

Penderita neurodermatitis cenderung menggaruk area yang gatal secara terus-menerus, yang menyebabkan kulit menjadi tebal, kemerahan atau keunguan, dan tampak keriput. Kondisi ini sering kali terkait dengan gangguan pada sistem saraf dan respons kulit terhadap stres atau iritasi kronis.

6. Dermatitis Stasis

Dermatitis stasis terjadi akibat ketidakmampuan pembuluh darah (vena) di tungkai untuk mendorong darah kembali ke jantung secara efektif. Hal ini menyebabkan penumpukan cairan di area tungkai, yang memicu pembengkakan dan rasa nyeri. Selain itu, dermatitis stasis sering disertai dengan timbulnya varises. 

Kulit di sekitar vena yang menonjol (varises) dapat berubah warna menjadi lebih gelap, lebih kering, pecah-pecah, atau bahkan mengalami luka (ulkus vena). Kondisi ini umumnya terkait dengan masalah sirkulasi darah yang kronis dan memerlukan perhatian medis untuk pengelolaan yang tepat.


7. Dermatitis Seboroik

Dermatitis seboroik
Sumber: today.com

Dermatitis seboroik ditandai dengan sisik kekuningan yang sering muncul pada area kulit yang berminyak. Pada bayi, kondisi ini dikenal sebagai cradle cap, di mana sisik kekuningan yang tebal dapat terbentuk pada kulit kepala. Meskipun tidak berbahaya, cradle cap bisa membuat kulit kepala bayi tampak kasar dan tidak nyaman.

Pada orang dewasa, dermatitis seboroik sering kali menyebabkan ketombe yang membandel dan sisik kekuningan yang tidak hanya terbatas pada kulit kepala tetapi juga dapat meluas ke area wajah seperti alis, sekitar hidung, dan telinga. Gejala ini dapat menyebabkan rasa gatal dan ketidaknyamanan.

Penyebab dermatitis seboroik umumnya terkait dengan pertumbuhan berlebihan dari jamur yang secara alami hidup di permukaan kulit. Jamur ini, khususnya Malassezia, dapat menyebabkan peradangan dan pengelupasan kulit yang berlebihan.

Pengobatan dermatitis seboroik biasanya melibatkan penggunaan sampo khusus yang mengandung bahan antijamur seperti ketoconazole atau selenium sulfida. Selain itu, obat-obatan antijamur juga dapat diresepkan untuk mengatasi infeksi jamur yang menyebabkan gejala. Perawatan yang konsisten dan tepat dapat membantu mengurangi gejala dan mencegah kekambuhan.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya