Mengenal Terminal Lucidity, Fenomena Pasien Mendadak Sembuh sebelum Meninggal Dunia

Fenomena terminal lucidity membuat pasien sakit parah mendadak pulih sebelum meninggal. Apa penyebabnya?

oleh Rizka Nur Laily Muallifa diperbarui 30 Jan 2025, 11:04 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2025, 11:04 WIB
Ilustrasi pasien kritis di rumah sakit
Ilustrasi pasien kritis di rumah sakit (Foto: Freepik)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Terminal Lucidity sedang menjadi perbincangan hangat, khususnya di TikTok. Pengguna akun TikTok @ohmyparanoid mengunggah postingan mengenai Terminal Lucidity. Pemilik akun TikTok yang diduga tenaga medis menceritakan bagaimana pengalamannya saat tahu pasien yang sakit parah tiba-tiba sembuh, misalnya tiba-tiba nafsu makan meningkat. Nakes ini bilang bahwa terminal lucidity adalah semacam momen otak pamitan pada seluruh sel tubuh.

“POV otak ke semua sel: saya pamit undur diri, senang bekerja sama dengan kalian,” tulis pemilik akun TikTok @ohmyparanoid, Senin (13/1/2025). 

Dalam dunia medis, ada banyak fenomena yang masih menjadi misteri, salah satunya adalah terminal lucidity. Fenomena ini terjadi ketika seseorang yang sedang sakit parah atau dalam kondisi kritis tiba-tiba menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Mereka bisa kembali berbicara dengan jelas, mengenali orang-orang di sekitarnya, bahkan menunjukkan energi yang seolah kembali. Namun, momen ini sering kali menjadi tanda bahwa kematian sudah sangat dekat.

Fenomena terminal lucidity telah diamati selama berabad-abad dan masih menjadi subjek penelitian hingga kini. Banyak keluarga yang mengalami kejadian ini merasa bingung dan berharap bahwa pasien mereka benar-benar membaik. Namun, harapan itu sering kali pupus ketika hanya dalam hitungan jam atau hari, pasien yang mendadak pulih justru meninggal dunia.

Lantas, apa yang sebenarnya terjadi dalam tubuh pasien yang mengalami terminal lucidity? Apakah ada penjelasan ilmiah di balik kejernihan pikiran mendadak ini? Dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber pada Kamis (30/1/2025), berikut penjelasan lengkap mengenai Terminal Lucidity.

Pengertian Terminal Lucidity

Terminal lucidity adalah fenomena di mana pasien yang sudah berada dalam kondisi kritis atau mengalami penyakit parah tiba-tiba menunjukkan tanda-tanda kesadaran yang meningkat. Mereka yang sebelumnya sulit berkomunikasi atau bahkan dalam keadaan tidak sadar, mendadak mampu berbicara dengan jelas, mengenali orang-orang di sekitarnya, atau bahkan melakukan aktivitas yang sebelumnya sulit mereka lakukan.

Fenomena ini biasanya terjadi dalam hitungan menit hingga beberapa hari sebelum seseorang meninggal dunia. Michael Nahm, seorang ahli biologi asal Jerman yang memperkenalkan istilah ini, menjelaskan bahwa terminal lucidity merupakan “kejernihan mendadak sebelum ajal”, yang terjadi pada pasien dengan gangguan otak parah, seperti Alzheimer, stroke, tumor otak, hingga skizofrenia.

Menurut Cleveland Clinic, terminal lucidity bukanlah tanda bahwa pasien benar-benar membaik, melainkan justru sinyal bahwa kematian sudah semakin dekat. Kondisi ini bukan diagnosis medis resmi, tetapi telah banyak diamati oleh tenaga medis dan keluarga pasien di seluruh dunia.

Penyakit yang Terkait dengan Terminal Lucidity

Ilustrasi stroke
Ilustrasi stroke (Foto: freepik)... Selengkapnya

Terminal lucidity paling sering terjadi pada pasien dengan penyakit yang menyerang otak dan sistem saraf. Beberapa kondisi medis yang sering dikaitkan dengan fenomena ini antara lain:

  • Alzheimer dan Demensia → Pasien yang sebelumnya tidak bisa mengenali keluarganya tiba-tiba sadar dan berbicara dengan jelas.
  • Stroke → Pasien yang mengalami kesulitan bicara bisa kembali berbicara lancar sebelum akhirnya meninggal.
  • Tumor Otak → Pasien yang sebelumnya dalam kondisi tidak responsif bisa mendadak kembali aktif sebelum meninggal dunia.
  • Meningitis → Infeksi otak yang parah dapat menyebabkan pasien mengalami kejernihan sesaat sebelum meninggal.
  • Skizofrenia → Pasien yang mengalami gangguan mental parah tiba-tiba mendapatkan kembali kejernihan mentalnya sesaat sebelum ajal.

Seorang tenaga medis di TikTok membagikan pengalamannya mengenai pasien yang mengalami terminal lucidity. Ia menggambarkan kondisi ini sebagai “otak yang berpamitan kepada seluruh sel tubuh” sebelum akhirnya berhenti bekerja.

Mengapa Terminal Lucidity Bisa Terjadi?

Hingga saat ini, para ilmuwan dan tenaga medis masih mencari penjelasan ilmiah tentang penyebab terminal lucidity. Namun, ada beberapa teori yang dikembangkan berdasarkan penelitian yang ada:

1. Perubahan Aktivitas Otak Menjelang Kematian

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa otak yang hampir kehabisan oksigen justru mengalami lonjakan aktivitas sesaat sebelum kematian. Lonjakan ini bisa menyebabkan pasien tampak kembali sadar dan memiliki kejernihan berpikir sebelum akhirnya fungsi otak benar-benar berhenti.

2. Pelepasan Neurotransmiter

Beberapa ilmuwan menduga bahwa saat seseorang mendekati ajal, otaknya melepaskan zat kimia seperti dopamin dan endorfin dalam jumlah besar. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan kesadaran dan kebahagiaan sesaat, yang membuat pasien tampak lebih baik sebelum meninggal.

3. Faktor Hormonal dan Energi Terakhir Tubuh

Beberapa ahli menduga bahwa tubuh secara alami mengeluarkan energi terakhirnya sebelum akhirnya menyerah. Ini bisa menjelaskan mengapa pasien yang sudah tidak bisa makan tiba-tiba memiliki nafsu makan yang meningkat, atau mengapa mereka yang tidak bisa berbicara mendadak berbicara lancar sebelum meninggal.

Meskipun teori-teori ini memberikan sedikit gambaran tentang fenomena terminal lucidity, belum ada penelitian yang benar-benar bisa menjelaskan secara pasti mengapa hal ini bisa terjadi.

Contoh Kasus Terminal Lucidity yang Pernah Dilaporkan

Beberapa laporan medis dan studi kasus menunjukkan bahwa terminal lucidity terjadi di berbagai belahan dunia. Berikut adalah beberapa contoh nyata dari fenomena ini:

Pertama, Kasus Pasien Alzheimer. Seorang wanita berusia 80 tahun yang telah didiagnosis Alzheimer selama 15 tahun tiba-tiba bisa mengenali anak-anaknya dan berbicara dengan mereka selama beberapa jam. Sebelum kejadian ini, ia sudah tidak bisa berkomunikasi selama bertahun-tahun. Namun, hanya beberapa jam setelah kejernihannya kembali, ia meninggal dunia.

Kedua, Kasus Ward Porterfield. Ward Porterfield, pria berusia 83 tahun asal Amerika Serikat yang mengalami demensia parah, mendadak bisa mengenali putrinya dan berbicara dengan normal. Namun, hanya dua hari setelah peristiwa itu, ia meninggal dunia.

Ketiga, Kasus Anna Katharina Ehmer. Seorang wanita berusia 26 tahun yang mengalami cacat mental parah seumur hidupnya tidak pernah berbicara. Namun, ia mendadak menyanyikan sebuah lagu selama 30 menit sebelum akhirnya meninggal dunia.

Kasus-kasus ini menunjukkan bahwa terminal lucidity terjadi pada berbagai kondisi medis dan masih menjadi fenomena yang sulit dijelaskan.

Apa yang Harus Dilakukan jika Keluarga Mengalami Terminal Lucidity?

ciri-ciri stroke mau sembuh
ciri-ciri stroke mau sembuh ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Bagi keluarga yang menyaksikan terminal lucidity, peristiwa ini bisa menjadi momen yang membingungkan secara emosional. Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan:

  • Gunakan waktu ini untuk berbicara dengan pasien → Jika pasien kembali sadar, manfaatkan waktu ini untuk berbicara dan mengucapkan kata-kata perpisahan.
  • Jangan salah mengartikan kondisi ini sebagai kesembuhan → Terminal lucidity bukan tanda pemulihan, melainkan bagian dari proses menjelang kematian.
  • Persiapkan diri secara mental → Fenomena ini bisa memberikan momen terakhir yang berharga, tetapi juga bisa menjadi pukulan emosional bagi keluarga.

1. Apakah terminal lucidity terjadi pada semua pasien kritis?

Tidak, tidak semua pasien mengalami fenomena ini. Terminal lucidity hanya terjadi pada sebagian kecil pasien dengan gangguan otak atau penyakit kronis.

2. Berapa lama terminal lucidity berlangsung sebelum kematian?

Durasi terminal lucidity bervariasi, mulai dari beberapa menit hingga beberapa hari sebelum pasien meninggal dunia.

3. Apakah terminal lucidity bisa dijelaskan secara ilmiah?

Saat ini, masih belum ada penjelasan ilmiah yang pasti. Namun, ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan fenomena ini, termasuk perubahan aktivitas otak dan pelepasan neurotransmiter.

 
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya