Liputan6.com, Jakarta Patung Kuda di Jakarta menjadi lokasi utama aksi demonstrasi Indonesia Gelap yang digelar oleh kalangan mahasiswa dan masyarakat sipil pada 20-21 Februari 2025. Ribuan massa diketahui berkumpul di kawasan tersebut untuk menyampaikan kritik terhadap kebijakan pemerintah yang dinilai menyengsarakan rakyat. Meski sekilas hanyalah patung berbentuk kuda yang sedang menarik kereta, namun simbol ini memiliki cerita di baliknya.
Monumen yang dikenal dengan nama resmi Patung Arjuna Wijaya ini berdiri megah di persimpangan Jalan MH Thamrin dan Jalan Medan Merdeka. Dibangun pada tahun 1987 atas inisiatif Presiden Soeharto, patung ini menggambarkan kisah epik Mahabharata tentang perjuangan dan keadilan. Filosofi yang terkandung di dalamnya menjadikan lokasi ini relevan dengan berbagai aksi unjuk rasa yang kerap terjadi.
Advertisement
Baca Juga
Letaknya yang strategis, dengan posisinya yang dianggap mengambarkan perjuangan menjadikannya tepat sebagai lokasi untuk menyuarakan aspirasi. Lantas bagaimana asal-usul Patung Kuda yang ikonik ini? Simak ulasan berikut, dirangkum Liputan6, Sabtu (22/2).
Advertisement
Sejarah Patung Kuda Jakarta dan Filosofinya
Dilansir dari gni.kemdikbud.go.id, Patung Kuda Jakarta, atau yang dikenal secara resmi sebagai Patung Arjuna Wijaya adalah sebuah monumen yang dibangun pada tahun 1987 berdasarkan ide dari Presiden Soeharto. Inspirasi pembangunannya muncul setelah kunjungan kenegaraan ke Turki, di mana Soeharto melihat banyak monumen sejarah yang mengisahkan kejayaan bangsa Turki. Ia pun ingin menghadirkan ikon serupa di Jakarta yang mengandung nilai-nilai kepemimpinan dan keberanian.
Patung ini dirancang oleh seniman ternama Nyoman Nuarta dan menggambarkan adegan dalam epos Mahabharata, di mana Arjuna dan Batara Kresna berada di atas kereta perang yang ditarik oleh delapan ekor kuda. Kuda-kuda ini melambangkan Asta Brata, yaitu delapan prinsip kepemimpinan yang harus dimiliki seorang pemimpin, yaitu bumi (kisma), matahari (surya), api (agni), bintang (kartika), samudera (baruna), angin (samirana), hujan (tirta), dan bulan (candra).
Makna yang terkandung dalam patung ini adalah keberanian dalam menghadapi tantangan, sikap adil dalam kepemimpinan, serta perjuangan untuk membela kebenaran. Filosofi ini kemudian menjadikan kawasan Patung Kuda sebagai lokasi simbolis untuk berbagai aksi demonstrasi yang bertujuan menyuarakan keadilan dan reformasi.
Advertisement
Dari Monumen Nasional ke Pusat Aksi Demonstrasi
Kawasan Patung Kuda terletak di jantung ibu kota, hanya beberapa ratus meter dari Monumen Nasional (Monas) dan Istana Negara. Lokasinya yang strategis membuatnya sering dijadikan titik kumpul bagi berbagai aksi demonstrasi, baik yang berskala kecil maupun besar.
Sejak era reformasi, Patung Kuda telah menjadi saksi berbagai unjuk rasa, mulai dari aksi buruh, demonstrasi mahasiswa, hingga protes terhadap kebijakan pemerintah. Salah satu alasan utama mengapa lokasi ini dipilih adalah karena aksesnya yang dekat dengan pusat pemerintahan, sehingga menjadi tempat yang ideal untuk menyampaikan aspirasi langsung kepada para pemimpin negara.
Dalam aksi Indonesia Gelap yang berlangsung pada Februari 2025, ribuan mahasiswa dan masyarakat sipil berkumpul di kawasan ini untuk menyampaikan kritik terhadap pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Mereka membawa spanduk, berorasi, dan menuntut transparansi serta evaluasi kebijakan yang dianggap merugikan rakyat.
"Kita lihat petani, nelayan, masyarakat, dosen dan mahasiswa, yang terdampak kebijakan ambisius yang mengorbankan program-program lain demi efisiensi. Kita tidak akan mundur, sampai kita menang!!" kata seorang orator di tengah aksi demonstrasi Indonesia Gelap, mengutip ANTARA.
Patung Kuda Sebagai Ruang Publik dan Warisan Budaya
Meskipun sering dikaitkan dengan demonstrasi, Patung Kuda juga memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi. Sebagai bagian dari lanskap Kota Jakarta, monumen ini tidak hanya berfungsi sebagai penanda kota, tetapi juga sebagai objek wisata sejarah yang menarik perhatian wisatawan lokal dan mancanegara.
Selain itu, Patung Kuda juga menjadi tempat refleksi bagi masyarakat yang ingin memahami lebih dalam tentang filsafat kepemimpinan yang diusung dalam Mahabharata. Dengan desainnya yang unik dan megah, patung ini sering dijadikan latar belakang untuk foto dan dokumentasi berbagai kegiatan sosial.
Dalam beberapa kesempatan, Pemerintah DKI Jakarta juga telah melakukan perawatan dan renovasi terhadap patung ini agar tetap terjaga keindahannya. Salah satu renovasi besar dilakukan pada tahun 2014, ketika instalasi air mancur dan pencahayaan diperbaiki untuk menambah daya tarik visual patung tersebut.
Advertisement
Patung Kuda dan Peranannya dalam Demonstrasi Indonesia Gelap
Aksi Indonesia Gelap yang digelar di Patung Kuda pada 20-21 Februari 2025 dihadiri oleh mahasiswa dari berbagai universitas serta kelompok masyarakat sipil. Demonstrasi ini menjadi bentuk kekecewaan terhadap beberapa kebijakan yang dianggap tidak berpihak kepada rakyat, seperti efisiensi anggaran di sektor pendidikan dan dugaan intervensi pemerintah dalam berbagai kebijakan strategis.
Selama aksi berlangsung, massa membawa berbagai spanduk dengan tulisan seperti "Tolak Efisiensi Anggaran Pendidikan" dan "Negara Hemat, Rakyat Tamat", menunjukkan ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah. Selain itu, mahasiswa juga melakukan aksi simbolik dengan menyanyikan lagu-lagu perjuangan dan membacakan puisi perlawanan.
Tidak hanya mahasiswa, aksi ini juga diikuti oleh berbagai kelompok lain, termasuk ibu-ibu yang tergabung dalam Aliansi Rakyat Penggugat, serta relawan sosial yang menyediakan konsumsi gratis bagi peserta aksi. Kehadiran berbagai elemen masyarakat menunjukkan bahwa Patung Kuda bukan sekadar tempat demonstrasi, tetapi juga menjadi titik solidaritas bagi mereka yang ingin menyuarakan perubahan.
People Also Ask tentang Patung Kuda di Jakarta
1. Mengapa Patung Kuda sering dijadikan lokasi demonstrasi?
Karena lokasinya yang strategis dekat dengan Monas dan Istana Negara, serta simbolismenya sebagai lambang perjuangan dan keadilan.
2. Apa makna filosofi dari Patung Arjuna Wijaya?
Patung ini menggambarkan kepemimpinan yang adil dan bijaksana berdasarkan delapan prinsip Asta Brata dalam Mahabharata.
3. Siapa yang merancang Patung Kuda Jakarta?
Patung ini dirancang oleh seniman Nyoman Nuarta atas inisiatif Presiden Soeharto pada tahun 1987.
4. Apakah Patung Kuda pernah direnovasi?
Ya, patung ini telah mengalami renovasi besar pada tahun 2014 untuk memperbaiki air mancur dan pencahayaan di sekitarnya.
5. Apa hubungan Patung Kuda dengan aksi Indonesia Gelap?
Aksi Indonesia Gelap menjadikan Patung Kuda sebagai titik utama demonstrasi karena lokasinya yang strategis dan maknanya sebagai simbol perjuangan.
Advertisement
