Ucapan Manis yang Menyakitkan, Hati-Hati dengan 7 Kalimat Ini

Kalimat menyakitkan itu apa saja?

oleh Mochamad Rizal Ahba Ohorella diperbarui 24 Sep 2024, 09:42 WIB
Diterbitkan 24 Sep 2024, 09:42 WIB
Fimela - Mood
Kata-kata manis yang malah menyakiti perasaan orang lain/copyright fimela/daniel kampua

Liputan6.com, Jakarta Kata-kata memiliki kekuatan yang luar biasa. Meskipun terdengar manis dan dipenuhi dengan pujian, terkadang ucapan seseorang justru dapat merendahkan orang lain tanpa disadari. Kalimat-kalimat ini sering kali diucapkan dengan sopan atau lembut, namun jika diperhatikan lebih dalam, terdapat unsur tersirat yang membuat penerimanya merasa tidak nyaman atau bahkan diremehkan.

Dalam berbagai situasi sosial, anda mungkin sering mendengar atau bahkan mengucapkan kalimat-kalimat yang terdengar baik dan penuh perhatian. Namun, penting untuk menyadari bahwa tidak semua kata-kata yang terdengar manis memiliki maksud yang tulus. Ada kalanya, di balik senyuman dan nada lembut, tersembunyi pesan-pesan yang bisa melukai perasaan orang lain. Tindakan ini sering kali terjadi tanpa disadari oleh si pengucap, tetapi dampaknya bisa sangat signifikan bagi penerima.

Untuk membantu agar lebih waspada dalam berkomunikasi, mari lihat beberapa contoh kalimat manis yang sebenarnya merendahkan orang lain. Dengan memahami dan mengenali kalimat-kalimat ini, anda bisa lebih berhati-hati dalam memilih kata-kata dan memastikan bahwa niat baik anda benar-benar tersampaikan dengan cara yang tepat dan tidak menyakiti perasaan orang lain, dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa (24/9/2024). 

Kalimat yang Harus Dihindari

Fimela - Mood
Kalimat yang kurang menyenangkan/copyright fimela/daniel kampua

1. Wah, untuk ukuranmu, itu sudah sangat baik!

Kalimat ini seolah-olah merupakan pujian, namun sebenarnya menyiratkan keterbatasan kemampuan seseorang. Ungkapan seperti "untuk ukuran kamu" atau "dengan kemampuanmu" mengindikasikan bahwa orang yang diberikan pujian dianggap tidak cukup kompeten, sehingga pencapaiannya dinilai lebih rendah.

Sebagai contoh, jika seseorang mengatakan ini kepada rekan kerja yang berhasil menyelesaikan proyek besar, seolah-olah mereka tidak percaya bahwa orang tersebut mampu melakukannya dengan baik. Mengapa ini merendahkan? Kalimat ini mengandung penilaian tersembunyi bahwa orang tersebut tidak diharapkan mencapai sesuatu yang lebih baik dari standar yang sudah ditetapkan.

2. Kamu pintar juga ya, padahal biasanya...!

Pujian yang menyelipkan kata "padahal" atau "biasanya" memberi kesan bahwa si pemberi pujian tidak memiliki ekspektasi tinggi terhadap orang tersebut. Misalnya, mengatakan seseorang melakukan sesuatu dengan baik "padahal biasanya" dia dianggap kurang pandai dalam kalimat itu, secara tidak langsung merendahkan mereka. Kalimat ini membandingkan kesuksesan yang jarang terjadi dengan kegagalan yang dianggap lebih umum, seolah-olah sukses tersebut adalah suatu yang mengejutkan dan tidak biasa.

3. Eggak nyangka kamu bisa, lho!

Kalimat ini sering kali diucapkan dengan niat baik, sebagai bentuk kekaguman, tetapi sebenarnya menyiratkan bahwa orang tersebut dianggap tidak mampu sebelumnya. Ucapan ini lebih fokus pada keheranan pemberi komentar daripada pada pencapaian yang sebenarnya.

Akibatnya, penerima ucapan bisa merasa diremehkan, karena pencapaiannya dipandang sebagai sesuatu yang tidak terduga atau langka. Rasa kaget yang diekspresikan menunjukkan bahwa orang tersebut awalnya tidak dipercaya mampu melakukannya, yang bisa mengurangi penghargaan terhadap kerja kerasnya.

Apa aja Kalimat yang Menyakitkan

Fimela - Mood
Kalimat yang tampak manis ini ternyata membuat orang lain merasa tidak nyaman/copyright fimela/daniel kampua

4. Sebagai seorang perempuan, kamu luar biasa!

Pujian yang didasarkan pada gender, seperti ini, secara langsung menghubungkan kesuksesan seseorang dengan stereotip gender mereka. Kalimat semacam ini seolah-olah menyiratkan bahwa prestasi tertentu jarang terjadi pada kelompok tertentu, sehingga keberhasilan individu tersebut dilihat sebagai pengecualian yang langka. Dengan menyoroti gender, kalimat ini menempatkan kesuksesan orang tersebut sebagai sesuatu yang tidak biasa atau luar biasa, bukan hasil dari kemampuan atau usaha mereka.

5. Kamu keren banget, enggak kelihatan kalau kamu dari kampung.

Pujian seperti ini sebenarnya mengandung stereotip yang merendahkan tentang orang yang berasal dari daerah pedesaan atau tempat yang dianggap kurang maju. Alih-alih mengakui keberhasilan seseorang, ucapan ini malah memperkuat stigma negatif terhadap asal-usul mereka. Orang tersebut dipuji bukan karena pencapaian mereka, tetapi karena dianggap “melampaui” ekspektasi rendah yang terkait dengan asal-usul mereka.

 

Kata Manis Tapi Ternyata Menyakitkan

Ilustrasi tertawa, lucu
Ilustrasi tertawa, lucu. (Foto oleh Arina Krasnikova: https://www.pexels.com/id-id/foto/teman-teman-perempuan-senang-tersenyum-6299359/)

6. Untung kamu cantik, kalau enggak, enggak ada yang mau berteman sama kamu.

Ucapan ini sering terdengar sebagai candaan, tetapi menyiratkan bahwa penampilan fisik adalah satu-satunya kondisi yang membuat orang tersebut diterima di lingkungannya. Pujian ini secara tidak langsung merendahkan kualitas lain yang dimiliki oleh orang tersebut, seolah-olah hanya penampilannya yang berharga. Komentar seperti ini mengurangi nilai seseorang hanya pada penampilan luar, tanpa mengakui kualitas atau kemampuan mereka yang lain.

7. Wah, enggak nyangka orang sepertimu bisa sukses!

Kalimat ini mungkin diucapkan dengan maksud baik, tetapi terdengar sangat merendahkan. Kata “orang sepertimu” mengandung generalisasi yang mengecilkan potensi seseorang berdasarkan kategori tertentu, seperti penampilan, status sosial, atau latar belakang pendidikan. Ucapan ini menempatkan orang tersebut dalam kotak stereotip, seolah-olah mereka seharusnya tidak mampu mencapai tindakan yang lebih besar.

Sahabat, penting untuk diingat bahwa cara anda berbicara dan memuji orang lain memiliki dampak yang besar. Kalimat-kalimat yang terdengar manis namun mengandung unsur merendahkan sering kali datang dari asumsi atau bias yang tidak disadari. Oleh karena itu, lebih baik memberi pujian yang tulus tanpa menyisipkan kata-kata yang bisa menurunkan harga diri seseorang. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya