Liputan6.com, Jakarta Dalam era streaming yang semakin kompetitif, Netflix terus memimpin dengan menawarkan beragam series yang memikat jutaan penonton di seluruh dunia. Netflix series telah menjadi fenomena global, mengubah cara kita mengonsumsi konten dan membentuk percakapan budaya populer. Dari drama periode yang mewah hingga thriller sci-fi yang menggelitik imajinasi, Netflix series membuktikan daya tariknya yang luar biasa di berbagai genre.
Baca Juga
Advertisement
Popularitas Netflix series tidak hanya terlihat dari buzz di media sosial atau ulasan kritikus, tetapi juga tercermin dalam data viewership yang menakjubkan. Beberapa Netflix series telah mencapai angka tontonan yang fantastis, menunjukkan bahwa mereka bukan sekadar hiburan sesaat, melainkan telah menjadi bagian integral dari rutinitas menonton global. Fenomena ini menarik untuk dikaji lebih dalam, terutama untuk memahami apa yang membuat series-series ini begitu memikat dan mampu mempertahankan perhatian penonton dalam jangka waktu yang lama.
Kita akan menjelajahi 10 Netflix series paling populer berdasarkan data resmi per 29 September 2024. Kita akan menganalisis tidak hanya dari segi jumlah penonton (views), tetapi juga total jam tontonan (hours viewed) dan runtime, yang memberikan gambaran lebih komprehensif tentang seberapa mendalam series-series ini telah meresap ke dalam kehidupan penontonnya.Â
Mari kita selami dunia Netflix series yang menakjubkan ini dan temukan apa yang membuat mereka begitu istimewa dalam lanskap hiburan global yang terus berevolusi.
Berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari laman resmi Netflix, daftar 10 series Netflix paling populer, pada Rabu (2/10/2024).
1. Wednesday: Fenomena Gotik yang Mendunia
"Wednesday" Season 1 memukau dunia dengan pencapaian luar biasa, memimpin dalam jumlah penonton dengan angka fantastis 252,100,000 views. Meskipun berada di posisi kedua dalam total jam tontonan dengan 1,718,800,000 jam, popularitasnya tidak terbantahkan. Dengan runtime yang efisien selama 6 jam 49 menit, series ini berhasil menghadirkan pengalaman menonton yang padat dan memikat.
Kesuksesan "Wednesday" dapat diatribusikan pada beberapa faktor kunci. Pertama, reimaginasi karakter klasik Wednesday Addams yang segar dan kontemporer, namun tetap mempertahankan esensi gotik yang ikonik. Kedua, perpaduan unik antara humor gelap, misteri, dan cerita coming-of-age yang menciptakan daya tarik lintas generasi. Ketiga, kualitas produksi yang tinggi, didukung oleh akting memukau Jenna Ortega dan sentuhan kreatif Tim Burton, menghadirkan dunia visual yang kaya dan atmosfer yang menghipnotis.
Dampak kultural "Wednesday" melampaui layar kaca. Series ini memicu tren fashion gotik baru, menjadi inspirasi untuk berbagai konten di media sosial, dan bahkan memengaruhi musik populer dengan koreografi dansa viralnya. Fenomena "Wednesday" menunjukkan bagaimana sebuah Netflix series dapat menjadi lebih dari sekadar hiburan, tetapi juga katalis untuk gerakan budaya yang lebih luas, menegaskan posisinya sebagai salah satu produk budaya pop paling berpengaruh dalam beberapa tahun terakhir.
Advertisement
2. Stranger Things 4: Petualangan Supernatural yang Memukau
"Stranger Things 4" memimpin dalam total jam tontonan dengan angka menakjubkan 1,838,000,000 jam, menarik 140,700,000 penonton yang setia. Sebagai musim keempat dari franchise yang sangat dicintai, pencapaian ini membuktikan daya tahan dan daya tarik yang luar biasa dari series ini. Dengan runtime terpanjang di antara 10 series teratas, yaitu 13 jam 4 menit, "Stranger Things 4" menawarkan pengalaman storytelling yang mendalam dan ekspansif.
Kesuksesan berkelanjutan "Stranger Things" dapat dikaitkan dengan beberapa elemen kunci. Pertama, pengembangan narasi yang konsisten namun selalu segar, memperdalam mitologi series sambil memperkenalkan ancaman dan misteri baru. Kedua, pertumbuhan karakter yang natural, memungkinkan penonton untuk terus terhubung secara emosional dengan para tokoh yang telah mereka ikuti sejak musim pertama. Ketiga, peningkatan signifikan dalam skala dan kualitas efek visual, memberikan pengalaman sinematik yang semakin mendekati kualitas blockbuster Hollywood.
"Stranger Things 4" juga berhasil mempertahankan keseimbangan sempurna antara nostalgia 80-an yang menjadi ciri khas series ini dengan inovasi storytelling modern. Dampak kulturalnya terasa jauh melampaui layar, memengaruhi musik, fashion, dan bahkan mendorong tren pariwisata ke lokasi-lokasi syuting. Fenomena "Stranger Things" menunjukkan bagaimana sebuah Netflix series dapat berkembang menjadi franchise global yang kuat, menciptakan dunia dan komunitas penggemar yang setia di sekitarnya.
3. DAHMER: Kontroversi yang Memikat Penonton
"DAHMER: Monster: The Jeffrey Dahmer Story" mencatat prestasi mengesankan dengan 1,031,100,000 jam tontonan dan 115,600,000 penonton. Meskipun diselimuti kontroversi, series yang mengangkat kisah nyata pembunuh berantai Jeffrey Dahmer ini berhasil menarik perhatian global. Dengan runtime 8 jam 55 menit, series ini memberikan eksplorasi mendalam tentang salah satu kasus kriminal paling terkenal dalam sejarah Amerika.
Daya tarik "DAHMER" dapat dijelaskan melalui beberapa aspek. Pertama, fascinasi publik yang berkelanjutan terhadap kisah-kisah true crime, terutama yang melibatkan pembunuh berantai. Kedua, pendekatan naratif yang kompleks, yang tidak hanya berfokus pada kejahatan Dahmer, tetapi juga menggali aspek psikologis, sosial, dan sistemik yang berkontribusi pada terjadinya kejahatan tersebut. Ketiga, akting yang luar biasa dari para pemeran, terutama Evan Peters dalam peran utama, yang memberikan kedalaman dan nuansa pada karakter yang sangat kontroversial.
Namun, popularitas "DAHMER" juga memicu perdebatan penting tentang etika dalam menggambarkan kejahatan nyata di media hiburan. Diskusi seputar viktimisasi sekunder, sensasionalisasi kejahatan, dan representasi komunitas yang terdampak menjadi topik hangat di kalangan kritikus dan penonton. Kontroversi ini, alih-alih meredam popularitas series, justru berkontribusi pada peningkatan minat publik dan menciptakan dialog yang lebih luas tentang peran media dalam membahas kejahatan nyata.
Advertisement
4. Bridgerton: Romansa Periode yang Konsisten Memikat
Franchise "Bridgerton" menunjukkan konsistensi luar biasa dengan tiga musimnya masuk dalam daftar 10 besar. Season 1 mencatat 929,300,000 jam tontonan dengan 113,300,000 penonton, Season 3 mengumpulkan 846,500,000 jam dengan 106,000,000 penonton, dan Season 2 menarik 797,200,000 jam tontonan dari 93,800,000 penonton. Pencapaian ini membuktikan daya tahan dan daya tarik universal dari drama romansa periode yang dieksekusi dengan brilian.
Kesuksesan "Bridgerton" dapat diatribusikan pada beberapa faktor kunci. Pertama, adaptasi yang cerdas dari novel-novel populer Julia Quinn, menawarkan fondasi cerita yang kuat dengan twist modern yang segar. Kedua, produksi visual yang memukau, dari kostum yang menakjubkan hingga set desain yang mewah, menciptakan dunia yang indah dan mengundang untuk dieksplorasi. Ketiga, casting yang beragam dan inklusif, mendobrak batasan tradisional drama periode dan menawarkan representasi yang lebih luas.
Setiap musim "Bridgerton" berhasil mempertahankan esensi yang dicintai penonton sambil memperkenalkan elemen-elemen baru yang menjaga kesegaran cerita. Dampak kultural "Bridgerton" terasa jauh melampaui layar kaca, memengaruhi tren fashion, mendorong minat baru terhadap era Regency, dan bahkan meningkatkan popularitas genre romansa historis secara keseluruhan. Kesuksesan franchise ini menunjukkan kemampuan Netflix dalam membangun dan mempertahankan IP yang kuat, yang dapat terus berkembang dan menarik penonton baru dari waktu ke waktu.
5. The Queen
"The Queen's Gambit: Limited Series" mencatatkan prestasi mengesankan dengan 746,400,000 jam tontonan dan 112,800,000 penonton. Dengan runtime yang efisien selama 6 jam 37 menit, series terbatas ini berhasil mengubah permainan catur menjadi drama yang memikat dan relevan secara global. Kesuksesan "The Queen's Gambit" membuktikan bahwa cerita yang dieksekusi dengan baik dapat menarik penonton massal, bahkan dengan tema yang mungkin dianggap niche.
Beberapa faktor berkontribusi pada popularitas luar biasa "The Queen's Gambit". Pertama, narasi yang kuat yang memadukan cerita coming-of-age dengan dunia kompetitif catur, menciptakan tensi dramatis yang memikat. Kedua, penampilan memukau Anya Taylor-Joy sebagai Beth Harmon, yang membawa kedalaman dan kompleksitas pada karakter utama. Ketiga, desain produksi yang menakjubkan, menghidupkan kembali era 1950-an dan 1960-an dengan detail yang memukau, menciptakan estetika visual yang khas dan menarik.
Dampak "The Queen's Gambit" melampaui dunia hiburan. Series ini memicu lonjakan minat global terhadap catur, dengan peningkatan signifikan dalam penjualan set catur dan pendaftaran di klub-klub catur online. Selain itu, series ini juga mendorong diskusi penting tentang kesetaraan gender dalam olahraga pikiran dan pentingnya kesehatan mental dalam kompetisi tingkat tinggi. Kesuksesan "The Queen's Gambit" menunjukkan bagaimana sebuah Netflix series dapat menjadi fenomena budaya yang mempengaruhi tren dan perilaku di dunia nyata.
Advertisement
6. The Night Agent: Thriller Politik yang Menegangkan
"The Night Agent: Season 1" berhasil menarik perhatian dengan 803,200,000 jam tontonan dan 98,200,000 penonton. Dengan runtime 8 jam 11 menit, series thriller politik ini membuktikan daya tarik genre spy-thriller yang tak pernah pudar. Kesuksesan "The Night Agent" menunjukkan bahwa penonton masih haus akan cerita-cerita intrik politik dan aksi yang menegangkan.
Beberapa elemen kunci berkontribusi pada popularitas "The Night Agent". Pertama, plot yang kompleks dan penuh dengan konspirasi, menjaga penonton terus menebak-nebak hingga akhir. Kedua, aksi yang dieksekusi dengan baik dan adegan-adegan tegang yang memberikan adrenalin yang dibutuhkan dalam genre ini. Ketiga, karakter-karakter yang relatable dan berkembang, memungkinkan penonton untuk terhubung secara emosional dengan para tokoh.
"The Night Agent" juga berhasil mengangkat tema-tema yang relevan dengan isu-isu kontemporer seputar keamanan nasional dan politik, memberikan kedalaman pada narasi yang melampaui aksi permukaan. Kesuksesan musim pertama ini membuka peluang untuk pengembangan franchise yang lebih luas, menunjukkan strategi Netflix dalam membangun IP yang kuat dan berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut dalam musim-musim berikutnya.
7. Fool Me Once: Misteri yang Menguras Pikiran
"Fool Me Once: Limited Series" mencatat prestasi mengesankan dengan 629,800,000 jam tontonan dan 98,200,000 penonton. Dengan runtime yang efisien selama 6 jam 25 menit, series thriller misteri ini membuktikan daya tarik cerita-cerita penuh twist yang mampu menjaga penonton tetap terpaku hingga kredit terakhir. Kesuksesan "Fool Me Once" menegaskan popularitas genre thriller psikologis di platform streaming.
Beberapa faktor berkontribusi pada popularitas "Fool Me Once". Pertama, adaptasi yang kuat dari novel bestseller Harlan Coben, memberikan fondasi cerita yang solid dengan premis yang menarik. Kedua, struktur narasi yang kompleks, dengan penggunaan flashback dan sudut pandang yang beragam, menciptakan teka-teki yang menantang dan memikat. Ketiga, akting yang meyakinkan dari para pemeran utama, memberikan kedalaman pada karakter-karakter kompleks dalam cerita.
"Fool Me Once" juga berhasil mengeksplorasi tema-tema universal seperti kepercayaan, pengkhianatan, dan pencarian kebenaran, yang resonan dengan penonton luas. Series ini menunjukkan bagaimana Netflix dapat menghadirkan adaptasi novel thriller yang berkualitas tinggi, menarik baik penggemar buku maupun pencinta genre misteri. Kesuksesan "Fool Me Once" membuka jalan bagi lebih banyak adaptasi serupa di masa depan, memperkuat posisi Netflix sebagai rumah bagi konten thriller berkualitas.
Advertisement
8. Stranger Things 3: Konsistensi Kualitas yang Memukau
Beberapa elemen kunci berkontribusi pada kesuksesan berkelanjutan "Stranger Things 3". Pertama, pengembangan karakter yang konsisten, memungkinkan penonton untuk semakin terikat dengan para tokoh yang telah mereka ikuti sejak musim pertama. Kedua, peningkatan skala ancaman dan aksi, menawarkan stakes yang lebih tinggi dan adegan-adegan yang lebih spektakuler. Ketiga, keseimbangan sempurna antara elemen nostalgia 80-an yang menjadi ciri khas series ini dengan pengembangan mitologi dan plot yang segar.
"Stranger Things 3" juga berhasil mengeksplorasi dinamika hubungan antar karakter dengan lebih mendalam, terutama dalam konteks pertumbuhan remaja dan perubahan dinamika kelompok. Hal ini menambah lapisan emosional yang kuat pada narasi, membuat penonton semakin terikat dengan perjalanan para karakter. Musim ini juga memperkenalkan lokasi-lokasi baru seperti Starcourt Mall, yang tidak hanya menjadi latar yang menarik secara visual tetapi juga memperkaya worldbuilding series ini.
Kesuksesan "Stranger Things 3" menegaskan posisi franchise ini sebagai salah satu properti intelektual paling berharga bagi Netflix. Kemampuannya untuk terus menarik penonton dalam jumlah besar, bahkan di musim ketiga, menunjukkan potensi jangka panjang dari series ini. Hal ini juga membuktikan keefektifan strategi Netflix dalam mengembangkan dan mempertahankan franchise yang kuat, yang dapat terus berkembang dan menarik penonton baru dari waktu ke waktu.
9. Bridgerton: Season 2 - Romansa Periode yang Terus Memukau
"Bridgerton: Season 2" membuktikan daya tahan franchise ini dengan mencatatkan 797,200,000 jam tontonan dan 93,800,000 penonton. Dengan runtime 8 jam 30 menit, musim kedua ini menawarkan pengalaman menonton yang lebih panjang dan mendalam dibandingkan musim pertamanya. Kesuksesan berkelanjutan "Bridgerton" menunjukkan kemampuan Netflix dalam mempertahankan minat penonton terhadap drama romansa periode yang dieksekusi dengan brilian.
Beberapa faktor berkontribusi pada popularitas "Bridgerton: Season 2". Pertama, pengembangan karakter yang lebih mendalam, terutama fokus pada kisah cinta baru yang membawa dinamika segar ke dalam cerita. Kedua, eksplorasi lebih lanjut terhadap tema-tema sosial dan keluarga yang relevan, memberikan kedalaman pada narasi di luar aspek romansa. Ketiga, peningkatan dalam produksi visual, dari kostum yang semakin memukau hingga lokasi-lokasi syuting yang lebih beragam, memperkaya dunia "Bridgerton" yang sudah menawan.
Musim kedua ini juga berhasil mempertahankan elemen-elemen yang dicintai penonton dari musim pertama, seperti skandal sosial, intrik keluarga, dan komedi ringan, sambil memperkenalkan konflik dan karakter baru yang menjaga kesegaran cerita. Keberhasilan "Bridgerton: Season 2" dalam mempertahankan dan bahkan meningkatkan basis penontonnya membuktikan kekuatan franchise ini dan kemampuan Netflix dalam mengembangkan properti intelektual yang berkelanjutan.
Advertisement
10. Bridgerton: Season 3 - Evolusi yang Memikat
"Bridgerton: Season 3" melanjutkan kesuksesan franchise ini dengan mencatatkan 846,500,000 jam tontonan dan 106,000,000 penonton. Dengan runtime 7 jam 59 menit, musim ketiga ini menawarkan pengalaman yang sedikit lebih ringkas namun tetap kaya akan konten dibandingkan musim sebelumnya. Peningkatan jumlah penonton dari musim kedua ke musim ketiga menunjukkan bahwa "Bridgerton" terus memperluas basis penggemar dan mempertahankan daya tariknya.
Kesuksesan "Bridgerton: Season 3" dapat diatribusikan pada beberapa faktor kunci. Pertama, evolusi narasi yang terus menarik, dengan fokus pada karakter-karakter yang sebelumnya kurang dieksplor, memberikan perspektif baru pada dunia "Bridgerton". Kedua, pendalaman tema-tema sosial dan personal yang lebih kompleks, menambah lapisan kedalaman pada cerita romansa. Ketiga, inovasi dalam storytelling dan produksi visual, menjaga franchise tetap segar dan relevan di mata penonton.
Musim ketiga ini juga berhasil mempertahankan keseimbangan antara elemen-elemen yang sudah dikenal dan disukai penonton dengan introduksi aspek-aspek baru yang memperkaya universe "Bridgerton". Kemampuan franchise ini untuk terus berkembang dan beradaptasi, sambil tetap mempertahankan esensi yang membuatnya dicintai, menunjukkan potensi jangka panjang "Bridgerton" sebagai salah satu properti intelektual paling berharga bagi Netflix.