5 Model Rumah Adat Jawa Tengah, Penjelasan Filosofis dan Gambarnya

Temukan 5 model rumah adat Jawa Tengah, masing-masing dengan filosofi dan ciri khas uniknya yang memikat.

oleh Andre Kurniawan Kristi Diperbarui 14 Apr 2025, 11:51 WIB
Diterbitkan 14 Apr 2025, 11:51 WIB
Rumah Joglo Anies Baswedan
Rumah Joglo Anies Baswedan. (Dok: YouTube Anies)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Jawa Tengah dikenal sebagai salah satu provinsi dengan warisan budaya yang kaya, termasuk dalam bentuk rumah adat yang mencerminkan nilai-nilai kehidupan masyarakatnya. Setiap rumah adat memiliki filosofi mendalam yang berhubungan dengan status sosial, spiritualitas, dan alam sekitar. Rumah adat Jawa Tengah bukan hanya sekadar tempat tinggal, tetapi juga simbol identitas budaya yang tetap dilestarikan hingga saat ini.

Ada beberapa jenis rumah adat yang tersebar di seluruh Jawa Tengah, masing-masing memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri. Dari rumah yang dulunya hanya dapat dinikmati oleh kalangan bangsawan hingga rumah yang berfungsi sebagai tempat ibadah, setiap model rumah adat ini menawarkan gambaran tentang sejarah dan filosofi kehidupan masyarakat Jawa.

Dalam artikel ini, kita akan membahas lima jenis rumah adat Jawa Tengah yang terkenal, mulai dari Joglo yang megah hingga Kampung yang lebih sederhana. Setiap model rumah ini memiliki karakteristik berbeda yang patut untuk diketahui lebih dalam.

 

Rumah Adat Joglo: Simbol Kejayaan Bangsawan

Rumah Joglo
Sebuah desa di Gunungkidul bernama Ngloro ini terdapat lebih dari 70 unit Joglo yang masih lestari. (Ridho Hidayat/JawaPos.com)... Selengkapnya

Rumah adat Joglo adalah salah satu bentuk rumah yang paling terkenal di Jawa Tengah. Dengan atapnya yang menyerupai dua gunung, rumah ini menjadi simbol kebesaran dan kejayaan para bangsawan atau priyayi pada masa lalu. Filosofi di balik desain rumah ini sangat mendalam, mencerminkan keseimbangan antara manusia dan alam.

Rumah Joglo memiliki empat tiang utama yang disebut soko guru, yang menjadi penopang utama bangunan. Tiang-tiang ini tidak hanya sebagai penyangga fisik, tetapi juga memiliki makna spiritual sebagai penjaga keseimbangan dunia.

Di dalam rumah Joglo, terdapat beberapa bagian penting seperti Pendopo (ruang terbuka untuk pertemuan), Pringgitan (ruang untuk acara adat), dan Senthong yang dibagi menjadi beberapa ruang, termasuk Senthong Tengah dan Senthong Kiwa yang memiliki fungsi berbeda. Setiap ruang dalam rumah Joglo memiliki tujuan dan makna tertentu yang sangat dihormati oleh masyarakat Jawa.

 

Rumah Adat Limasan: Sederhana namun Memikat

Model Rumah Adat Jawa Tengah
Model Rumah Adat Jawa Tengah Limasan (visitjawatengah.jatengprov.go.id)... Selengkapnya

Rumah adat Limasan memiliki atap berbentuk limas yang menjadi ciri khas utama bangunan ini. Meskipun terkesan sederhana, rumah ini menyimpan filosofi tentang kesederhanaan hidup yang dianut oleh masyarakat Jawa. Rumah Limasan biasanya terbuat dari material bata yang kuat dan kokoh, dan sering dijumpai di pedesaan.

Keunikan lain dari rumah ini adalah tiang penyangga yang bervariasi, tergantung pada ukuran bangunannya. Rumah adat Limasan juga mencerminkan nilai gotong royong dalam masyarakat, karena biasanya dibangun dengan melibatkan banyak orang.

Selain itu, atap berbentuk limas dianggap melambangkan hubungan antara manusia dengan langit dan bumi, serta menggambarkan perlindungan terhadap hujan dan panas.

 

Rumah Adat Tajug: Rumah Ibadah dengan Makna Spiritual

Model Rumah Adat Jawa Tengah
Model Rumah Adat Jawa Tengah Tajug (pariwisata.demakkab.go.id)... Selengkapnya

Berbeda dengan rumah adat lainnya, rumah Tajug digunakan sebagai tempat ibadah, bukan untuk tempat tinggal. Atap Tajug berbentuk segitiga yang mengarah ke atas, simbol dari keabadian dan keesaan Tuhan dalam kepercayaan masyarakat Jawa.

Salah satu contoh terkenal dari rumah adat Tajug adalah Masjid Agung Demak, yang memiliki desain Tajug yang sangat khas. Rumah Tajug sering kali dibangun di tempat-tempat yang memiliki nilai historis dan spiritual yang tinggi. Bagian atap yang segitiga melambangkan arah menuju Tuhan, serta pencapaian spiritual.

Selain itu, rumah Tajug juga digunakan untuk kegiatan sakral lainnya, seperti pertemuan keagamaan dan ritual adat, yang menunjukkan betapa pentingnya peran rumah ini dalam kehidupan sosial dan spiritual masyarakat Jawa.

 

Rumah Adat Panggang Pe: Kepraktisan dalam Kesederhanaan

Rumah adat Panggang Pe memiliki desain yang lebih sederhana dibandingkan dengan rumah adat lainnya. Biasanya, rumah ini digunakan sebagai warung atau tempat berjualan, dengan jumlah tiang yang bervariasi antara empat hingga enam tiang.

Keunikan rumah ini terletak pada fungsinya yang sangat praktis dan mudah dibangun. Meskipun sederhana, rumah Panggang Pe tetap memiliki nilai estetika tersendiri dengan bentuknya yang teratur dan simetris.

Filosofi yang terkandung dalam rumah adat Panggang Pe adalah tentang keberlanjutan hidup yang sederhana namun cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Rumah ini mencerminkan kehidupan masyarakat yang bersahaja dan bergantung pada kepraktisan dalam setiap aspek kehidupan.

 

Rumah Adat Kampung: Tempat Tinggal Rakyat Biasa

Rumah adat Kampung adalah rumah yang digunakan oleh kalangan menengah ke bawah, seperti petani, peternak, dan pedagang. Rumah ini memiliki ciri khas berupa jumlah tiang yang berkelipatan empat dan desain bangunan berbentuk persegi panjang dengan dua lapis tiang penyangga.

Meskipun lebih sederhana, rumah Kampung memiliki teras di bagian depan dan belakang yang memberi kesan luas. Keberadaan teras ini menunjukkan pentingnya hubungan sosial dalam masyarakat, di mana ruang terbuka menjadi tempat untuk berinteraksi dengan tetangga.

Rumah adat Kampung mencerminkan nilai gotong royong dan kehidupan yang saling berbagi antara sesama, serta kesederhanaan yang menjadi dasar kehidupan masyarakat Jawa pada umumnya.

 

Pertanyaan Populer:

Apa yang membedakan rumah adat Joglo dengan rumah adat lainnya?

Rumah adat Joglo memiliki empat tiang utama yang disebut soko guru dan atap berbentuk seperti dua gunung yang melambangkan keseimbangan antara manusia dan alam.

Apa makna filosofis dari bentuk atap rumah adat Limasan?

Atap berbentuk limas pada rumah adat Limasan melambangkan hubungan antara manusia dengan langit dan bumi, serta memberikan perlindungan terhadap cuaca.

Kenapa rumah adat Tajug hanya digunakan untuk ibadah?

Rumah Tajug memiliki makna spiritual yang dalam, dengan atap berbentuk segitiga yang melambangkan keesaan Tuhan dan digunakan untuk kegiatan keagamaan.

Untuk apa rumah adat Panggang Pe digunakan?

Rumah adat Panggang Pe biasanya digunakan sebagai warung atau tempat berjualan dengan desain yang sederhana dan fungsional.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya