Bola.com, Jakarta - Jeong Seok-seo adalah salah satu dari sedikit orang yang beruntung. Pria asal Korea Selatan ini memiliki pengalaman panjang bersama Timnas Indonesia ketika Shin Tae-yong masih menjadi pelatih Skuad Garuda.
Selama lima tahun, Jeje, panggilan akrabnya, telah menjadi bagian penting dari sejarah Skuad Garuda bersama Shin Tae-yong. Peran Jeje sangat istimewa karena ia harus selalu berada di dekat Shin Tae-yong, baik di dalam maupun di luar lapangan. Sebagai penerjemah Timnas Indonesia, Jeje memiliki tanggung jawab besar untuk selalu mendampingi STY.
Baca Juga
Setelah cukup lama tidak muncul di publik, Jeje baru-baru ini berbagi cerita menarik melalui kanal YouTube Korea Reomit. Dengan sikap santai, pria yang dikenal murah senyum ini menanggapi pertanyaan mengenai rumor pemecatan Shin Tae-yong. Ketika ditanya tentang seberapa banyak rumor yang benar, ia menjawab, "Yang nyata 20 persen. Bukan ditutup tapi dijalani saja. Kalau ditutup kayaknya sengaja ditutup. Tapi ya mau enggak mau. Dan baiknya memang jalan itu yang lebih benar," kata Jeje.
Advertisement
Jeje menambahkan, "Sekarang-sekarang ini banyak yang ngomong soalnya. Bilang drama Korea-lah, apalah. Enggak usah bawa-bawa drama Korea. Takutnya diomongin begitu sama orang-orang yang nggak suka apa ya. Takut dianggap mengganggu perjalan timnas yang lagi bagus. Takutnya dibilang begitu sih," imbuhnya. Dengan demikian, Jeje berusaha menjelaskan bahwa isu-isu tersebut tidak seharusnya mengganggu kinerja timnas yang sedang dalam performa baik.
Memperoleh Banyak Pelajaran dari Shin Tae-yong
Ketika ditanya kapan memulai karier sebagai penerjemah dan bagaimana perasaannya, Jeje memberikan jawaban yang panjang dan terperinci.
"Saya mulai bekerja dari 2020 awal. Di awal memang sangat gelap. Bingung. Maksudnya, kan saya pertama juga bekerja di timnas dan di dunia olahraga Indonesia. Dan memang agak agak sedikit sulit untuk memajukan. (Itu) Yang saya rasa," tutur Jeje.
Jeje menjelaskan bahwa awalnya dia merasa bingung dan mengalami tantangan besar. Namun, dia menemukan bahwa pelatih Shin memiliki visi dan impian yang lebih besar dari yang dia bayangkan. "Tapi ternyata coach Shin punya harapan dan mimpi yang lebih baik dari yang ternyata kupikir," katanya lagi.
Dia juga mengakui bahwa banyak pelajaran yang didapat dari Shin Tae-yong. "Agak sedikit beda memang, dan aku banyak belajar dari beliau. Semakin lama semakin ke sini ya seperti yang kita tahu prestasi lumayan oke dan pemain-pemain pun saya percaya kepada coach Shin Tae-yong waktu itu. Jadi, itulah maksudnya bisa membuat kita maju sama-sama," ungkap Jeje.
Menurut Jeje, penting bagi PSSI, pemain, dan staf pelatih untuk bersatu demi mencapai prestasi. Dia menekankan bahwa ini adalah kunci keberhasilan di mana pun. "Maksudnya selalu kita bilang PSSI sama pemain sama staf pelatih itu harus jadi satu baru bisa membuat prestasi. Di negara mana pun sama. Kalau nggak pasti nggak akan maju. Kayak Korea sekarang, ya susah. Padahal pemain-pemain bintang semua. Tapi kenapa enggak bersinar. Walaupun sekarang tetap bagus," jelasnya.
Advertisement
Kenangan yang Paling Menggugah
Selama lima tahun bekerja sama dengan STY dan Timnas Indonesia, momen apa yang paling berkesan hingga saat ini?
"Ingatan terbaik itu, ketika menang lawan Korea Selatan di Piala Asia U-23 2024," ujarnya dengan cepat.
Mengapa merasa senang, padahal yang dilawan adalah negara sendiri?
"Korea Selatan memang saat itu, dan hingga kini, masih berada di level yang sangat tinggi. Mereka seolah menjadi tembok besar yang sulit untuk kita lewati. Terlebih lagi, itu adalah babak delapan besar. Kita bertemu di titik penentuan, di mana salah satu harus kalah."
"Namun saya yakin dengan para pemain saat itu. Mereka sangat percaya diri dan pelatih Shin juga sudah memberikan motivasi kepada pemain. Kita telah berhasil mengalahkan Yordania dan Australia. Kepercayaan diri kami sedang berada di puncaknya."
"Saya juga yakin, melawan Korea kita bisa menang. Kita harus profesional. Bukan karena saya adalah warga negara Korea, maka Korea harus menang. Tetapi karena dari staf pelatih, pemain, hingga karyawan PSSI bersatu untuk Indonesia, sehingga kita bisa meraih kemenangan."
Pernah Merasakan Kegelisahan
Namun demikian, menurut Jeje, tim nasional Indonesia sempat merasakan kecemasan yang mendalam dan hampir menangis, tetapi akhirnya berubah menjadi kegembiraan.
"Masalahnya, kita hampir menang. Kemudian skor menjadi 2-2. Pertandingan berlanjut hingga perpanjangan waktu dan masuk ke adu penalti. Dalam adu penalti tersebut, kita sudah kalah. Justin Hubner menendang dan kiper Korea berhasil menepisnya. Korea sudah merasa di atas angin," jelas Jeje.
"Rasanya sangat sedih. Kami hampir menangis. Namun, suasana terasa aneh. Wasit melakukan gerakan yang mencurigakan, seolah ada sesuatu yang terjadi," ungkap Jeje sambil menirukan gerakan wasit dengan memegang kedua telinganya.
"Setelah itu, wasit mendengarkan dengan seksama, dan ternyata ada kesalahan. Kiper Korea bergerak lebih awal sebelum bola ditendang. Penalti diulang, dan kali ini berhasil masuk. Beberapa kali lagi, hingga Pratama Arhan yang terakhir. Tendangannya masuk dan kami menang. Awalnya Korea yang bahagia, sekarang giliran kami," tutup Jeje dengan penuh semangat.
Advertisement
