Liputan6.com, Jakarta Pidato politik Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, pada HUT ke-52 PDIP, Jumat (10/1) lalu mencuri perhatian dunia perpolitikan Indonesia. Dalam pidato berdurasi tiga jam tersebut, Megawati menyampaikan arahan tegas kepada kader partainya, pandangannya tentang isu-isu nasional, serta menegaskan pentingnya loyalitas kader terhadap sebuah partai.
Dalam kesempatan tersebut, Megawati turut memberi kritik terhadap penanganan kasus hukum Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, serta pandangannya tentang tagline Indonesia Emas yang belakangan digadang-gadangkan. Namun, dari momen pidato tersebut, terdapat hal menarik yang disampaikannya, yakni perihal hubungannya dengan Presiden Prabowo Subianto. Ia juga menyampaikan rasa terima kasihnya secara tulus.
Advertisement
Lantas apa saja yang menjadi fokus Megawati dalam pidato yang berlangsung selama tiga jam itu? mari simak informasinya, dirangkum Liputan6 dari berbagai sumber, Sabtu (11/1).
Advertisement
Loyalitas kepada Partai adalah Harga Mati
Dalam kesempatan itu, Megawati dengan tegas mengawali pidatonya dengan meneriakkan kata "Merdeka". Selanjutnya, disampaikan soal loyalitas para kader PDIP yang harus dinjunjung tinggi, serta memprioritaskan perintah partai. Menurutnya, hal ini sebagai pilar utama keberhasilan PDIP dalam mempertahankan eksistensinya di kancah politik Indonesia. Megawati menyatakan bahwa mereka yang tidak setia sebaiknya meninggalkan partai daripada menjadi beban.
Ketua umum partai berlambang banteng ini juga menyoroti pentingnya menjaga solidaritas dan integritas kader. Menurut Megawati, keberhasilan partai bukan hanya tanggung jawab pengurus pusat tetapi juga setiap kader di tingkat akar rumput.
Arahan ini ditekankan dengan nada tegas, menandakan pentingnya kesatuan visi dalam menghadapi tantangan politik ke depan. Ia mengingatkan bahwa partai adalah wadah perjuangan bersama, bukan tempat mencari keuntungan pribadi.
“Makanya hati-hati, siapa tidak mau nurut dengan ketua umum, perintahnya, saya minta keluar. Untuk apa? saya ini adalah orang yang disuruh membonding kamu, solid untuk bergerak. tahu-tahu ada yang mencla ke sana-ke sono, mencle ke sana ke sini,” kata Megawati, mengutip dari Merdeka.com.
Advertisement
Sindiran kepada Pihak yang Ingin Merebut Jabatan Ketua Umum
Megawati mengungkapkan adanya pihak-pihak yang berambisi merebut kursi ketua umum PDIP menjelang kongres. Dengan gaya khasnya, ia menyindir upaya ini sebagai tindakan yang tidak realistis dan hanya memecah belah partai.
Menurut Megawati, menjadi ketua umum bukanlah posisi yang hanya diinginkan tetapi harus diperoleh melalui kepercayaan dan dedikasi penuh kepada partai. Ia mengingatkan bahwa perpecahan internal hanya akan merugikan partai secara keseluruhan.
Sindiran ini disampaikan dengan humor yang mengundang tawa kader, namun tetap menegaskan pesan serius bahwa PDIP harus bersatu di bawah kepemimpinan yang solid untuk menghadapi tantangan politik.
"Katanya minta saya ketum lagi, ketum lagi tapi anak buahnya ngene kabeh (begini semua), moh (enggak mau). Wah terus ada yang kepengen. Gile. Mau enggak sama yang kepengen itu?," sindir Megawati.
Kritik terhadap Kasus Hukum yang Menjerat Hasto Kristiyanto
Megawati juga mengkritik KPK yang menurutnya hanya memfokuskan perhatian pada Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto. Ia menyebutkan bahwa KPK seharusnya lebih memprioritaskan kasus-kasus besar yang merugikan negara dalam skala triliunan rupiah, bukan hanya menangani perkara kecil.
Sebagai penggagas berdirinya KPK, Megawati menegaskan harapannya agar lembaga antirasuah ini menjalankan tugasnya secara profesional dan sesuai mandat awal pembentukannya. Ia menilai, tindakan yang hanya fokus pada satu individu mencerminkan kurangnya pekerjaan besar yang ditangani.
Pernyataan ini menunjukkan sikap Megawati yang kritis terhadap kinerja KPK saat ini, sekaligus mengingatkan pentingnya pemberantasan korupsi yang benar-benar berdampak besar bagi bangsa.
“Saya bikin KPK. Loh ngopo kok nde'e yang digoleki kok kroco-kroco ngono loh? Mbok yang bener! sing jumlahe T, T, T, T gitu loh, lah endi (saya bikin KPK lalu kenapa yang dicari kok yang kecil-kecil gitu? Harusnya yang bener yang jumlahnya triliun),” tambahnya.
Advertisement
Ucapan Terima Kasih kepada Prabowo Subianto
Pidato Megawati juga memuat penghargaan kepada Presiden Prabowo Subianto atas tindak lanjut terkait pemulihan nama baik Bung Karno. Ia menyebut langkah ini sebagai wujud pelurusan sejarah yang telah dinanti selama puluhan tahun oleh keluarga dan kader PDIP.
Menurut Megawati, keputusan untuk mencabut TAP MPRS Nomor 33 Tahun 1967 adalah tonggak penting dalam menegakkan keadilan sejarah. Ia mengapresiasi respons cepat Prabowo terhadap surat dari MPR yang berisi rekomendasi tersebut.
Pernyataan ini menunjukkan hubungan baik antara PDIP dan pemerintah, meski keduanya tidak berada dalam koalisi yang sama. Megawati menegaskan bahwa langkah tersebut membawa kebanggaan tidak hanya bagi PDIP tetapi juga seluruh rakyat Indonesia.
Sorotan tentang Indonesia Emas dan Tagline Nasional
Megawati mempertanyakan banyaknya penggunaan tagline seperti "Indonesia Emas" yang menurutnya kurang mencerminkan kebanggaan nasional. Ia menilai bahwa tagline "Indonesia Raya" lebih tepat karena mampu menggugah rasa cinta tanah air yang mendalam.
Dalam pidatonya, ia menekankan pentingnya memahami makna lirik "Indonesia Raya" yang mencerminkan kekayaan bangsa. Megawati juga mengingatkan bahwa perjuangan PDIP bukan untuk kekuasaan semata tetapi demi masa depan generasi penerus.
Pandangan ini menjadi pengingat bahwa semangat nasionalisme harus tetap menjadi prioritas utama dalam pembangunan bangsa, bukan sekadar slogan yang bersifat sementara.
“Saya orang yang senang melihat segala macam, saya pikirkan kenapa kok banyak sekali tagline seperti orang lupa kita itu namanya Indonesia Raya, jadi saya mempertanyakan kepada diri saya sendiri tolong dijawab oleh kalian kok banyak sekali tagline seperti Indonesia Kerja? Indonesia Emas dan lain-lain dan lain-lain itu kan tidak jelas menurut saya loh dan saya dapat pertanggungjawab kan, jadi saya inginnya Indonesia Raya, karena itu kan berkibarnya rasanya sampai ke sini (hati), tapi dengan itu ada yang masih pesimis apakah bisa Indonesia?," tambahnya.
Advertisement
Hubungan dengan Prabowo Subianto
Megawati menegaskan bahwa hubungannya dengan Presiden Prabowo Subianto tetap baik meski PDIP tidak bergabung dengan koalisi pemerintah. Ia menyebutkan bahwa komunikasi antara keduanya berlangsung dengan saling pengertian, terutama sebagai sesama ketua umum partai.
Ia bahkan menyampaikan cerita ringan tentang kebiasaan Prabowo yang menyukai nasi goreng buatannya, meski ia kini jarang memasak karena kesibukan mengurus partai. Megawati juga menegaskan bahwa perbedaan posisi politik tidak menghalangi hubungan baik keduanya.
Pernyataan ini untuk menepis anggapan hubungan politik keduanya yang memburuk usai masa pemilihan presiden dan pemilihan umum beberapa waktu lalu. Bahkan Megawati juga menjawab selentingan yang menyebut bahwa Prabowo rindu nasi goreng buatannya.
"Ada yang ngomong, bu, ada yang udah minta nasi goreng… weee minta nasi goreng, lho aku wae lagi mumet banyak anakku yang gak jadi (kepala daerah). Lho gitu lho, lho emangnya gak boleh? Ya bolehlah,” kata Megawati, mengutip Liputan6 News.
Pertanyaan Seputar Pidato Megawati: Apa pesan utama dalam pidato Megawati di HUT PDIP?
A: Megawati menekankan pentingnya loyalitas kader, kritik terhadap KPK, dan pandangannya tentang masa depan Indonesia.
Advertisement
Q: Apa hubungan Megawati dengan Prabowo Subianto?
A: Megawati menyebutkan bahwa hubungannya dengan Prabowo baik-baik saja, meski tidak dalam satu koalisi.
Q: Mengapa Megawati menyoroti Indonesia Emas?
A: Ia mempertanyakan penggunaan tagline yang kurang mencerminkan kebanggaan nasional dibandingkan "Indonesia Raya".
Advertisement