Jangan Jijik! Jepang Jual Tisu Toilet dari Popok Bekas Pertama di Dunia

Daur ulang popok bekas jadi solusi terbaru ramah lingkungan

oleh Ibrahim Hasan diperbarui 17 Jan 2025, 13:15 WIB
Diterbitkan 17 Jan 2025, 09:00 WIB
Ilustrasi Tisu Toilet
Ilustrasi Tisu Toilet. (Foto: Unsplash/Claire Mueller)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Para ilmuwan terus menciptakan inovasi demi memenuhi kebutuhan manusia. Di Jepang, salah satu terobosan unik telah lahir berupa tisu toilet dari popok bekas. Produk ini merupakan hasil kolaborasi kota Shibushi dan Osaki, yang memanfaatkan limbah popok untuk solusi ramah lingkungan.

Sejak April lalu, kedua kota ini telah mengumpulkan 98 ton popok bekas. Limbah tersebut diolah menjadi bahan dasar tisu toilet di pabrik Poppy Paper Company. Produk ini diberi nama "gulungan Shibushi-Osaki" dan dijual seharga Rp 42 ribu per lusin di Prefektur Kagoshima.

Tisu toilet dari popok bekas ini menjadi bagian dari kampanye keberlanjutan di Jepang. Inisiatif ini juga bertujuan mengatasi menurunnya pasokan bahan baku kertas. Para pengembangnya optimis produk ini mampu menciptakan ekonomi sirkular yang menguntungkan.

Kertas unik ini kini tersedia di tujuh lokasi ritel di Prefektur Kagoshima. Produk ini disambut antusias sebagai solusi lingkungan yang praktis. Penampakannya sama seperti tisu toilet yang biasa dipakai, putih dan bersih.

“Mohon dukung produk ramah lingkungan ini,” ujar Takumi Obo, juru bicara proyek tersebut dikutip Liputan6.com dari Good News Network, Jumat (17/1/2025). 

Proses Daur Ulang Dari Popok ke Tisu Toilet yang Unik

Daur ulang popok bekas
Jepang Jual Tisu Toilet dari Popok Bekas Pertama di Dunia (Sumber: Dewan Promosi SDGs Pemerintah Kota Osaki)... Selengkapnya

Proyek ini dimulai sejak April dengan mengumpulkan 98 ton popok bekas dari Shibushi dan Osaki. Limbah tersebut kemudian disanitasi, diputihkan, dan dicacah menjadi bubur. Bubur ini dicampur dengan kertas daur ulang di pabrik Poppy Paper Company di Fukuoka.

Sebanyak 30.000 gulungan tisu toilet diproduksi dalam dua bulan pertama. Gulungan ini dijual di tujuh lokasi ritel di Prefektur Kagoshima. “Proses ini membantu mengamankan bahan baku di tengah menurunnya pasokan kertas,” kata Satoshi Yoshida dari Poppy Paper.

Produk ini mencerminkan upaya keberlanjutan yang makin populer di Jepang. Selain ramah lingkungan, produk ini juga memiliki harga terjangkau. Dengan $2,70 per lusin, konsumen bisa turut berkontribusi pada pelestarian lingkungan.

Dari Popok hingga Bahan Bangunan

Kriteria Popok yang Tepat untuk Kurangi Bahaya Ruam Popok pada Bayi
Ruam popok pada bayi bisa dihindari dengan menggunakan jenis popok yang tepat (Cotton Diapers)... Selengkapnya

Popok bekas ternyata memiliki banyak potensi di luar produksi tisu toilet. Penelitian menunjukkan limbah ini dapat digunakan sebagai bahan tambahan beton. Teknologi ini menawarkan solusi murah untuk menggantikan pasir yang kian langka.

Beton berbahan popok juga memiliki keunggulan kekuatan pada produk akhirnya. Hal ini memberikan peluang besar bagi pengembangan bahan bangunan ramah lingkungan. Jepang terus mengeksplorasi potensi lain dari limbah popok ini.

Takumi Obo, juru bicara proyek ini, menambahkan pentingnya dukungan publik. “Produk-produk ini adalah langkah nyata menuju ekonomi sirkular,” katanya. Jepang berharap terobosan ini dapat diadopsi secara global.

Terobosan Ramah Lingkungan: Semen yang Bisa Dimakan

Semen bisa dimakan
Demonstrasi Fabula Inc di acara ekonomi sirkular GREEN WORK HAKUBA di Jepang. Facebook... Selengkapnya

Sementara itu, inovasi Jepang lainnya muncul dalam bentuk semen dari sampah makanan. Semen ini terbuat dari bahan seperti kulit pisang, jeruk, dan rumput laut. Prosesnya melibatkan pengeringan, penggilingan, dan pemanasan hingga membentuk material padat.

Uniknya, semen ini tidak hanya kuat, tetapi juga bisa dimakan dan terurai secara hayati. “Potensi aplikasinya sangat luas, dari bahan bangunan hingga alat makan,” kata Yuya Sakai, peneliti utama dari Universitas Tokyo. Produk ini bahkan diuji dengan daya tahan luar biasa.

Semen ini dirancang untuk mengurangi emisi karbon dari produksi tradisional. Menurut penelitian, produksi semen konvensional menyumbang 8% emisi gas rumah kaca dunia. Dengan inovasi ini, Jepang membuka peluang baru dalam pengelolaan sampah makanan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya