Jokowi: Sebenarnya Proses Seleksi Menteri Sudah dari Dulu

Selama ini Jokowi mengaku merahasiakan hal tersebut kepada awak media.

oleh TaufiqurrohmanLuqman Rimadi diperbarui 09 Okt 2014, 07:01 WIB
Diterbitkan 09 Okt 2014, 07:01 WIB
Jokowi-JK
Presiden terpilih Joko Widodo dan Jusuf Kalla adakan jumpa pers di Rumah Transisi, Jakarta (15/9/2014) (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden terpilih Joko Widodo atau Jokowi mengungkapkan, sebenarnya ia telah melakukan uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) para calon menterinya sejak lama. Selama ini Jokowi mengaku merahasiakan hal tersebut kepada awak media.

"Iya (sudah fit and proper test) sebenarnya sih sudah dari dulu," ujar Jokowi di Balaikota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu, (8/10/2014).

Lalu, kapan proses seleksi para calon menterinya tersebut dimulai? Jokowi enggan menyebutkannya.

Ia hanya mengatakan proses seleksi calon menterinya dilakukan di kediaman dinas Gubernur DKI Jakarta, Jalan Taman Suropati No 7, Menteng, Jakarta Pusat. "Ya begitu," ucap Jokowi sambil mengangguk.

Lantas, sejauh mana proses seleksi menteri yang dilakukannya saat ini? Jokowi hanya mengatakan beberapa nama yang ia panggil ada sesuai dengan kriterianya, namun sebagian ada yang tidak sesuai dengan keinginannya.

"Ya ada yang memuaskan, ada yang ndak," kata Jokowi.

Jokowi juga enggan menyebut berapa orang nama yang telah dipanggil olehnya untuk mengikuti proses seleksi tersebut. "Ya hampirlah...pokoknya, hampir," tukas dia.

Usulan Profesional Non-Parpol

Pemerintahan Presiden dan Wakil Presiden terpilih Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) bukan hanya akan dihadapkan dengan situasi politik dan sisa pekerjaan rumah yang bakal ditinggalkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saja. Melainkan, banyaknya harapan masyarakat kepada keduanya dalam membangun negara ini selama 5 tahun ke depan.

Untuk mengatasi hal tersebut, Jokowi-JK pun sepakat membentuk kementerian di kabinetnya nanti yang bakal diisi oleh 18 porsi dari kalangan profesional dan 16 kursi dari partai.

Menanggapi hal tersebut, Juru Bicara Generasi Aktivis 98 (GEN 98) Ahmad Diddoy menilai konsep ditunjuknya 18 menteri dari kalangan profesional sangatlah tepat, terlebih menteri-menteri yang ditunjuknya nanti bisa membantu menyerap aspirasi rakyat banyak.

Aktivis era 98 ini pun menyarankan sejumlah nama yang dinilai layak mengisi kabinet Jokowi. Mereka di antaranya adalah Wiryanti Soekamdani, Denny JA, dan Assad Said Ali.

Assad Said Ali yang saat ini menjadi Wakil Ketua Umum PBNU itu dinilai pas menduduki posisi kepala Badan Intelijen Negara (BIN) karena sosok yang non-partai dan non-militer.

"Ia adalah sosok yang bukan dari partai dan bukan dari kalangan militer. Kepala BIN itu harus memahami tentang visi-misi Jokowi-JK ke depan, dan harus power full dengan skil dalam bidang intelijen dan daya dukung dari publik," kata Diddoy dalam siaran pers yang diterima Liputan6.com, Jakarta, Rabu (8/10/2014).

Sedangkan Wiryanti Soekamdani ujar Diddoy, merupakan praktisi yang jelas-jelas sukses di bidang pariwisata. "Wiryanti dinilai cocok untuk menjadi Menteri Ekonomi Kreatif," ujar dia.

Sedangkan untuk Denny JA, Diddoy memiliki pandangan jika Denny yang sukses sebagai profesional politik dengan mendirikan lembaga survei yang kompeten dalam pedoman akurasi dan cocok menjadi Menteri Komunikasi dan Informatika.

"Denny JA dinilai cocok menduduki posisi Menkominfo karena ia dinilai mengerti paradigma komunikasi publik yang atraktif. Menkominfo ke depannya akan mempengaruhi cara pandang masyarakat kepada pemerintah, dan cara pandang itu menjadi lebih baik. Komunikasi publik harus dibangun oleh Kominfo mengenai kebijakan pemerintah dan program-programnya," tandas Diddoy.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya