Tren Pernikahan di Jepang: Friendship Marriage, Tanpa Cinta Sebagai Dasar Utama

Friendship Marriage adalah konsep pernikahan tanpa cinta dan keintiman.

oleh Mochamad Rizal Ahba Ohorella diperbarui 17 Okt 2024, 15:33 WIB
Diterbitkan 17 Okt 2024, 15:33 WIB
Zodiak Menikah
Ilustrasi menikah, pernikahan. /copyright pexels.com/Trung Nguye

Liputan6.com, Jakarta Dalam beberapa tahun terakhir, konsep pernikahan di Jepang mengalami perubahan yang cukup signifikan dengan munculnya tren Friendship Marriage atau pernikahan berbasis persahabatan. Tren ini menawarkan alternatif bagi individu yang merasa bahwa cinta dan keintiman bukanlah fondasi utama dalam membangun kehidupan rumah tangga.

Dalam masyarakat yang semakin modern dan dinamis, banyak orang Jepang yang mulai mempertimbangkan aspek praktis dan kemitraan dalam pernikahan, lebih dari sekadar romansa. Faktor-faktor seperti tekanan sosial, kebutuhan akan stabilitas finansial, dan keinginan untuk berbagi tanggung jawab hidup sering kali menjadi pendorong utama bagi pasangan yang memilih jalur ini.

Friendship Marriage memungkinkan pasangan untuk membangun hubungan yang didasarkan pada saling pengertian, dukungan, dan tujuan hidup yang sama, tanpa harus terikat oleh tuntutan emosional yang biasanya melekat pada pernikahan konvensional. Simak informasi lengkapnya, dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (17/10/2024).

Mengenal Pernikahan Sahabat atau Friendship Marriage

Pasangan Pengantin
Friendship marriage didasarkan pada hidup bersama dengan nilai dan kepentingan yang sama, menawarkan alternatif dari pernikahan tradisional. (Foto: Freepik/prostooleh)

Pernikahan persahabatan adalah jenis pernikahan di mana pasangan menjalani kehidupan bersama berdasarkan minat dan nilai-nilai yang serupa, bukan karena cinta romantis tradisional atau sekadar melihat satu sama lain sebagai sahabat. Pernikahan ini tidak didasari oleh cinta. Mereka yang memilih jenis pernikahan ini biasanya hanya menginginkan status pernikahan yang sah secara hukum atau untuk menyenangkan orangtua mereka.

Walaupun sah secara hukum, pasangan dalam pernikahan ini mungkin hidup bersama atau tidak, dan mungkin memutuskan untuk memiliki anak melalui inseminasi buatan. Beberapa pasangan dalam pernikahan persahabatan mungkin mengizinkan adanya hubungan romantis dengan orang lain, tetapi ini harus berdasarkan kesepakatan bersama dan komunikasi yang terbuka antara pasangan. Tren pernikahan persahabatan ini melibatkan sekitar satu persen dari 124 juta penduduk Jepang.

Seperti apa Kehidupan Dalam Friendship Marriage?

Kehidupan Friendship Marriage
Friendship marriage dijalani layaknya pasangan biasa, mereka saling bekerja sama dalam mengurus rumah tangga. (Foto: Freepik/freepik)

Meskipun friendship marriage tidak didasarkan pada cinta romantis, pasangan yang terlibat tetap meluangkan waktu bersama untuk membangun pemahaman yang lebih dalam satu sama lain. Mereka bekerja sama dalam berbagai aspek praktis kehidupan sehari-hari, seperti menangani keuangan, berbagi tugas rumah tangga, dan mengelola sumber daya rumah tangga seperti penggunaan ruang di lemari es.

Menurut Colorus, sebuah agensi yang mengklaim sebagai yang pertama di Jepang yang berfokus pada pernikahan persahabatan, hampir 80% pasangan dalam jenis hubungan ini merasa bahagia hidup bersama, sebagaimana dilaporkan oleh South China Morning Post (SCMP). Mereka juga menyebutkan bahwa banyak pasangan dalam pernikahan persahabatan ini memutuskan untuk memiliki anak.

Pihak yang Umumnya Terlibat dalam Friendship Marriage?

Orang yang Memilih Friendship Marriage
Pernikahan persahabatan memberikan manfaat timbal balik bagi kedua belah pihak. (Foto: Freepik/freepic.diller)

Berdasarkan laporan dari Colorus, individu berusia sekitar 32,5 tahun dengan pendapatan di atas rata-rata nasional cenderung lebih tertarik dengan jenis hubungan ini. Walaupun ada risiko hubungan ini berakhir dengan perceraian, friendship marriage memberikan manfaat seperti akses ke keuntungan kebijakan, persahabatan, serta dukungan bagi mereka yang merasa terisolasi, tidak menyukai konsep pernikahan tradisional, atau melihat diri mereka sebagai individu yang berbeda dalam masyarakat. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya