Timnas Indonesia U-20 tersingkir di Piala Asia U-20 2025, Laga vs Iran Disorot: Seharusnya Bisa Imbang

Harapan Timnas Indonesia U-20 untuk mencapai semifinal Piala Asia U-20 2025 pupus. Kekalahan dari Iran dan Uzbekistan memaksa Garuda Muda pulang lebih awal, meskipun masih ada satu pertandingan melawan Yaman pada Rabu, 19 Februari 2025.

oleh Fardi Rizal Diperbarui 19 Feb 2025, 15:49 WIB
Diterbitkan 19 Feb 2025, 15:49 WIB
Timnas Indonesia U-20
Timnas Indonesia U-20 harus angkat koper dari Piala Asia U-20 2025. (dok. Timnas Indonesia) - Bola.com... Selengkapnya

Bola.com, Jakarta - Harapan Timnas Indonesia U-20 untuk mencapai babak semifinal Piala Asia U-20 2025 telah sirna. Kekalahan dari Iran dan Uzbekistan memaksa Garuda Muda untuk mengakhiri perjalanan mereka lebih awal, meskipun masih ada satu pertandingan tersisa melawan Yaman pada hari Rabu, 19 Februari 2025.

Melihat kembali ke pertandingan sebelumnya, kekalahan dari Iran di laga pembuka menjadi awal dari kegagalan mereka. Dony Tri Pamungkas dan rekan-rekannya tak disangka-sangka harus menerima kekalahan dengan skor telak tiga gol tanpa balas.

Seandainya mereka bisa setidaknya bermain imbang, kemungkinan besar Garuda Muda masih memiliki peluang meskipun mereka kalah 1-3 dari Uzbekistan, sang juara bertahan, pada pertandingan kedua.

Pengamat sepak bola nasional, Mohamad Kusnaeni, turut menyesalkan awal buruk dari tim yang dilatih oleh Indra Sjafri tersebut.

"Padahal coach Indra Sjafri itu sebelum berangkat optimistis loh. Jadi begitu kalah 0-3 dari Iran orang bilang, 'kok sampai kalah segitu ya?'," kata Mohamad Kusnaeni via kanal YouTube NTV Sport Cast belum lama ini.

Seharusnya Dapat Bermain Imbang

Jens Raven - Timnas Iran U-20 Vs Timnas Indonesia U-20 di Piala Asia U-20 2025
Aksi Jens Raven dalam laga Timnas Iran U-20 Vs Timnas Indonesia U-20 di Piala Asia U-20 2025 yang dilangsungkan di Shenzhen Youth Football Training Base Centre Stadium, Shenzhen, Rabu (13/2/2025). (Dok. PSSI) - Bola.com... Selengkapnya

Mohamad Kusnaeni, yang akrab disapa Bung Kus, mengungkapkan bahwa banyak yang memprediksi Timnas Indonesia U-20 akan mampu menahan Iran dengan hasil imbang. "Orang mungkin berpikir bisa imbang. Saya diwawancara Metro TV sebelum pertandingan. Saya bilang, ini kalau nahan imbang sudah bagus," ujarnya. Sebagai pengamat yang pernah menjadi jurnalis sepak bola, Bung Kus juga mendengar bahwa masyarakat percaya Garuda Muda dapat mengalahkan Iran.

"Namun, waktu itu suara masyarakat menang satu-nol, menang dua-nol. Bahkan ada yang bilang menang tiga-nol. Saya bilang sama penyiarnya, tidak boleh mengabaikan fakta bahwa lawan ini adalah tim yang pernah empat kali juara. Meski pun itu tahun 1970-an ya," kata Mohamad Kusnaeni.

Menurut Bung Kus, jika Timnas U-20 mendapatkan satu poin di pertandingan pertama, itu sudah merupakan pencapaian yang baik. Namun, kenyataannya, mereka tidak berhasil mendapatkan poin dan mengalami kekalahan.

"Bahkan menurut saya bukan masalah kalahnya, tapi saya melihat penampilan Timnas U-20, orang mungkin bilang Indonesia U-20 gitu ya, di pertandingan pertama itu agak sedikit di bawah ekspektasi," ujarnya lagi.

Bung Kus menyampaikan bahwa penampilan Timnas Indonesia U-20 dalam pertandingan pertama tersebut tidak sesuai dengan harapan banyak orang. Meski demikian, ia tetap memberikan pandangan yang realistis tentang kemampuan tim tersebut dalam menghadapi lawan yang pernah meraih empat kali gelar juara, meskipun itu terjadi pada era 1970-an.

Pertahanan Mengalami Kesulitan

Timnas Indonesia U-20
Timnas Indonesia bertemu Iran pada laga pertama Grup C Piala Asia U-20 2025. (X Timnas Indonesia) - Bola.com... Selengkapnya

Mohamad Kusnaeni menyoroti performa lini pertahanan Timnas Indonesia U-20 yang menjadi penyebab kebobolan tiga gol oleh Iran.

"Ada beberapa elemen yang seharusnya bisa diatasi, namun tidak. Pertahanan. Jadi tiga gol itu, menurut saya, berasal dari bola samping, umpan silang yang tidak diantisipasi. Meski pun dua sundulan, satu tendangan bicycle kick," tuturnya.

"Saat turnamen sebelum Piala Asia, saya kebetulan sedang siaran. Ketika itu, kita berhadapan dengan Yordania dan Suriah, dan kebobolan dengan cara yang sama. Jadi bola-bola silang, bek-bek kita tidak mampu mengantisipasi," ungkapnya.

"Prinsip bertahan adalah jangan memberikan kesempatan kepada lawan untuk menguasai bola. Kalau bisa, kita harus memotongnya sebelum lawan mendapatkan bola. Bek kita selalu berada di belakang striker lawan. Padahal, striker lawan ada yang lebih tinggi," pungkas Mohamad Kusnaeni.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang menggunakan Artificial Intelligence dari Bola.com

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya