Liputan6.com, Jakarta Republik Malta adalah sebuah negara kepulauan kecil di Eropa Selatan yang terletak di tengah Laut Mediterania, memiliki sejarah panjang dan budaya yang kaya. Dengan luas wilayah hanya sekitar 316 kilometer persegi, Malta terdiri dari tiga pulau utama yakni Malta, Gozo, dan Comino. Meskipun ukurannya kecil, negara ini menawarkan keindahan alam yang menakjubkan, situs bersejarah yang mengesankan, dan kehidupan perkotaan yang dinamis.
Malta memiliki posisi strategis yang telah membuatnya menjadi titik penting dalam sejarah Eropa dan Mediterania selama ribuan tahun. Negara ini telah dikuasai oleh berbagai peradaban, termasuk Fenisia, Romawi, Arab, Norman, dan Inggris, yang masing-masing meninggalkan jejak budaya yang masih terlihat hingga saat ini. Bahasa resmi Malta adalah bahasa Malta dan bahasa Inggris, mencerminkan warisan kolonial dan pengaruh internasional negara ini.
Ekonomi Malta bertumpu pada sektor jasa, dengan pariwisata, jasa keuangan, dan industri game online menjadi kontributor utama. Negara ini terkenal dengan pantai-pantai indahnya, arsitektur bersejarah, dan festival budaya yang meriah, menjadikannya tujuan wisata populer di Eropa. Sebagai anggota Uni Eropa sejak 2004, Malta telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang stabil dan peningkatan standar hidup, meskipun juga menghadapi tantangan seperti kepadatan penduduk dan ketergantungan pada impor.
Advertisement
Berikut ini Liputan6.com ulas mengenai Republik Malta dan fakta menariknya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Kamis (29/8/2024).
Mengenal Negara Republik Malta
Republik Malta adalah sebuah negara kepulauan kecil yang terletak di jantung Laut Mediterania, sekitar 80 kilometer di selatan Sisilia, Italia, dan 284 kilometer di timur Tunisia. Negara ini terdiri dari tiga pulau utama yang dihuni, yakni Malta (pulau terbesar), Gozo, dan Comino, serta beberapa pulau kecil tidak berpenghuni. Dengan total luas wilayah sekitar 316 kilometer persegi, Malta merupakan salah satu negara terkecil di dunia dan negara terkecil di Uni Eropa berdasarkan luas wilayah.
Meskipun kecil dalam ukuran, Malta memiliki populasi yang cukup padat. Menurut data terbaru dari Worldometer, yang diperbarui pada tahun 2023, populasi Malta diperkirakan mencapai 518,536 jiwa. Angka ini menjadikan Malta sebagai salah satu negara dengan kepadatan penduduk tertinggi di dunia, dengan sekitar 1,641 jiwa per kilometer persegi. Kepadatan penduduk ini terutama terkonsentrasi di pulau Malta, yang merupakan pusat ekonomi dan pemerintahan negara.
Lokasi strategis Malta di tengah Laut Mediterania telah memainkan peran penting dalam sejarah dan perkembangan negara ini. Posisinya yang berada di persimpangan antara Eropa, Afrika Utara, dan Timur Tengah telah menjadikan Malta sebagai titik penting dalam perdagangan dan strategi militer selama ribuan tahun.
Advertisement
Fakta Menarik Negara Republik Malta
1. Sistem Pemerintahan
Malta menganut sistem pemerintahan Republik dengan struktur parlementer yang memiliki kemiripan dengan model Westminster. Negara kepulauan ini mencatatkan prestasi unik dalam hal partisipasi pemilih, menempati posisi kedua tertinggi di dunia dan tertinggi di antara negara-negara tanpa kewajiban memilih, berdasarkan data pemilihan majelis rendah nasional dari tahun 1960 hingga 1995. Tingginya tingkat partisipasi ini mencerminkan kuatnya tradisi demokrasi dan kesadaran politik warga Malta.
Parlemen Malta bersifat unikameral, terdiri dari Presiden Malta dan Dewan Perwakilan Rakyat. Presiden, yang sebagian besar menjalankan fungsi seremonial, dipilih untuk masa jabatan lima tahun melalui resolusi Dewan Perwakilan Rakyat. Saat ini, posisi Presiden Republik dijabat oleh George Vella, yang diangkat pada tahun 2019 setelah mendapat dukungan bersama dari Partai Buruh yang berkuasa dan Partai Nasionalis sebagai oposisi, menunjukkan adanya konsensus politik dalam pemilihan kepala negara.
2. Sejarah Terbentuknya
Sejarah Malta terbentang jauh ke masa lampau, dengan bukti hunian manusia yang dapat ditelusuri hingga sekitar 5900 SM, ketika para pemukim dari Sisilia pertama kali mendiami kepulauan ini. Era Neolitik di Malta ditandai dengan kehadiran struktur Megalitik yang menakjubkan, berasal dari sekitar 3600 SM, seperti yang dapat dilihat pada situs-situs bersejarah di Bugibba, Mnajdra, Ġgantija, dan lokasi lainnya. Keberadaan struktur-struktur ini menjadi bukti akan tingginya tingkat peradaban dan kecanggihan teknik arsitektur masyarakat prasejarah Malta.
Bangsa Fenisia menjadikan Malta sebagai koloni mereka antara tahun 800 dan 700 SM, membawa serta pengaruh bahasa dan budaya Semit ke kepulauan ini. Mereka memanfaatkan lokasi strategis Malta sebagai basis terdepan untuk memperluas eksplorasi laut dan aktivitas perdagangan di wilayah Mediterania. Dominasi ini berlanjut hingga penerus mereka, Kartago, digulingkan oleh kekaisaran Romawi pada 216 SM, dengan bantuan penduduk lokal Malta yang menginginkan perubahan.
Setelah era Romawi, Malta berada di bawah kekuasaan Bizantium sebelum akhirnya diserang oleh Aghlabid pada tahun 870 M. Meskipun nasib penduduk asli pasca invasi Arab tidak terdokumentasi dengan jelas, namun terdapat indikasi bahwa pulau-pulau ini kembali dihuni pada awal milenium kedua oleh pemukim dari Sisilia yang telah berada di bawah pengaruh Arab. Para pendatang baru ini membawa serta bahasa Siculo-Arab, yang kemudian menjadi cikal bakal bahasa Malta modern.
3. Pernah menjadi Bagian Afrika
Valletta, ibu kota Malta, memiliki keunikan sebagai salah satu kota Eropa pertama yang direncanakan pembangunannya secara sistematis. Perencanaan kota ini dimulai pada tahun 1564, ketika Malta berada di bawah pemerintahan Ksatria St. John. Sebelum kedatangan para ksatria, area ini hanyalah lahan tandus dengan sebuah menara pengawas kecil bernama St. Elmo. Para Ksatria merancang kota ini sebagai benteng pertahanan sekaligus tempat perawatan bagi tentara dan peziarah yang terluka selama Perang Salib di abad ke-16. Dengan luas area yang relatif kecil, Valletta kini menyandang status sebagai salah satu ibu kota terkecil di Eropa, namun kaya akan sejarah dan warisan budaya.
Dari perspektif geologi, Malta memiliki sejarah yang menarik. Sekitar 17 ribu tahun yang lalu, kepulauan ini merupakan bagian dari punggungan bawah laut yang menghubungkan Afrika Utara dengan Sisilia. Namun, perubahan iklim dan naiknya permukaan air laut telah menenggelamkan sebagian besar punggungan ini, menyisakan Malta sebagai kelompok pulau yang terisolasi. Bukti akan koneksi masa lalu Malta dengan benua Afrika dan Eropa dapat dilihat dari penemuan arkeologis berupa fosil hewan-hewan yang kini punah di wilayah tersebut, termasuk gajah kerdil dan kuda nil. Penemuan ini memberikan wawasan berharga tentang evolusi geografi dan ekologi Mediterania selama ribuan tahun terakhir.
4. Terkenal dengan Lebah Madunya
Malta dijuluki Μελίτη (Melitē) oleh Yunani kuno, berarti 'madu manis', karena produksi madu uniknya dari lebah apis mellifera ruttneri. Romawi menyebutnya Melita. Lebah ini, subspesies lebah madu barat berwarna hitam, beradaptasi dengan baik terhadap iklim Malta. Lebah ini berkembang biak sepanjang tahun, responsif terhadap musim lokal. Mereka sangat defensif terhadap ancaman dan bisa agresif.
5. Destinasi Wisata Eksotis
Malta populer di kalangan wisatawan Eropa dengan iklim hangat dan situs bersejarahnya. Tiga Situs Warisan Dunia UNESCO termasuk Valletta dan tujuh kuil megalitik menjadi daya tarik utama. Valletta, ibu kota Malta, dikelilingi benteng abad ke-16 yang masih berfungsi. Kota ini unik dengan bangunan batu karang kekuningan, 80% masih orisinal. Wisatawan dapat mengunjungi Grand Harbour, Marxamsell Harbour, dan Katedral Saint John. Di Pulau Gozo, terdapat desa 'Popeye' dengan bangunan kayu warna-warni di tepi pantai. Wisatawan dapat menikmati perjalanan perahu, trampolin air, berjemur, dan mencicipi kuliner serta wine lokal.