Asertif Adalah Keterampilan Komunikasi yang Perlu Dikembangkan, Simak Panduan Lengkap

Pengertian, karakteristik, cara mengembangkan dan manfaat asertif

oleh Woro Anjar Verianty diperbarui 25 Nov 2024, 10:00 WIB
Diterbitkan 25 Nov 2024, 10:00 WIB
Ilustrasi berkomunikasi, ngobrol
Ilustrasi berkomunikasi, ngobrol. (Photo by William Fortunato from Pexels)

Liputan6.com, Jakarta Komunikasi menjadi keterampilan yang sangat crucial untuk dimiliki setiap individu. Kemampuan untuk mengekspresikan diri secara jujur, lugas, dan tegas namun tetap menghargai orang lain menjadi kunci dalam membangun hubungan yang sehat dan produktif, baik dalam lingkungan profesional maupun personal.

Di era modern ini, asertif adalah jawaban atas berbagai permasalahan komunikasi yang sering kita hadapi. Berbeda dengan sikap pasif yang cenderung mengabaikan hak pribadi atau agresif yang mengabaikan hak orang lain, asertif adalah jalan tengah yang memungkinkan seseorang untuk menyampaikan pendapat dan mempertahankan haknya tanpa merugikan pihak lain. Keterampilan ini menjadi semakin penting seiring dengan meningkatnya kompleksitas interaksi sosial dalam kehidupan modern.

Memahami bahwa asertif adalah sebuah keterampilan yang dapat dipelajari memberi harapan bagi mereka yang ingin mengembangkan kemampuan berkomunikasinya. Melalui pemahaman dan latihan yang tepat, setiap orang dapat mengembangkan sikap asertif untuk mencapai komunikasi yang lebih efektif dan memuaskan dalam berbagai aspek kehidupan.

Lebih lengkapnya, berikut ini telah Liputan6.com rangkum pengertian, karakteristik, cara mengembangkan dan manfaat asertif, pada Senin (25/11/2024).

Memahami Konsep Asertif Menurut Para Ahli

Ilustrasi Komunikasi
Ilustrasi komunikasi. (Gambar oleh Free-Photos dari Pixabay)

Untuk memahami konsep asertif secara lebih mendalam, kita bisa mengacu pada pendapat beberapa ahli terkemuka. Menurut Alberti dan Emmons (2010), asertif merupakan perilaku yang memungkinkan seseorang untuk bertindak demi kebaikan dirinya sendiri tanpa kecemasan yang berlebihan. Ini mencakup kemampuan untuk mempertahankan hak pribadi sambil tetap menghormati hak orang lain, sebuah keseimbangan yang sangat penting dalam komunikasi efektif.

Lange dan Jakubowski memberikan perspektif yang melengkapi dengan mendefinisikan asertif sebagai kemampuan untuk mengkomunikasikan pikiran, perasaan, dan keinginan secara jujur tanpa melukai perasaan orang lain. Definisi ini menekankan pentingnya kejujuran dalam komunikasi sambil tetap menjaga sensitivitas terhadap perasaan lawan bicara. Sementara itu, Stein dan Book menambahkan dimensi keterbukaan dan kejelasan dalam komunikasi asertif, sambil tetap mempertahankan kepekaan terhadap kebutuhan orang lain.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa asertif adalah keterampilan komunikasi yang kompleks yang melibatkan keseimbangan antara ketegasan dan empati. Ini bukan sekadar kemampuan untuk mengutarakan pendapat, tetapi juga mencakup kemampuan untuk mendengarkan, memahami, dan menghargai perspektif orang lain.

Karakteristik Individu dengan Sikap Asertif

Individu yang memiliki sikap asertif memiliki beberapa karakteristik yang membedakan mereka dari orang yang pasif atau agresif dalam berkomunikasi. Mereka mampu mengekspresikan pendapat dan kebutuhan mereka dengan jelas dan tanpa rasa takut, namun tetap mempertimbangkan perasaan dan hak orang lain. Kemampuan ini tercermin dalam cara mereka berbicara, bahasa tubuh yang mereka gunakan, dan bagaimana mereka merespons berbagai situasi komunikasi.

Salah satu ciri paling menonjol dari orang asertif adalah kemampuan mereka untuk mengatakan "tidak" tanpa merasa bersalah. Mereka memahami batasan mereka sendiri dan tidak ragu untuk mengkomunikasikannya kepada orang lain. Namun, penolakan ini dilakukan dengan cara yang sopan dan penuh pertimbangan, bukan dengan cara yang kasar atau menyakitkan.

Orang asertif juga dikenal dengan kemampuan mereka untuk menjadi pendengar yang baik. Mereka tidak menyela pembicaraan orang lain, bahkan ketika mereka tidak setuju dengan apa yang dikatakan. Sebaliknya, mereka menunggu giliran mereka untuk berbicara dan menyampaikan pendapat mereka dengan cara yang konstruktif. Sikap ini membuat mereka dihormati dalam diskusi dan sering kali menjadi jembatan yang efektif dalam situasi konflik.

Panduan Pengembangan Sikap Asertif

komunikasi satu arah adalah
komunikasi satu arah adalah ©Ilustrasi dibuat Stable Diffusion

Mengembangkan sikap asertif membutuhkan kesadaran dan latihan yang konsisten. Langkah pertama dan paling fundamental adalah belajar menghargai diri sendiri. Ketika seseorang memiliki penghargaan diri yang kuat, mereka akan lebih mudah memahami bahwa pendapat dan perasaan mereka layak untuk diungkapkan. Hal ini menjadi fondasi penting dalam membangun kepercayaan diri untuk berkomunikasi secara asertif.

Aspek penting lainnya dalam pengembangan sikap asertif adalah kemampuan untuk menggunakan bahasa tubuh yang tepat. Komunikasi non-verbal sama pentingnya dengan kata-kata yang diucapkan. Postur tubuh yang tegak namun rileks, kontak mata yang tepat, dan ekspresi wajah yang sesuai dapat memperkuat pesan yang disampaikan. Penting untuk menghindari bahasa tubuh yang agresif seperti menunjuk-nunjuk atau postur yang mengancam, serta bahasa tubuh yang pasif seperti menunduk atau menghindari kontak mata.

Penggunaan kata "Saya" dalam memulai kalimat juga merupakan teknik yang efektif dalam komunikasi asertif. Pendekatan ini membantu seseorang mengambil tanggung jawab atas perasaan dan pendapat mereka sendiri, sekaligus menghindari tuduhan atau menyalahkan orang lain. Misalnya, menggunakan kalimat "Saya merasa tidak nyaman dengan situasi ini" lebih efektif daripada "Anda membuat saya tidak nyaman."

Tantangan dalam Menerapkan Sikap Asertif

Meskipun memiliki banyak manfaat, menerapkan sikap asertif tidak selalu mudah. Salah satu tantangan terbesar adalah mengatasi ketakutan akan penolakan atau kritik. Banyak orang merasa khawatir bahwa dengan bersikap asertif, mereka akan dianggap egois atau tidak sensitif terhadap perasaan orang lain. Ketakutan ini seringkali membuat mereka memilih untuk tetap dengan pola komunikasi pasif yang sudah familiar.

Tantangan lain muncul dari kebiasaan lama yang sulit diubah. Bagi mereka yang terbiasa dengan komunikasi pasif-agresif, perubahan menuju sikap asertif bisa terasa tidak nyaman. Mereka mungkin telah mengembangkan mekanisme pertahanan diri yang melibatkan penghindaran konflik atau manipulasi halus, dan mengubah pola ini membutuhkan usaha yang konsisten dan kesadaran diri yang tinggi.

Dalam konteks budaya tertentu, sikap asertif kadang bisa disalahartikan. Beberapa budaya mungkin menganggap komunikasi langsung sebagai sesuatu yang kurang sopan atau tidak pantas. Hal ini menciptakan tantangan tambahan bagi individu yang ingin mengembangkan sikap asertif sambil tetap menghormati norma-norma budaya yang berlaku.

Manfaat Jangka Panjang Sikap Asertif

Menerapkan sikap asertif membawa berbagai manfaat positif dalam kehidupan personal dan profesional. Dalam lingkungan kerja, sikap asertif membantu seseorang untuk lebih efektif dalam mengelola tim, bernegosiasi, dan menyelesaikan konflik. Kemampuan untuk mengkomunikasikan ide dan kebutuhan secara jelas namun tetap menghormati orang lain dapat meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja.

Dalam hubungan personal, sikap asertif membantu membangun dan memelihara hubungan yang lebih sehat dan seimbang. Ketika seseorang dapat mengekspresikan perasaan dan kebutuhan mereka secara jujur, sambil tetap menghargai perasaan dan kebutuhan orang lain, hal ini menciptakan fondasi yang kuat untuk hubungan yang saling menghormati dan memahami.

Secara psikologis, sikap asertif berkontribusi pada kesejahteraan mental yang lebih baik. Kemampuan untuk mengekspresikan diri secara efektif dan menghindari konflik yang tidak perlu dapat mengurangi stres dan kecemasan. Ini juga membantu membangun harga diri dan kepercayaan diri yang lebih kuat, yang pada gilirannya mendukung pengembangan pribadi yang lebih positif.

Strategi Praktis Mengembangkan Komunikasi Asertif

Pengembangan komunikasi asertif memerlukan pendekatan yang sistematis dan berkesinambungan. Langkah pertama adalah melatih pengendalian emosi dalam berbagai situasi komunikasi. Kemampuan untuk tetap tenang dan rasional, bahkan dalam situasi yang menantang, merupakan kunci keberhasilan komunikasi asertif. Ini melibatkan pembelajaran untuk mengenali trigger emosional dan mengembangkan strategi untuk mengelolanya secara efektif.

Praktik penggunaan "pesan saya" (I-messages) merupakan teknik yang sangat efektif dalam komunikasi asertif. Alih-alih mengatakan "Anda selalu terlambat dan membuat saya kesal," lebih baik mengatakan "Saya merasa frustrasi ketika jadwal pertemuan tidak ditepati karena hal ini mempengaruhi produktivitas kerja kita." Format ini membantu mengkomunikasikan perasaan dan kebutuhan tanpa menyalahkan atau menyerang orang lain.

Penting juga untuk mengembangkan keterampilan mendengar aktif sebagai bagian dari komunikasi asertif. Ini melibatkan tidak hanya mendengarkan kata-kata yang diucapkan, tetapi juga memperhatikan nada suara, bahasa tubuh, dan konteks pembicaraan. Kemampuan ini membantu membangun empati dan pemahaman yang lebih baik terhadap perspektif orang lain, yang pada gilirannya memungkinkan respons yang lebih asertif dan konstruktif.

Penerapan Asertif dalam Berbagai Konteks Kehidupan

Dalam konteks profesional, sikap asertif dapat diterapkan dalam berbagai situasi seperti rapat tim, negosiasi dengan klien, atau diskusi dengan atasan. Misalnya, ketika menghadapi deadline yang tidak realistis, respons asertif bisa berupa: "Saya menghargai urgensi proyek ini, dan saya ingin memberikan hasil terbaik. Berdasarkan pengalaman saya, proyek seperti ini membutuhkan waktu minimal dua minggu untuk hasil yang optimal. Mari kita diskusikan bagaimana kita bisa menyesuaikan timeline atau memprioritaskan bagian-bagian penting proyek."

Dalam hubungan personal, asertif bisa diterapkan dalam mengelola konflik keluarga atau pertemanan. Misalnya, ketika menghadapi teman yang sering meminjam uang tanpa mengembalikan, respons asertif bisa berupa: "Saya menghargai persahabatan kita, dan saya ingin tetap terbuka tentang hal ini. Saya merasa tidak nyaman dengan situasi pinjam-meminjam uang yang terjadi belakangan ini. Mari kita bicarakan bagaimana kita bisa menyelesaikan masalah ini dengan cara yang nyaman untuk kita berdua."

Di lingkungan sosial yang lebih luas, sikap asertif membantu dalam menegakkan batasan personal sambil tetap memelihara hubungan sosial yang positif. Ini termasuk kemampuan untuk menolak ajakan dengan sopan, mengekspresikan ketidaksetujuan secara konstruktif, dan mempertahankan prinsip personal tanpa menyinggung norma sosial yang berlaku.

Memahami dan mengembangkan sikap asertif adalah investasi jangka panjang yang berharga untuk pengembangan diri. Keterampilan ini tidak hanya membantu dalam mencapai tujuan personal dan profesional, tetapi juga berkontribusi pada kesehatan mental dan kualitas hubungan interpersonal yang lebih baik.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya