Liputan6.com, Jakarta Stres adalah respons alami tubuh terhadap tekanan atau tantangan, namun dalam kehidupan sehari-hari yang serba cepat, banyak orang yang mengalami stres berlebihan. Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap tingkat stres yang tinggi adalah kebiasaan atau sikap yang di pertahankan. Kebiasaan ini, meskipun tampaknya sepele, dapat mempengaruhi kesejahteraan mental dan emosional anda secara signifikan.
Dengan memahami kebiasaan-kebiasaan ini, anda dapat mengambil langkah-langkah untuk mengurangi stres dan meningkatkan kualitas hidup. Kebiasaan buruk yang sering kali tidak disadari bisa menjadi pemicu utama stres. Misalnya, kebiasaan menunda pekerjaan dapat menyebabkan penumpukan tugas yang akhirnya menimbulkan tekanan.
Baca Juga
Selain itu, kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain, terutama di era media sosial, dapat membuat seseorang merasa tidak puas dengan diri sendiri. Oleh karena itu, penting untuk mengenali dan mengubah kebiasaan-kebiasaan ini agar dapat menjalani hidup yang lebih tenang dan bahagia. Berikut ini adalah lima kebiasaan yang sering membuat orang mudah merasa stres dalam kehidupan sehari-hari, dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis(3/10/2024).
Advertisement
1. Kesempurnaan
Perfeksionisme adalah sikap atau keinginan untuk mencapai kesempurnaan dalam setiap apa yang dikerjakan. Orang yang memiliki sifat perfeksionis sering kali menetapkan standar yang sangat tinggi, bahkan kadang tidak realistis, untuk diri mereka sendiri. Mereka merasa harus selalu melakukan segala sesuatu dengan sempurna dan tanpa kesalahan sedikit pun.
Sikap ini bisa menyebabkan stres karena perfeksionis sering merasa cemas dan khawatir jika hasil yang dicapai tidak sesuai dengan standar mereka. Mereka juga cenderung mengkritik diri sendiri secara berlebihan saat melakukan kesalahan, yang dapat menurunkan rasa percaya diri dan meningkatkan tekanan mental. Perfeksionisme juga dapat membuat seseorang merasa kewalahan karena mereka sering kali berusaha melakukan terlalu banyak tindakan sekaligus untuk mencapai kesempurnaan.
Advertisement
2. Ketidakmampuan dalam Manajemen Waktu
Kesulitan dalam mengatur waktu sering kali menjadi penyebab lain dari stres. Individu yang tidak mampu mengelola waktu dengan efektif cenderung menunda pekerjaan, yang akhirnya memaksa mereka untuk bekerja lebih keras dalam waktu yang lebih singkat untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka.Kondisi ini dapat menimbulkan perasaan tertekan dan cemas karena mereka merasa kekurangan waktu untuk menyelesaikan semua yang perlu dilakukan.
Selain itu, ketidakmampuan dalam manajemen waktu dapat mengakibatkan ketidakseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, yang berdampak pada kesehatan mental dan fisik. Mereka yang tidak mahir mengatur waktu sering kali merasa selalu sibuk dan tidak memiliki waktu untuk bersantai atau menikmati kegiatan yang mereka sukai, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kelelahan dan stres.
3. Pandangan Negatif
Ketika seseorang memiliki sikap pesimis, atau cenderung melihat sisi negatif dari segala sesuatu, sikap ini dapat menjadi salah satu faktor penyebab stres. Individu yang pesimis kerap kali terfokus pada tindakan yang salah atau berpotensi salah, yang membuat mereka merasa cemas dan khawatir tentang masa depan. Sikap seperti ini juga dapat membuat seseorang merasa putus asa dan tidak berdaya dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.
Pesimisme dapat memperburuk stres karena orang yang pesimis cenderung merasa bahwa situasi mereka tidak akan membaik, yang dapat mengurangi motivasi untuk mencari solusi atau mengambil tindakan positif. Selain itu, sikap pesimis dapat mempengaruhi hubungan interpersonal, karena orang yang pesimis mungkin sulit untuk mendukung atau mendapatkan dukungan dari orang lain, yang dapat meningkatkan perasaan kesepian dan isolasi.
Advertisement
4. Sulit Menolak Permintaan
Kesulitan untuk mengatakan "tidak" adalah sikap lain yang dapat memicu stres. Orang yang memiliki sikap ini sering kali merasa sulit menolak permintaan atau bantuan dari orang lain, bahkan ketika mereka sudah merasa terbebani dengan tanggung jawab mereka sendiri. Akibatnya, mereka sering kali menerima terlalu banyak tanggung jawab, yang dapat membuat mereka merasa kewalahan dan tertekan.
Sikap ini juga dapat menimbulkan konflik internal, karena orang yang sulit mengatakan "tidak" mungkin merasa bahwa mereka mengabaikan kebutuhan mereka sendiri demi memenuhi kebutuhan orang lain. Sikap ini dapat mengakibatkan perasaan frustrasi dan ketidakpuasan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan tingkat stres.
5. Kesulitan Mengendalikan Emosi
Mengelola emosi dengan efektif merupakan kunci untuk menjaga kesehatan mental dan mengurangi stres. Individu yang kesulitan dalam mengatur emosi mereka sering kali merasa terbebani oleh perasaan negatif seperti kemarahan, kecemasan, atau kesedihan. Ketidakmampuan ini dapat mengakibatkan reaksi emosional yang berlebihan terhadap situasi sulit atau mengecewakan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan tingkat stres.
Selain itu, ketidakmampuan dalam mengelola emosi dapat mempengaruhi hubungan dengan orang lain. Contohnya, seseorang yang sering marah atau mudah tersinggung mungkin memiliki hubungan yang tegang dengan rekan kerja, teman, atau anggota keluarga, yang dapat menambah beban stres dalam kehidupan mereka. Oleh karena itu, penting untuk belajar mengenali dan mengelola emosi dengan cara yang sehat, seperti menggunakan teknik relaksasi, meditasi, atau berbicara dengan seseorang yang dipercaya.
Advertisement