Beda PCO dan PCOS Lengkap dengan Cara Mengelolanya, Serupa Tapi Tak Sama

Pelajari perbedaan mendasar antara PCO dan PCOS yang penting untuk kesehatan wanita dan cara mengelolanya.

oleh Anugerah Ayu Sendari Diperbarui 14 Feb 2025, 21:00 WIB
Diterbitkan 14 Feb 2025, 21:00 WIB
tanda - Vania
Ilustrasi PCOS/https://www.freepik.com/freepik ... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Kesehatan reproduksi adalah aspek penting dalam kehidupan perempuan yang sering kali terabaikan. Banyak perempuan tidak menyadari perubahan dalam tubuhnya hingga mengalami gangguan seperti siklus menstruasi yang tidak teratur, kesulitan hamil, atau masalah kulit yang berkaitan dengan hormon.

Salah satu kondisi yang sering ditemukan pada perempuan adalah Polycystic Ovaries (PCO) dan Polycystic Ovary Syndrome (PCOS). Meskipun memiliki nama yang mirip, keduanya merupakan kondisi yang berbeda dan memiliki dampak yang tidak sama terhadap kesehatan.

Karena perbedaan ini, cara penanganan dan dampaknya terhadap tubuh juga tidak sama. Sayangnya, masih banyak kesalahpahaman yang membuat wanita cemas ketika didiagnosis memiliki PCO atau PCOS. Oleh karena itu, penting untuk memahami perbedaan keduanya agar dapat mengambil langkah yang tepat dalam menjaga kesehatan reproduksi.

Berikut penjelasan mengenai beda PCO dan PCOS serta cara penanganannya, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Jumat(14/2/2025).

Apa itu PCO?

PCO atau Polycystic Ovaries adalah kondisi di mana ovarium memiliki banyak kista kecil yang terlihat pada pemeriksaan ultrasonografi. PCO bisa terjadi secara alami tanpa mengganggu kesuburan atau siklus menstruasi.

Meskipun banyak perempuan dengan PCO tidak mengalami gejala yang mengganggu, kondisi ini sering kali ditemukan secara kebetulan saat menjalani pemeriksaan kesehatan. PCO tidak selalu membutuhkan pengobatan, asalkan tidak menimbulkan masalah kesehatan lainnya.

Diagnosis Polycystic Ovaries (PCO) biasanya dilakukan melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG) transvaginal atau abdominal. Pada USG, dokter akan melihat apakah terdapat banyak folikel kecil berukuran 2-9 mm di dalam ovarium, yang menjadi ciri khas PCO. Tidak seperti PCOS, PCO tidak disertai dengan gangguan hormon yang signifikan, sehingga tidak memerlukan pemeriksaan kadar hormon secara mendalam.

Apa itu PCOS?

PCOS atau Polycystic Ovary Syndrome adalah gangguan hormonal yang lebih serius dan kompleks. PCOS ditandai dengan ketidakseimbangan hormonal yang dapat menyebabkan berbagai gejala, seperti siklus menstruasi yang tidak teratur, masalah ovulasi, dan peningkatan kadar hormon androgen. Perempuan dengan PCOS juga berisiko mengalami masalah kesehatan lainnya, seperti resistensi insulin dan diabetes tipe 2.

Untuk mendiagnosis PCOS, dokter biasanya menggunakan kriteria Rotterdam, di mana seorang wanita harus memiliki minimal dua dari tiga kondisi berikut: siklus menstruasi yang tidak teratur atau tidak ovulasi, tanda-tanda kelebihan hormon androgen seperti jerawat dan pertumbuhan rambut berlebih, serta ovarium yang memiliki banyak kista kecil berdasarkan hasil USG.

Perbedaan PCO dan PCOS

Perbedaan mendasar antara PCO dan PCOS adalah bahwa PCO hanya menggambarkan kondisi ovarium yang memiliki banyak folikel kecil, tanpa disertai gangguan hormon atau gejala lain. Sementara itu, PCOS adalah sindrom yang melibatkan berbagai gangguan hormonal dan metabolik yang dapat berdampak pada kesehatan secara keseluruhan.

Perbedaan utama antara PCO dan PCOS terletak pada kompleksitas kondisi tersebut. PCO hanya menggambarkan adanya banyak kista di ovarium tanpa disertai gangguan hormonal, sedangkan PCOS adalah diagnosis klinis yang melibatkan berbagai gejala dan ketidakseimbangan hormonal.

Dengan kata lain, seseorang bisa memiliki PCO tanpa mengalami PCOS, tetapi jika seseorang didiagnosis dengan PCOS, hampir selalu ada PCO yang menyertainya. 

Perbedaan Gejala

Gejala PCO

PCO umumnya tidak menimbulkan gejala yang mengganggu karena hanya merupakan kondisi ovarium yang memiliki banyak folikel kecil tanpa gangguan hormonal. Namun, dalam beberapa kasus, wanita dengan PCO bisa mengalami:

  1. Siklus menstruasi normal atau sedikit tidak teratur: Sebagian wanita dengan PCO masih mengalami menstruasi secara teratur, meskipun ada juga yang mengalami sedikit gangguan dalam keteraturan siklusnya.
  2. Kesuburan tetap terjaga: PCO tidak selalu menyebabkan masalah kesuburan, dan wanita dengan kondisi ini masih bisa berovulasi secara normal.
  3. Tidak ada tanda-tanda kelebihan hormon androgen: Wanita dengan PCO biasanya tidak mengalami pertumbuhan rambut berlebih, jerawat parah, atau kebotakan seperti pada PCOS.
  4. Hanya terlihat melalui USG: PCO sering kali baru diketahui saat pemeriksaan ultrasonografi (USG), di mana ovarium terlihat memiliki banyak folikel kecil (kista kecil yang belum matang).

Gejala PCOS

PCOS memiliki gejala yang lebih kompleks karena melibatkan gangguan hormon yang mempengaruhi berbagai aspek kesehatan. Gejalanya meliputi:

Siklus Menstruasi Tidak Teratur atau Tidak Ada Menstruasi

  1. Menstruasi yang jarang atau tidak teratur (oligomenore) – biasanya kurang dari 8 siklus dalam setahun.
  2. Tidak mengalami menstruasi sama sekali (amenore) dalam beberapa bulan.
  3. Periode menstruasi yang sangat berat atau berkepanjangan akibat gangguan ovulasi.

Tanda-Tanda Peningkatan Hormon Androgen

  1. Hirsutisme – pertumbuhan rambut berlebih pada wajah, dada, punggung, atau area tubuh lain yang biasanya lebih berambut pada pria.
  2. Jerawat yang Parah – kulit menjadi lebih berminyak dan mudah berjerawat, terutama di area wajah, punggung, dan dada.
  3. Kebotakan Pola Pria (Female Pattern Baldness) – rambut rontok berlebihan, terutama di bagian atas kepala.

Gangguan Metabolik

  1. Resistensi Insulin – tubuh kurang responsif terhadap insulin, yang bisa meningkatkan risiko diabetes tipe 2.
  2. Peningkatan Berat Badan atau Kesulitan Menurunkan Berat Badan – banyak penderita PCOS mengalami kenaikan berat badan yang sulit dikontrol, terutama di area perut.
  3. Kolesterol dan Tekanan Darah Tinggi – lebih rentan terhadap masalah jantung dan pembuluh darah.

Masalah Kesuburan

  1. Ovulasi yang tidak teratur atau tidak terjadi sama sekali menyebabkan kesulitan dalam hamil.
  2. Wanita dengan PCOS sering mengalami anovulasi (tidak melepaskan sel telur secara teratur).

Gangguan Psikologis dan Mood

  1. Depresi dan Kecemasan – perubahan hormon dan masalah kesehatan dapat meningkatkan risiko gangguan mental.
  2. Gangguan Tidur (Sleep Apnea) – beberapa penderita PCOS mengalami sleep apnea, terutama jika mengalami obesitas.

Cara Menyembuhkan PCO dan PCOS

Baik PCO maupun PCOS tidak dapat disembuhkan sepenuhnya, tetapi bisa dikelola dengan baik. Berikut cara mengelola PCO dan PCOS:

PCO (Polycystic Ovaries)

Karena PCO bukanlah suatu sindrom atau gangguan hormonal, tetapi hanya kondisi ovarium yang memiliki banyak folikel kecil, biasanya tidak memerlukan pengobatan khusus. PCO sering kali tidak menyebabkan masalah kesehatan, sehingga tidak perlu dikhawatirkan jika tidak ada gejala yang mengganggu. Jika siklus menstruasi tetap normal dan tidak ada masalah kesuburan, maka tidak diperlukan terapi atau intervensi medis.

PCOS (Polycystic Ovary Syndrome)

PCOS tidak bisa disembuhkan secara permanen karena merupakan gangguan hormonal yang sifatnya kronis. Namun, gejalanya bisa dikontrol dengan beberapa cara:

Perubahan Gaya Hidup

  1. Menjaga Pola Makan Sehat: Diet rendah gula dan tinggi serat dapat membantu mengontrol resistensi insulin dan hormon androgen.
  2. Olahraga Teratur: Aktivitas fisik membantu menyeimbangkan hormon, meningkatkan sensitivitas insulin, dan menjaga berat badan ideal.
  3. Mengontrol Berat Badan: Penurunan berat badan (jika mengalami kelebihan berat badan) dapat memperbaiki siklus menstruasi dan mengurangi gejala PCOS.

Pengobatan Medis

  1. Pil KB Hormonal: Digunakan untuk mengatur siklus menstruasi dan mengurangi gejala seperti jerawat serta pertumbuhan rambut berlebih.
  2. Metformin: Obat yang sering diberikan untuk menangani resistensi insulin dan membantu mengatur ovulasi.
  3. Anti-Androgen: Obat seperti spironolactone dapat membantu mengurangi pertumbuhan rambut berlebih dan jerawat akibat hormon androgen yang tinggi.
  4. Induksi Ovulasi: Bagi wanita yang ingin hamil tetapi mengalami anovulasi, dokter bisa meresepkan obat pemicu ovulasi seperti clomiphene citrate atau letrozole.

Terapi Alternatif

  1. Mengelola Stres: Stres dapat memperburuk ketidakseimbangan hormon, sehingga teknik relaksasi seperti yoga dan meditasi bisa membantu.
  2. Suplemen & Herbal: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa inositol dan vitamin D dapat membantu memperbaiki resistensi insulin pada PCOS, meskipun perlu konsultasi dokter sebelum menggunakannya.

Cara Mencegah PCO dan PCOS

Meskipun PCO (Polycystic Ovaries) dan PCOS (Polycystic Ovary Syndrome) tidak selalu bisa dicegah sepenuhnya—karena faktor genetik dan hormonal juga berperan—ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya PCOS dan mencegah PCO berkembang menjadi masalah kesehatan:

1. Menjaga Pola Makan Sehat

  • Konsumsi makanan tinggi serat (sayur, buah, biji-bijian) untuk membantu mengontrol kadar gula darah dan hormon insulin.
  • Kurangi asupan karbohidrat olahan (roti putih, nasi putih, makanan manis) karena dapat meningkatkan resistensi insulin.
  • Pilih protein sehat seperti ikan, ayam tanpa kulit, kacang-kacangan, dan produk susu rendah lemak.
  • Konsumsi lemak sehat seperti alpukat, kacang-kacangan, dan minyak zaitun, yang baik untuk keseimbangan hormon.

2. Menjaga Berat Badan Ideal

Kelebihan berat badan dapat meningkatkan risiko resistensi insulin dan memperburuk gejala PCOS. Penurunan berat badan meskipun hanya 5-10% dari berat badan awal dapat membantu memperbaiki siklus menstruasi dan keseimbangan hormon.

3. Olahraga Secara Teratur

  • Latihan kardio seperti berjalan, berlari, atau bersepeda dapat membantu meningkatkan sensitivitas insulin dan mengontrol berat badan.
  • Latihan kekuatan seperti angkat beban atau yoga dapat membantu memperbaiki metabolisme dan keseimbangan hormon.
  • Olahraga minimal 150 menit per minggu dapat membantu mengurangi risiko PCOS.

4. Mengelola Stres

  • Stres berlebihan dapat meningkatkan kadar hormon kortisol yang bisa memperburuk ketidakseimbangan hormon.
  • Coba teknik relaksasi seperti yoga, meditasi, atau pernapasan dalam untuk mengurangi stres.
  • Pastikan tidur cukup (7-9 jam per malam) untuk membantu regulasi hormon secara alami.

5. Menghindari Zat yang Mengganggu Hormon

  • Batasi paparan bahan kimia berbahaya seperti BPA (terdapat dalam plastik dan kaleng makanan) yang dapat mengganggu keseimbangan hormon.
  • Gunakan produk perawatan tubuh yang bebas dari paraben dan ftalat yang dapat bertindak sebagai hormon sintetis dalam tubuh.

6. Pemeriksaan Kesehatan Rutin

  • Jika memiliki riwayat keluarga dengan PCOS atau gangguan hormon, lakukan pemeriksaan rutin ke dokter untuk memantau kesehatan ovarium dan keseimbangan hormon.
  • Jika mengalami siklus menstruasi tidak teratur atau tanda-tanda ketidakseimbangan hormon (seperti jerawat berlebihan atau pertumbuhan rambut tidak normal), segera konsultasikan dengan dokter untuk pencegahan lebih dini.
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya