Liputan6.com, Jakarta Anak-anak yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sering kali menghadapi tantangan yang signifikan dalam perkembangan emosional, sosial, dan perilaku mereka. Trauma yang dialami akibat KDRT dapat berdampak jangka panjang, menyebabkan masalah seperti kecemasan, depresi, dan gangguan stres pasca-trauma (PTSD).
Untuk mendukung anak-anak yang mengalami trauma akibat KDRT, diperlukan strategi yang efektif dan holistik. Pendekatan yang komprehensif, yang melibatkan dukungan emosional, konseling profesional, serta lingkungan yang aman dan stabil, sangat penting dalam membantu mereka pulih dari trauma.
Selain itu, peran aktif dari orang tua, pengasuh, dan pendidik dalam memberikan dukungan yang konsisten dan penuh kasih dapat membantu anak-anak ini merasa lebih aman dan dihargai, sehingga mempercepat proses penyembuhan mereka. Simak informasi dibawah ini, dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber, Rabu (2/10/2024).
Advertisement
1. Membimbing anak dalam mengatur emosi
Orangtua perlu memberikan teladan dalam mengelola emosi dengan benar. Selain itu, penting bagi mereka menggunakan bahasa yang mendukung ketika anak mengekspresikan perasaannya. Dengan merespons secara empatik dan meyakinkan, orangtua bisa membantu menenangkan anak dan mendukung mereka dalam mengatasi gejala-gejala sulit yang muncul saat menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga.
Advertisement
2. Menciptakan suasana yang damai dan seimbang
Anak-anak yang mengalami trauma mungkin lebih peka terhadap elemen-elemen umum di sekitar mereka, seperti cahaya, suara, dan perubahan dalam struktur atau rutinitas sehari-hari. Kondisi ini terjadi karena trauma mempengaruhi perkembangan otak anak.
Pengaruh ini dapat membuat anak lebih sensitif terhadap perubahan lingkungan. Suasana yang lebih tenang dengan pencahayaan yang lembut dapat membantu mereka merasa lebih aman. Demikian juga, memberikan struktur dan rutinitas yang konsisten dapat membantu anak tetap tenang.
3. Temukan layanan konseling untuk anak-anak
Cari layanan untuk membantu anak-anak dalam mengelola respons emosional mereka akibat pengalaman ini. Konseling sering kali dibutuhkan bagi anak-anak yang telah menyaksikan atau menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga. Temukan layanan perawatan intensif di rumah yang bekerja sama dengan keluarga dan anak untuk menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan kekerasan dalam rumah tangga.
Advertisement
4. Hadapi perilaku menantang dengan pendekatan empatik, mendukung, dan sehat
Perilaku seorang anak bisa menjadi indikasi bahwa ia sedang menghadapi trauma dan membutuhkan rasa aman serta kontrol. Dengan merespons secara empatik dan menerapkan pendekatan suportif untuk menyelesaikan masalah perilaku yang menantang, anak-anak dapat mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk mengatur diri dan mengambil keputusan yang positif. Ini dapat membantu anak merasa lebih berdaya dan meningkatkan ketahanan mereka.
5. Luangkan waktu untuk anak-anakmu
Jika kamu merasa tidak ingin terlibat dalam aktivitas yang rumit seperti kerajinan tangan atau membuat kue, atau merasa tidak mampu melakukannya, kamu bisa memulainya dengan meluangkan waktu untuk setiap aktivitas sederhana.
Misalnya, duduk santai di tempat tidur mereka selama beberapa menit saat mencuci pakaian, ajukan pertanyaan tentang apa yang sedang mereka tonton atau baca, tanyakan pendapat mereka, atau bicarakan tentang keseharian mereka. Berikan perhatian penuh pada apa yang mereka katakan. Waktu dan perhatian adalah hadiah paling berharga yang bisa orangtua berikan kepada anak.
Advertisement