Profil Jensen Huang, CEO NVIDIA yang Kehilangan Rp1.746 T Gara-Gara Deepseek

Jensen Huang kehilangan Rp1.746 triliun akibat DeepSeek. Simak kronologi dan dampaknya bagi Nvidia dan industri AI.

oleh Andre Kurniawan Kristi diperbarui 30 Jan 2025, 09:02 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2025, 09:02 WIB
Jensen Huang
CEO NVIDIA, Jensen Huang (Stanford Institute for Economic Policy Research)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Nama Jensen Huang, CEO dan pendiri Nvidia, baru-baru ini menjadi sorotan dunia setelah mengalami kerugian besar akibat gejolak di pasar saham. Kekayaannya dilaporkan menyusut hingga US$ 108 miliar atau sekitar Rp1.746 triliun pada 27 Januari 2025.

Kerugian ini terjadi akibat aksi jual besar-besaran di pasar saham, yang dipicu oleh perusahaan teknologi asal China, DeepSeek. Perusahaan ini sukses meluncurkan chatbot AI yang menjadi pesaing utama teknologi berbasis AI yang dikembangkan di Silicon Valley. Dampaknya, saham-saham perusahaan teknologi, termasuk Nvidia, mengalami penurunan signifikan.

Disebutkan bahwa Huang mengalami penurunan kekayaan sebesar US$ 20,1 miliar atau sekitar Rp325 triliun, setara dengan 20% dari total kekayaannya. Angka ini menjadikannya salah satu individu yang paling terdampak dalam aksi jual pasar saham yang mengguncang dunia.

Siapa Jensen Huang? Perjalanan Hidup Sang Visioner

Jensen Huang, atau nama aslinya Jen-Hsun Huang, lahir di Tainan, Taiwan, pada 17 Februari 1963. Sejak kecil, ia mengalami kehidupan yang penuh dinamika dengan berpindah-pindah tempat tinggal. Pada usia 5 tahun, keluarganya pindah ke Thailand sebelum akhirnya menetap di Amerika Serikat.

Di Negeri Paman Sam, Huang menempuh pendidikan tinggi di Oregon State University, mengambil jurusan teknik elektro, dan melanjutkan studi S2 di Stanford University. Di sinilah ia mulai membangun dasar keilmuan yang membawanya menjadi salah satu tokoh penting di industri teknologi.

Karier awal Huang dimulai di industri semikonduktor, termasuk bekerja di AMD dan LSI Logic. Pengalamannya di perusahaan-perusahaan ini menjadi modal utama dalam membangun Nvidia, yang ia dirikan bersama Chris Malachowsky dan Curtis Priem pada tahun 1993.

Nvidia: Dari Startup ke Raksasa Teknologi

Pada tahun 1993, Huang bersama dua rekannya mendirikan Nvidia dengan modal awal US$ 40.000. Perusahaan ini awalnya difokuskan untuk mengembangkan chip grafis, yang kemudian menjadi elemen penting dalam industri game dan kecerdasan buatan.

Di bawah kepemimpinannya, Nvidia berkembang pesat dan menjadi pemimpin dalam teknologi GPU (Graphics Processing Unit). Perusahaan ini meraih puncak kesuksesan setelah chip mereka digunakan secara luas dalam komputasi AI dan pusat data.

Hingga tahun 2024, kapitalisasi pasar Nvidia mencapai US$ 3 triliun, menjadikannya salah satu perusahaan paling bernilai di dunia, setelah Microsoft dan Apple.

DeepSeek: Pemain Baru yang Mengguncang Industri AI

DeepSeek adalah startup AI berbasis di China yang sukses mengembangkan chatbot AI DeepSeek R1. Aplikasi ini meraih popularitas global dengan biaya pengembangan yang jauh lebih rendah dibandingkan pesaingnya di Silicon Valley.

Kesuksesan DeepSeek menciptakan kepanikan di pasar saham, terutama bagi perusahaan teknologi besar seperti Nvidia. Pasalnya, model bisnis yang lebih efisien dari DeepSeek menantang paradigma yang selama ini dipegang oleh raksasa teknologi seperti Meta, Google, dan Microsoft.

Menurut laporan, pengembangan DeepSeek R1 hanya menelan biaya sekitar US$ 5,6 juta, jauh lebih murah dibandingkan investasi yang dilakukan perusahaan-perusahaan di AS yang mencapai miliaran dolar.

Dampak Besar bagi Nvidia dan Industri Teknologi

Aksi jual besar-besaran di pasar saham menyebabkan kerugian besar bagi banyak miliarder teknologi. Selain Huang, beberapa nama besar lainnya juga mengalami penurunan kekayaan:

  • Larry Ellison (Oracle): Kehilangan US$ 22,6 miliar (Rp365,4 triliun).
  • Michael Dell (Dell Inc.): Kehilangan US$ 13 miliar (Rp210,2 triliun).
  • Changpeng Zhao (Binance): Kehilangan US$ 12,1 miliar (Rp195,6 triliun).

Secara keseluruhan, sektor teknologi mengalami kerugian sebesar US$ 94 miliar, yang mencakup 85% dari total penurunan kekayaan para miliarder. Nasdaq Composite Index turun 3,1%, sementara S&P 500 anjlok 1,5%.

Bagaimana Masa Depan Nvidia dan Jensen Huang?

Meskipun mengalami kerugian besar, Jensen Huang dan Nvidia masih tetap menjadi pemain utama dalam industri teknologi. Permintaan chip AI masih tinggi, dan perusahaan ini tetap memiliki pangsa pasar yang kuat.

Para analis percaya bahwa fluktuasi saham ini bersifat sementara, dan Nvidia akan mampu pulih dalam jangka panjang. Namun, persaingan dengan pemain baru seperti DeepSeek akan menjadi tantangan besar ke depan.

Menurut Alexandr Wang, CEO Scale AI, meskipun China dibatasi dalam mengakses GPU canggih dari AS, laboratorium-laboratorium di sana kemungkinan memiliki lebih banyak GPU Nvidia H100 daripada yang diperkirakan.

Huang sendiri masih dikenal sebagai pemimpin yang visioner, yang selalu mencari inovasi baru dalam industri kecerdasan buatan dan komputasi grafis.

1. Siapa Jensen Huang?

Jensen Huang adalah pendiri dan CEO Nvidia, perusahaan semikonduktor terbesar di dunia yang terkenal dengan teknologi GPU dan kecerdasan buatan.

2. Mengapa kekayaan Jensen Huang turun drastis?

Kerugian besar yang dialami Huang disebabkan oleh aksi jual saham Nvidia akibat meningkatnya persaingan dari DeepSeek, perusahaan AI asal China.

3. Apakah Nvidia akan bangkit kembali?

Meskipun mengalami penurunan nilai saham, Nvidia tetap menjadi pemimpin di industri AI dan GPU, sehingga kemungkinan besar akan kembali pulih dalam waktu dekat.

4. Apa itu DeepSeek dan mengapa berpengaruh pada Nvidia?

DeepSeek adalah startup AI asal China yang berhasil menciptakan chatbot AI dengan biaya rendah, yang menantang model bisnis raksasa teknologi AS.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya