Penyebab Hipotermia, Momok Para Pendaki yang Bisa Berakibat Fatal

Hipotermia di gunung bisa berakibat fatal! Kenali penyebab, gejala, dan cara mencegahnya agar tetap aman saat mendaki.

oleh Andre Kurniawan Kristi Diperbarui 03 Mar 2025, 09:53 WIB
Diterbitkan 03 Mar 2025, 09:53 WIB
Ilustrasi hipotermia (iStock)
Ilustrasi hipotermia (iStock)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Mendaki gunung menjadi aktivitas yang semakin populer di kalangan pecinta alam. Namun, di balik keindahan pemandangan dari ketinggian, ada bahaya yang mengintai para pendaki, salah satunya adalah hipotermia. Hipotermia merupakan kondisi serius yang terjadi ketika suhu tubuh turun di bawah batas normal, yaitu 36-37 derajat Celsius. Kondisi ini bisa berakibat fatal jika tidak ditangani dengan benar.

Fenomena hipotermia sering kali terjadi saat cuaca ekstrem, terutama di daerah pegunungan dengan suhu yang sulit diprediksi. Angin kencang, hujan deras, atau sekadar ketinggian yang membuat udara lebih dingin dapat mempercepat hilangnya panas tubuh. Tidak sedikit kasus di mana hipotermia berujung pada kematian, terutama karena kurangnya persiapan atau pengetahuan dalam menghadapi kondisi ini.

Maka dari itu, sangat penting bagi pendaki untuk memahami penyebab utama hipotermia, mengenali tanda-tandanya sejak dini, serta mengetahui langkah-langkah yang perlu diambil untuk mencegah dan menangani kondisi ini. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang hipotermia di gunung, mulai dari penyebab, gejala, hingga cara mengatasinya.

Penyebab Utama Hipotermia di Gunung

Hipotermia terjadi ketika tubuh kehilangan panas lebih cepat daripada kemampuannya untuk mempertahankan suhu normal. Ada beberapa faktor utama yang menjadi penyebab hipotermia di gunung, antara lain:

a. Paparan Suhu Dingin yang Ekstrem

Suhu udara di gunung bisa sangat dingin, bahkan di siang hari. Pada malam hari atau saat cuaca buruk, suhu dapat turun drastis hingga di bawah nol derajat. Kondisi ini membuat tubuh kehilangan panas lebih cepat, terutama jika tidak memakai pakaian yang cukup hangat.

b. Angin Kencang yang Menurunkan Suhu Tubuh

Angin di pegunungan bisa sangat kencang dan mempercepat hilangnya panas dari tubuh. Dalam kondisi berangin, efek dingin bisa terasa lebih ekstrem dibandingkan suhu udara sebenarnya. Ini dikenal sebagai "wind chill effect," yang dapat memperburuk hipotermia.

c. Tubuh Basah akibat Hujan atau Keringat Berlebih

Pakaian basah karena hujan, keringat, atau salju dapat meningkatkan risiko hipotermia secara signifikan. Air menghantarkan panas lebih cepat dibandingkan udara, sehingga tubuh kehilangan suhu lebih cepat saat basah.

d. Kurangnya Persiapan dan Peralatan yang Memadai

Pendaki yang tidak membawa pakaian hangat, tenda, sleeping bag, atau perlengkapan lainnya lebih berisiko mengalami hipotermia. Kesalahan dalam memilih pakaian, seperti menggunakan bahan katun yang sulit mengering, juga dapat memperburuk keadaan.

e. Kondisi Fisik dan Kesehatan yang Kurang Prima

Pendaki yang kelelahan, kurang tidur, atau memiliki penyakit tertentu seperti diabetes dan masalah jantung lebih rentan terkena hipotermia. Tubuh yang lemah akan kesulitan menjaga suhu tubuh tetap stabil dalam kondisi ekstrem.

Gejala Hipotermia Berdasarkan Tingkatan

Hipotermia memiliki beberapa tingkatan dengan gejala yang berbeda. Mengenali tanda-tandanya sejak dini sangat penting untuk mencegah kondisi memburuk.

a. Hipotermia Ringan

  • Menggigil
  • Kulit pucat
  • Napas pendek
  • Kesulitan berbicara
  • Kelelahan

b. Hipotermia Sedang

  • Menggigil tidak terkendali
  • Kesulitan berdiri dan kehilangan keseimbangan
  • Perubahan perilaku, seperti kebingungan atau bicara tidak jelas
  • Kulit semakin pucat atau membiru

c. Hipotermia Berat

  • Hilangnya kesadaran
  • Halusinasi
  • Detak jantung melambat atau tidak terdeteksi
  • Pernapasan melemah
  • Risiko kematian jika tidak segera ditangani

Cara Mengatasi Hipotermia di Gunung

Jika seseorang menunjukkan tanda-tanda hipotermia, tindakan cepat sangat diperlukan untuk menyelamatkan nyawanya. Berikut langkah-langkah yang harus dilakukan:

a. Pindahkan ke Tempat yang Lebih Hangat

Carilah tempat berlindung dari angin dan hujan. Jika memungkinkan, buat tenda atau cari gua kecil untuk melindungi korban dari suhu dingin.

b. Ganti Pakaian Basah dengan yang Kering

Pakaian basah mempercepat hilangnya panas tubuh. Segera ganti dengan pakaian yang kering dan berbahan hangat seperti wol atau termal.

c. Berikan Sumber Panas

Gunakan sleeping bag, selimut termal, atau botol air hangat untuk membantu mengembalikan suhu tubuh.

d. Beri Minuman Hangat dan Makanan Berenergi Tinggi

Minuman seperti teh, cokelat panas, atau sup bisa membantu meningkatkan suhu tubuh dari dalam. Hindari minuman berkafein atau beralkohol karena dapat memperburuk kondisi.

Pencegahan Hipotermia Saat Mendaki

Mencegah lebih baik daripada mengobati. Berikut beberapa cara untuk menghindari hipotermia di gunung:

  • Gunakan pakaian berlapis dan tahan air
  • Selalu bawa jaket tebal, sarung tangan, dan penutup kepala
  • Hindari mendaki sendirian
  • Konsumsi makanan bergizi sebelum dan selama pendakian
  • Periksa prakiraan cuaca sebelum berangkat

Pertanyaan Seputar Hipotermia

Q: Bagaimana cara mengenali hipotermia saat mendaki?

A: Hipotermia biasanya ditandai dengan menggigil hebat, kulit pucat, kesulitan berbicara, dan kehilangan koordinasi gerakan.

Q: Apa yang harus dilakukan jika teman mendaki mengalami hipotermia?

A: Segera cari tempat berlindung, ganti pakaiannya dengan yang kering, berikan minuman hangat, dan hubungi tim penyelamat jika kondisinya memburuk.

Q: Apakah hipotermia bisa dicegah?

A: Bisa, dengan persiapan yang matang seperti membawa pakaian hangat, makan cukup, dan memperhatikan cuaca sebelum mendaki.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya